KABARBURSA.COM - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengalami pertumbuhan laba bersih yang mengesankan hingga September 2023. Penurunan biaya provisi menjadi katalisator bagi kinerja positif emiten perbankan ini.
Menurut analis RHB Sekuritas, David Chong, pencapaian laba bersih BMRI hingga kuartal ketiga mencapai 84 persen dari proyeksi penuh tahun 2023 yang diberikan oleh RHB Sekuritas.
Laba bersih BMRI pada kuartal III-2023 sebesar Rp13,8 triliun, naik 9 persen qoq dan 32 persen yoy, mendorong laba bersih kumulatif BMRI di sembilan bulan tahun 2023 tumbuh 27 persen yoy menjadi Rp39,1 triliun.
David menyoroti bahwa pertumbuhan laba bersih kuartalan BMRI didorong oleh penurunan pinjaman provisi sebesar 61 persen qoq, sejalan dengan peningkatan kualitas aset. Hal ini terjadi karena Cost of Credit (CoC) dan Opex lebih rendah dari perkiraan, berkat disiplin biaya yang baik.
Selain itu, rasio pinjaman berisiko (LaR) BMRI, termasuk kredit restrukturisasi COVID-19, terus mengalami penurunan menjadi 9.8 persen dari total pinjaman pada bulan September 2023, dibandingkan dengan 10,3 persen pada Juni 2023. Rasio NPL Bruto juga lebih rendah, yaitu 1,49 persen pada September dibandingkan dengan posisi Juni 1,64 persen.
David menyampaikan bahwa dengan kualitas aset yang baik, manajemen BMRI menurunkan panduan CoC tahun 2023 menjadi lebih rendah dari 1,1 persen, dibandingkan dengan kisaran sebelumnya 1,1-1,3 persen. Tingkat CoC yang direvisi diharapkan dapat dipertahankan pada tahun 2024.
Oleh karena itu, RHB Sekuritas meningkatkan proyeksi laba BMRI untuk tahun 2023-2025 sekitar 2-3 persen karena asumsi CoC yang lebih rendah. Revisi ini menghasilkan peningkatan Return on Equity (ROE) sebesar 20 persen-21 persen, melampaui level yang terlihat sejak tahun 2014.
Dalam sektor energi, mineral, konstruksi, dan telekomunikasi menjadi pendorong utama pertumbuhan, BMRI tetap mempertahankan target pertumbuhan kredit sebesar 10-12 persen untuk tahun 2023.
"Secara keseluruhan, pertumbuhan pinjaman BMRI adalah bukti kuat dari nilai rantai dan strategi digitalnya," tulis David dalam riset pada tanggal 31 Oktober 2023.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Erni Marsella Siahaan, dalam risetnya tanggal 31 Oktober 2023, menyatakan bahwa pertumbuhan pinjaman BMRI telah melampaui panduan manajemen sebesar 10-12 persen dan pertumbuhan industri sebesar 9 persen. Pendorong utama pertumbuhan pinjaman tersebut berasal dari segmen komersial.
Erni mencatat bahwa penurunan biaya provisi sebesar 22 persen yoy menjadi penopang utama pertumbuhan laba bersih BMRI. Hal ini menghasilkan CoC sebesar 1,0 persen per September 2023, dibandingkan dengan 1,5 persen pada posisi September 2022.
Rasio Giro dan Tabungan (CASA) BMRI tetap kuat, yaitu sebesar 74 persen pada kuartal ketiga 2023, yang merupakan peningkatan dari posisi 73 persen di kuartal kedua 2023.
Sementara itu, Net Interest Margin (NIM) BMRI sedikit terpengaruh oleh Cost of Fund (CoF) yang lebih tinggi akibat likuiditas yang lebih ketat, dengan pertumbuhan simpanan nasabah hanya sebesar 6,6 persen YoY di periode tersebut. Namun, Ciptadana Sekuritas tetap mempertahankan ekspektasi bahwa NIM Bank Mandiri akan meningkat sedikit 5bps (YoY) menjadi 5,6 persen pada tahun 2023.
Erni menyatakan bahwa imbal hasil aset bergerak datar di kuartal ketiga karena terbatasnya peluang penetapan harga, dengan hanya segmen pinjaman korporasi dalam mata uang USD yang mengalami peningkatan imbal hasil.
Namun, suku bunga acuan yang lebih tinggi akan menjadi faktor positif bagi BMRI karena membuka ruang lingkupnya untuk menyesuaikan harga pinjaman korporasi.
Erni mempertahankan rekomendasi Beli untuk BMRI dengan target harga sebesar Rp6,550 per saham. Sedangkan, David menyarankan Beli dengan target harga sebesar Rp6.970 per saham.