KABARBURSA.COM - Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyoroti peran vital pasar modal Indonesia dalam menjaga kestabilan perekonomian nasional. Ia menekankan bahwa dampak dari ketidakpastian global telah mempengaruhi pertumbuhan, stabilitas, dan pembangunan ekonomi di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Namun, Mahendra menegaskan bahwa pasar modal Indonesia telah berhasil menunjukkan kapasitas adaptasi yang kuat, menjadi motor utama dalam mempertahankan stabilitas ekonomi nasional.
"Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi kita tidak terlepas dari kontribusi pasar modal Indonesia yang terus menunjukkan kemampuannya untuk beradaptasi, serta menjadi motor penting dalam menjaga perekonomian nasional dari berbagai tekanan internasional," ujar Mahendra di Jakarta, Senin, 12 Agustus 2024.
Lebih lanjut, Mahendra menjelaskan bahwa nilai kapitalisasi pasar saham Indonesia per kuartal II/2024 telah menembus Rp12.467 triliun, mencerminkan resiliensi dan perkembangan yang solid. Ia juga menekankan peningkatan signifikan dalam jumlah investor pasar modal yang per Agustus 2024 telah melampaui angka 13,4 juta, meningkat lebih dari 10 persen dibandingkan akhir 2023.
Selain itu, Mahendra menyoroti aktivitas penghimpunan dana dari pasar modal yang telah mencapai lebih dari Rp130 triliun dengan 28 emiten baru pada tahun 2024. Masih terdapat lebih dari 100 perusahaan dalam pipeline penawaran umum dengan nilai indikatif lebih dari Rp33 triliun, menunjukkan bahwa pasar modal tetap menjadi andalan bagi korporasi Indonesia dalam upaya penghimpunan dana.
"Hal ini menunjukkan minat yang kuat dan peluang besar dari pasar modal sebagai salah satu sarana utama bagi korporasi Indonesia untuk menghimpun dana," jelas Mahendra. Ia juga mengungkapkan bahwa dalam roadmap Pasar Modal 2023-2027, OJK menargetkan jumlah investor menembus 20 juta, sementara Bursa Efek Indonesia (BEI) memperkirakan jumlah investor mencapai 14,5 juta hingga 15 juta pada akhir 2024.
Per Juni 2024, KSEI mencatat jumlah investor yang mencapai 13,07 juta, terdiri dari 13,03 juta investor ritel, 23.215 korporasi, 9.076 reksa dana, 1.673 dana pensiun, 1.529 lembaga keuangan, 1.100 yayasan, 563 asuransi, 492 perusahaan sekuritas, dan 5.187 investor lainnya. Secara lebih terperinci, jumlah investor C-BEST (saham) tercatat sebanyak 5,78 juta, S-Invest (reksa dana) 12,31 juta, dan surat berharga negara (SBN) 1,1 juta investor.
Dari segi demografi, investor individu di C-BEST berdasarkan pekerjaan terdiri atas pengusaha dengan total aset Rp449,53 triliun, pegawai negeri, swasta, dan guru dengan aset Rp402,95 triliun, ibu rumah tangga dengan aset Rp66,24 triliun, pelajar dengan aset Rp16,96 triliun, dan lainnya sebesar Rp418,41 triliun. Sementara itu, berdasarkan pendidikan, investor saham didominasi oleh lulusan S1 dengan total aset Rp601,83 triliun, lulusan SMA sebesar Rp144,18 triliun, S2 atau lebih sebesar Rp121,8 triliun, D3 sebesar Rp45,52 triliun, dan lainnya sebesar Rp40,55 triliun.
Laporan ini mencerminkan bagaimana pasar modal Indonesia terus berkembang dan menunjukkan kekuatannya di tengah tantangan global, serta peran strategisnya dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional.
Menurut Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, saat ini terdapat 28 perusahaan yang siap untuk debut di bursa.
Lebih lanjut, Nyoman mengatakan dari 28 calon perusahaan tercatat dalam pipeline pencatatan saham, perusahaan yang bergerak pada sektor consumer non-cyclicals menjadi sektor yang paling banyak berada dalam pipeline, yaitu berjumlah 5 calon perusahaan tercatat.
Sementara itu, tiga perusahaan dari sektor basic materials, empat perusahaan dari sektor consumer cyclicals, tiga perusahaan sektor energi dan dua perusahaan finansial.
Lalu, satu perusahaan healthcare, empat perusahaan industrials, dua perusahaan sektor infrastruktur, tiga perusahaan teknologi, dan satu perusahaan transportasi dan logistik.
Sebagian besar perusahaan yang akan mencatatkan saham memiliki aset skala menengah, dan mayoritas berasal dari sektor konsumer non-siklikal.
Sebanyak empat perusahaan merupakan perusahaan dengan aset skala kecil, atau aset di bawah Rp50 miliar, 20 perusahaan dengan aset skala menengah atau aset antara Rp50 miliar sampai Rp250 miliar, dan empat perusahaan merupakan perusahaan aset skala besar atau aset di atas Rp250 miliar.
BEI memperingati ulang tahun ke-47 sejak diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia pada Sabtu, 10 Agustus 2024. Selama 47 tahun tersebut, BEI telah mencatat berbagai capaian, salah satunya adalah pencatatan saham dengan nilai Initial Public Offering (IPO) yang signifikan.
Berikut adalah beberapa pencapaian IPO terbesar di BEI:
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.