KABARBURSA.COM - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 100 perusahaan yang sedang dalam proses (pipeline) Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Masih terdapat lebih dari 100 perusahaan dalam pipeline penawaran umum dengan nilai yang indikatif yang mencapai lebih dari Rp33 triliun," kata Mahendra di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin, 12 Agustus 2024.
Sementara itu, lanjut Mahendra, aktivitas penghimpunan dana dari pasar modal saat ini telah mencapai lebih dari Rp130 triliun dengan 28 emiten baru.
Menurut dia, hal ini menunjukkan bahwa minat dan peluang dari pasar modal sebagai salah satu upaya untuk penyimpunan dana bagi korporasi di Indonesia semakin menjadi andalan.
Mahendra mengatakan, ada berbagai indikator yang terlihat secara terus-menerus, termasuk nilai kapitalisasi pasar yang mencatatkan nilai tertinggi pada kuartal kedua tahun ini atau mencapai Rp12.469 triliun.
"Hal yang tidak kalah pentingnya adalah jumlah investor di Indonesia yang terus meningkat, dimana per Agustus ini telah melampaui Rp13,4 juta atau naik lebih dari 10 persen dibanding pada akhir tahun 2020," jelas Mahendra.
Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebut bahwa BEI mencatat sebanyak 34 perusahaan telah mencatatkan sahamnya di BEI dengan dana dihimpun Rp5,15 triliun per 9 Agustus 2024.
"Hingga saat ini, terdapat 28 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," ujar Nyoman Yetna.
Adapun klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline merujuk pada Peraturan OJK (POJK) Nomor 53/POJK.04/2017, sebanyak 20 perusahaan berskala menengah atau Rp50 miliar hingga Rp 250 miliar.
Sementara itu, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) senilai Rp11,8 triliun di pasar saham Indonesia sampai periode Agustus 2024.
Data tersebut diikuti oleh volume transaksi harian, yang sebanyak 17,9 miliar saham dan frekuensi transaksi harian sebanyak 1,1 juta kali transaksi.
Direktur Utama BEI Iman Rachman menjelaskan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup berubah 0,22 persen year to date (ytd) pada level 7.256,99 per 9 Agustus 2024.
Sedangkan, kapitalisasi pasar tercatat senilai Rp12.302 triliun per 9 Agustus 2024, yang mana kapitalisasi pasar mencatatkan rekor baru senilai Rp12.477 triliun pada 12 Juli 2024 lalu.
"Rekor baru lain juga tercatat dari IHSG tertinggi yang dicapai pada 14 Maret 2024 mencapai 7.433,31," ujar Iman dalam konferensi pers HUT ke-47 Pasar Modal Indonesia di Gedung BEI, Jakarta, Senin, 12 Agustus 2024.
Dari sisi pencatatan efek, lanjut Iman Rachman, sampai dengan 9 Agustus 2024, BEI telah mencatatkan 34 saham baru, 97 emisi obligasi, serta satu exchange-traded fund (ETF) baru.
Adapun, total fund-raised initial public offering (IPO) saham senilai Rp5,15 triliun, dengan 28 pipeline saham pada tahun 2024 ini.
Sampai saat ini, total perusahaan tercatat saham telah mencapai 936 perusahaan.
Berdasarkan EY Global IPO Trends pada kuartal II 2024, BEI menempati peringkat ketujuh secara global untuk jumlah perusahaan yang tercatat dan jumlah IPO tertinggi, di antara negara ASEAN sejak 2018.
Berdasarkan data Single Investor Identification (SID), jumlah investor pasar modal yang terdiri dari investor saham, obligasi, dan reksa dana dan surat berharga lainnya telah bertumbuh 1,28 juta sejak tahun 2023 menjadi 13,45 juta investor sampai 9 Agustus 2024.
"Khusus untuk investor saham, terdapat peningkatan lebih dari 600 ribu investor saham menjadi 5,90 juta investor saham per 9 Agustus 2024," ujar Iman.
Selain itu, partisipasi investor ritel masih tetap tinggi selama tahun 2024, yang mencerminkan keyakinan investasi di pasar saham Indonesia masih cukup terjaga meski dihadapkan situasi ekonomi global dan domestik yang dipenuhi dengan ketidakpastian.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Iman Rachman juga menyinggung soal rencana implementasi mekanisme short selling masih terus digodok oleh BEI. Menurutnya, ini merupakan amanat dari POJK Nomor 6 Tahun 2024.
Adapun POJK 6/2024 ini mengatur tentang Pembiayaan Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah dan Transaksi Short Selling oleh Perusahaan Efek.
Iman menjelaskan saat ini, pihaknya bersama dengan OJK sedang dalam tahap pembahasan peraturan turunan yang akan diterbitkan BEI.
"Akan diimplementasikan di kuartal IV-2024, sambil secara paralel saat ini kami sedang melakukan pendampingan anggota bursa (AB)," jelasnya.
Dalam pipeline BEI, ada 19 anggota bursa yang telah menyatakan minatnya untuk mendapatkan izin short selling. Seluruhnya sedang dalam tahap persiapan.
Iman optimistis kehadiran short selling ini dapat meningkatkan likuiditas di pasar dan menciptakan harga yang wajar serta menjadi secara bagi investor untuk memanfaatkan pasar saat kondisi bearish.
"Jadi kamu harapkan ada penambahan transaksi sekitar 2 persen sampai 3 persen untuk short selling ini. Namun untuk perkenalan, kami akan mulai dari intraday short selling," katanya.
Secara umum intraday short selling mirip dengan short selling pada umumnya. Namun investor wajib untuk melakukan pembelian atau menutup posisi short di akhir perdagangan.
Direktur Kliring Penjaminan Efek Indonesia Iding Pardi bilang akan menyediakan efek yang dipinjam untuk short selling, walaupun di tahap awal ini kebutuhan Pinjam Meminjam Efek (PME) belum ada.
"Kami akan memberikan dukungan dari sisi pinjam meminjam efek, yang menjadi syarat utama dalam meningkatkan likuiditas," pungkas Iding. (*)