KABARBURSA.COM – Kelesuan di sektor otomotif Tanah Air diprediksi menjadi sentimen negatif terhadap saham PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) yang merupakan perusahaan penyedia komponen otomotif terbesar yang merupakan anak perusahaan dari PT Astra Internasional Tbk (ASII).
“Memang sektor otomotif sedang kurang semangat. Kondisi ekonomi domestik dan global sedang terancam, suku bunga tinggi dan daya beli masyarakat yang kurang bagus. Wajar jika memberikan sentimen negatif ke AUTO,” kata Analis Komoditas dan Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono saat dihubungi Kabar Bursa, Senin, 12 Agustus 2024.
Menurutnya, kelesuan di sektor otomotif berdampak pada penurunan pendapatan AUTO sebesar 2 persen menjadi Rp9,19 triliun dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023, yakni sebesar Rp9,38 triliun.
Meski begitu, ia menilai kinerja emiten ini masih lumayan kendati mengalami penurunan tipis. Ia melihat AUTO mencatat kenaikan laba bersih sepanjang semester I tahun 2024.
“Berdasarkan laporan keuangan di laman Bursa Efek Indonesia (BEI) laba bersih AUTO melejit 26,48 persen secara year-on-year (YoY) menjadi Rp1,01 triliun, dibandingkan periode 6 bulan pertama 2023 sebesar Rp801,55 miliar. Jadi dalam kondisi kurang semangat pun kinerjanya masih terjaga dengan baik,” jelasnya.
Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta menilai, kelesuan di sektor otomotif tidak akan seberapa berdampak mengingat PT Astra Internasional Tbk selaku induk dari PT Astra Otoparts Tbk memiliki nama besar yang akan membuat kebutuhan spare part tetap dibutuhkan.
“Tapi setidaknya brand yang dimiliki oleh ASII kemudian spare part yang dimiliki oleh AUTO itu lebih kuat. Jadi memang sebenarnya prospeknya berkaitan dengan prospek perekonomian domestik. Ini diperlukan agar bisa menjaga pertumbuhan atau menjaga permintaan di sektor otomotif,” kata Nafan kepada Kabar Bursa, Senin, 12 Agustus 2024.
Menurutnya, Bank Indonesia yang berperan menentukan suku bunga acuan pada kuartal ke empat tahun 2024 akan memberikan benefit untuk meningkatkan permintaan di sektor otomotif.
“Di mobil baru dan mobil bekas juga akan terjadi permintaan. Ini akan mempengaruhi permintaan spare part ke AUTO,” ujarnya.
AUTO mencatatkan kinerja keuangan yang solid di paruh pertama tahun 2024 dengan pertumbuhan pendapatan yang mengesankan dibandingkan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Pada kuartal pertama 2024, Astra Otoparts mencatat pendapatan sebesar Rp475 miliar, meningkat dari Rp433 miliar pada kuartal pertama 2023 dan Rp255 miliar pada kuartal pertama 2022.
Pertumbuhan ini menunjukkan kenaikan yang stabil, dengan peningkatan sebesar 42 persen dari 2022 ke 2023 dan sekitar 9,7 persen dari 2023 ke 2024.
Tren positif ini terus berlanjut di kuartal kedua 2024, di mana AUTO berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp539 miliar. Angka ini menunjukkan lonjakan signifikan dibandingkan dengan Rp369 miliar pada kuartal kedua 2023 dan 207 miliar pada kuartal kedua 2022.
Pertumbuhan dari 2022 ke 2023 mencapai sekitar 78 persen, sedangkan dari 2023 ke 2024 tercatat peningkatan sebesar 46 persen. Kinerja ini menegaskan strategi bisnis AUTO yang sukses dalam menghadapi tantangan pasar dan mengoptimalkan peluang pertumbuhan.
Selain itu, laporan terbaru hingga 30 Juni 2024 menunjukkan bahwa kapitalisasi pasar Astra Otoparts mencapai 10.266 miliar, dengan jumlah saham beredar sebesar Rp4,82 miliar.
Angka-angka ini menempatkan AUTO dalam posisi yang kuat di pasar, mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek jangka panjang perusahaan di tengah pertumbuhan yang terus berlanjut.
Saham PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) saat ini menunjukkan valuasi yang menarik bagi para investor. Hal ini didukung oleh sejumlah indikator keuangan yang mencerminkan potensi pertumbuhan jangka panjang.
Dengan rasio Price to Earnings (PE) saat ini sebesar 5,06, saham AUTO diperdagangkan pada harga yang relatif rendah dibandingkan dengan laba per sahamnya. Ini menunjukkan bahwa saham AUTO dinilai cukup terjangkau di pasar, memberikan kesempatan bagi investor untuk berinvestasi di perusahaan yang solid dengan harga yang wajar.
Selain itu, rasio Price to Revenue (PR) dalam 12 bulan terakhir tercatat sebesar 5,00, yang menunjukkan efisiensi AUTO dalam menghasilkan pendapatan dibandingkan dengan harga sahamnya saat ini.
Untuk prospek ke depan, Forward PE Ratio AUTO berada pada level 5,28, sedikit lebih tinggi dari PE Ratio saat ini. Hal ini mengindikasikan ekspektasi pertumbuhan laba yang moderat di masa mendatang, namun tetap dalam kisaran yang menarik bagi para investor yang mencari nilai jangka panjang.
Dari sisi penjualan, rasio Price to Sales (P/S) saat ini berada di angka 0,56. Hal ini menunjukkan bahwa saham AUTO dihargai di bawah satu kali penjualan per saham. Ini mencerminkan valuasi yang konservatif, mengingat potensi pertumbuhan penjualan perusahaan yang terus meningkat.
Sementara Rasio Price to Book Value (P/BV) AUTO saat ini adalah 0,75, yang menunjukkan bahwa saham diperdagangkan di bawah nilai buku perusahaan. Ini bisa diartikan sebagai peluang bagi investor untuk mendapatkan saham AUTO pada harga yang lebih rendah dari nilai intrinsiknya, terutama jika aset perusahaan dinilai secara konservatif.
Dalam hal arus kas, rasio Price to Cashflow (P/CF) AUTO tercatat sebesar 7,46, sementara rasio Price to Free Cashflow (P/FCF) berada di angka 13,74. Kedua rasio ini menunjukkan bahwa AUTO memiliki kemampuan yang baik dalam menghasilkan arus kas dari operasionalnya, meskipun harga sahamnya mungkin sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan arus kas bebas yang dihasilkan. Terakhir, rasio Enterprise Value to EBITDA (EV/EBITDA) AUTO berada di angka 5,25.
Rasio ini menempatkan AUTO sebagai opsi investasi yang solid di sektor otomotif, terutama bagi mereka yang mencari perusahaan dengan valuasi yang efisien dan potensi pengembalian yang baik.
Dengan valuasi yang relatif rendah dan potensi pertumbuhan yang menarik, saham AUTO bisa menjadi pilihan investasi yang menjanjikan bagi para investor yang mencari nilai di pasar saham Indonesia. (*)