Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Sentimen Data Ekonomi AS bikin IHSG Menghijau, Ada Rekomendasi?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 13 August 2024 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Sentimen Data Ekonomi AS bikin IHSG Menghijau, Ada Rekomendasi?

KABARBURSA.COM - Amerika Serikat (AS) akan merilis data ekonomi Indeks Harga Produsen (IHP) dan Indeks Harga Konsumen (IHK) masing-masing pada Selasa, 13 Agustus dan Rabu, 14 Agustus 2024. Sentimen ini mampu membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini menghijau.

Indeks mencatat kenaikan 30,24 poin atau setara dengan 0,41 persen ke 7.327,87. Bursa Efek Indonesia (BEI), volume perdagangan tercatat 940 juta saham dengan nilai transaksi Rp580 miliar. Adapun frekuensi yang terjadi sebanyak 63.106 kali. Sebanyak 205 saham menguat, dan 118 saham melemah. Sementara, 212 saham tidak bergerak.

Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global. Investor menahan diri imbas menunggu lebih banyak sinyal tentang kesehatan ekonomi AS, termasuk angka inflasi utama yang akan dirilis.

Setelah turbulensi hebat di pekan lalu, investor akan fokus pada IHK untuk melihat lebih jelas apakah Federal Reserve (The Fed) akan memiliki keleluasaan, atau justru lebih terbatas dalam memfokuskan kembali pasar tenaga kerja dan memotong suku bunga secara bertahap untuk mengamankan ‘soft landing’, menurut Krishna Guha di Evercore.

“Volatilitas bisa kembali minggu ini. Jika inflasi terlalu rendah, ini dapat meningkatkan kekhawatiran bahwa AS mungkin menuju resesi. Jika inflasi terlalu tinggi, hal itu dapat mendorong kekhawatiran bahwa Bank Sentral AS (The Fed) mungkin tidak dapat memangkas suku bunga cukup cepat untuk melindungi perekonomian. Risiko geopolitik juga tetap tinggi,” kata Solita Marcelli di UBS Global Wealth Management.

Menurut Keith Lerner di Truist Advisory Services, setelah guncangan volatilitas sebelumnya, investor cenderung melihat perubahan signifikan dalam kedua arah, dan proses perbaikan biasanya membutuhkan waktu.

Terutama, untuk mendapatkan kepercayaan lebih lanjut, investor akan menunggu beberapa laporan/acara dengan profil tinggi seperti pidato Gubernur The Fed Jerome Powell di Jackson Hole. Sementara itu, setiap laporan ekonomi kemungkinan akan diteliti secara berlanjut dan berulang, katanya.

Pernyataan terbaru dari pejabat Federal Reserve juga turut jadi sentimen penting. Anggota Dewan Gubernur Michelle Bowman menyatakan, suku bunga acuan sudah bisa turun jika syarat-syaratnya terpenuhi.

“Jika data yang ada menunjukkan bahwa inflasi bergerak menuju target 2 persen secara berkelanjutan, maka akan menjadi layak (appropriate) untuk secara bertahap memangkas suku bunga acuan. Namun kita harus sabar dan tidak bereaksi berlebihan terhadap satu data saja,” papar Bowman dalam sambutan di acara yang digelar Kansas Bankers Association.

Sementara itu CME FedWatch Tools, The Fed diperkirakan sudah tidak mungkin lagi mempertahankan suku bunga acuan di level tertinggi saat ini. Pilihan yang ada adalah pemangkasan 25 basis poin (bps) atau 50 bps, yang keduanya sama besar pagi ini.

Peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 bps menjadi 5,00–5,25 persen pada September adalah 50 persen. Adapun probabilitas pengguntingan mencapai 50 bps juga dengan kemungkinan 50 persen.

Tim Research Phillip Sekuritas menyampaikan bahwa data ekonomi AS yang akan dirilis minggu ini mencakup Producer Price Index (PPI) pada hari Selasa, Consumer Price Index (CPI) pada hari Kamis, dan Penjualan Ritel (Retail Sales) juga pada hari Kamis (waktu Indonesia).

“Inflasi Utama (Headline CPI) AS diproyeksikan akan meningkat sebesar 0,2 persen secara bulanan (mtm) atau 3,0 persen secara tahunan (yoy) pada Juli, setelah sebelumnya mengalami penurunan 0,1 persen mtm (3,0 persen yoy) pada Juni. Kenaikan ini diperkirakan tidak akan membuat Federal Reserve menunda kenaikan suku bunga acuan pada akhir September,” demikian yang disampaikan dalam riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Selain itu, Inflasi Inti (Core CPI) diprediksi mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi 3,2 persen yoy dari 3,3 persen yoy pada Juni. Penjualan Ritel AS diperkirakan naik 0,3 persen mtm pada Juli, setelah sebelumnya tidak mencatatkan pertumbuhan (0 persen mtm).

Tanpa memperhitungkan penjualan otomotif dan BBM di SPBU, Penjualan Ritel diperkirakan hanya akan tumbuh 0,2 persen mtm, turun signifikan dari 0,8 persen mtm pada Juni.

Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menjelaskan bahwa IHSG mengalami kenaikan sebesar 0,56 persen ke level 7.297, disertai dengan peningkatan volume pembelian.

“Saat ini IHSG sudah berada di akhir wave [b] dari wave 2, yang menunjukkan bahwa penguatan IHSG akan terbatas dan rentan terkoreksi. Diperkirakan IHSG akan menguji area 7.302,” ungkap Herditya dalam risetnya.

Herditya juga mengingatkan untuk tetap waspada terhadap potensi koreksi IHSG yang diperkirakan akan bergerak menuju kisaran 6.949-7.026.

Sementara itu, analis Phintraco Sekuritas menyampaikan bahwa akan ada banyak data ekonomi yang dirilis dalam dua hari ke depan. “IHSG diperkirakan akan kembali bergerak fluktuatif di sekitar pivot area 7.250-7.275 pada Selasa, 13 Agustus 2024. Penguatan mungkin tertahan pada hari Selasa (13/8). Namun, indikator-indikator teknikal menunjukkan potensi penguatan lebih lanjut, setidaknya untuk menguji resistance di kisaran 7.300-7.330 dalam jangka pendek,” tulisnya. (*)