Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Mayora Catat Pendapatan Cemerlang di Semester Pertama 2024

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 11 August 2024 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Mayora Catat Pendapatan Cemerlang di Semester Pertama 2024

KABARBURSA.COM - PT Mayora Indah Tbk (MYOR) menunjukkan performa keuangan yang impresif pada semester pertama tahun 2024. Laporan keuangan terbaru menunjukkan peningkatan signifikan di berbagai sektor, termasuk pendapatan, laba bersih, dan cadangan kas, meskipun terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan lebih lanjut.

Pendapatan Meningkat Tajam, Penjualan Lokal Mendominasi

Pendapatan bersih MYOR meningkat 9,48 persen menjadi Rp16,22 triliun pada Q2 2024. Kenaikan ini terutama didorong oleh penjualan lokal yang mencapai Rp9,65 triliun, mencerminkan penguatan permintaan domestik. Penjualan ekspor juga mengalami pertumbuhan yang stabil sebesar 4,19 persen menjadi Rp6,58 triliun, menunjukkan diversifikasi pasar yang baik.

Namun, MYOR juga mengalami peningkatan return penjualan sebesar 75,16 persen, yang meskipun kecil dalam jumlah, bisa menjadi indikasi adanya masalah kualitas atau kepuasan pelanggan yang perlu dicermati.

Efisiensi Biaya dan Peningkatan Laba

Di sisi biaya, beban pokok penjualan (COGS) naik 10,61 persen menjadi Rp12,03 triliun. Kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan biaya bahan baku dan pembungkus yang tumbuh 13,72 persen, serta biaya tenaga kerja langsung yang naik 14,39 persen. Meskipun demikian, peningkatan ini sejalan dengan peningkatan penjualan dan menunjukkan manajemen biaya yang efisien.

Beban usaha perusahaan mengalami penurunan 1,02 persen menjadi Rp2,18 triliun, dengan pengurangan signifikan pada biaya iklan dan promosi sebesar 6,91 persen. Hal ini menunjukkan efisiensi dalam strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan.

Laba bersih tahun berjalan naik signifikan sebesar 41,18 persen dari Rp1,24 triliun pada tahun sebelumnya menjadi Rp1,75 triliun pada 30 Juni 2024. Laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga meningkat sebesar 40,97 persen menjadi Rp1,71 triliun, mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan efisiensi operasional.

Pengelolaan Aset dan Liabilitas yang Baik

Aset MYOR mengalami kenaikan 15,01 persen dari Rp23,87 triliun pada akhir tahun 2023 menjadi Rp27,45 triliun pada Q2 2024. Aset terbesar perusahaan terdiri dari aset tetap senilai Rp9,11 triliun, yang mencerminkan investasi berkelanjutan dalam kapasitas produksi dan infrastruktur. Sementara itu, kas dan setara kas juga meningkat signifikan sebesar 42,13 persen menjadi Rp5,91 triliun, memperkuat likuiditas perusahaan.

Namun, piutang usaha pihak berelasi mengalami penurunan 17,57 persen menjadi Rp4,82 triliun, yang bisa menjadi sinyal potensi risiko dalam penagihan. Sebaliknya, persediaan perusahaan naik 30,40 persen menjadi Rp4,64 triliun, menunjukkan kesiapan MYOR untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat.

Di sisi liabilitas, MYOR mencatat kenaikan sebesar 35,58 persen menjadi Rp11,64 triliun. Utang bank jangka panjang meningkat 28,81 persen menjadi Rp2,19 triliun yang dapat menambah beban bunga di masa depan. Selain itu, utang lain-lain melonjak sebesar 924,08 persen menjadi Rp1,72 triliun yang mungkin mencerminkan peningkatan kewajiban yang tidak terduga.

Total utang berbunga perusahaan tercatat sebesar Rp5,44 triliun atau 19,84 persen dari total aset. Meskipun proporsinya masih dalam batas wajar, peningkatan liabilitas yang lebih cepat daripada aset perlu diwaspadai untuk menjaga likuiditas jangka panjang.

Arus Kas dan Likuiditas yang Kuat

Cadangan kas MYOR meningkat 42,13 persen menjadi Rp5,91 triliun, yang terutama didorong oleh arus kas masuk dari aktivitas pendanaan sebesar Rp1,18 triliun. Namun, arus kas operasional perusahaan turun signifikan sebesar 56,95 persen menjadi Rp1,46 triliun, yang disebabkan oleh peningkatan pembayaran kepada pemasok dan karyawan, serta pembayaran pajak penghasilan. Penurunan arus kas operasional ini perlu mendapat perhatian lebih, terutama karena tercatat lebih kecil dari laba bersih, dengan gap sebesar Rp292,38 miliar.

Meskipun demikian, MYOR berhasil menurunkan beban keuangan sebesar 35,34 persen dari Rp169,35 miliar menjadi Rp109,48 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya beban bunga dari utang bank jangka panjang, yang mencerminkan upaya perusahaan untuk mengelola utang secara lebih efisien.

Laporan keuangan MYOR juga menunjukkan bahwa tidak terdapat extraordinary earning dalam laporan laba rugi, yang berarti laba bersih yang dihasilkan murni berasal dari operasi reguler perusahaan tanpa adanya pendapatan atau keuntungan luar biasa yang bisa menyesatkan.

Secara keseluruhan, PT Mayora Indah Tbk menunjukkan kinerja yang solid pada semester pertama tahun 2024, dengan peningkatan laba, pendapatan, dan cadangan kas yang signifikan. Meskipun terdapat beberapa area yang memerlukan perhatian lebih, seperti penurunan arus kas operasional dan peningkatan beberapa liabilitas, MYOR tetap berada pada jalur yang positif dengan pengelolaan keuangan yang baik dan strategi operasional yang efisien.

Industri Manufaktur

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia kini semakin berdampak pada industri manufaktur lokal yang tidak bergantung pada ekspor.

Di tengah melemahnya daya beli masyarakat, sektor manufaktur semakin tertekan akibat lonjakan impor, terutama impor ilegal yang semakin tidak terkontrol. Situasi ini semakin memperburuk kondisi ekonomi nasional, yang seharusnya menjadi motor penggerak ekonomi.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan realitas yang kurang menggembirakan. Sektor makanan dan minuman hanya mampu tumbuh 4,84 persen dalam empat kuartal terakhir.

Lebih ironis lagi, sektor tekstil mengalami kontraksi sebesar 0,88 persen dalam periode yang sama. Padahal, pada kuartal I-2024, sektor ini sempat menunjukkan pertumbuhan sebesar 2,64 persen. Namun, harapan tersebut tampaknya sirna di tengah dampak ekonomi yang belum reda.

Melambatnya sektor industri makanan juga menjadi paradoks, mengingat konsumsi makanan dan minuman di Indonesia meningkat setelah pandemi, dengan pertumbuhan mencapai 3,71 persen. Bahkan, sektor restoran dan hotel melonjak hingga 6,5 persen. Namun, peningkatan ini tidak cukup untuk menyelamatkan sektor industri yang kini terperosok dalam krisis yang mendalam.

Sektor-sektor industri lainnya seperti semen, keramik porselin, kaca, logam, kimia, plastik, mesin dan alat berat, otomotif, serta barang konsumsi seperti rokok dan farmasi, juga merasakan dampak negatif dari kondisi ekonomi yang kian memburuk. Impor ilegal yang semakin sulit dikendalikan menjadi ancaman utama bagi industri-industri penting ini.(*)