Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Emiten Farmasi ini Banting Stir Jual Bumbu Masak Praktis

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 10 August 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Emiten Farmasi ini Banting Stir Jual Bumbu Masak Praktis

KABARBURSA.COM - Konimex Group, yang dikenal sebagai perusahaan farmasi terkemuka, kini melebarkan sayapnya ke dunia kuliner dengan meluncurkan lini bumbu masak praktis, Dapurasa ala Chef. Langkah ini diambil untuk menjawab tingginya permintaan bumbu masak praktis, terutama dari kalangan ibu muda, milenial, dan Gen-Z.

Chief Strategy Officer Konimex Group, Edward Setiawan Joesoef, menjelaskan bahwa tren permintaan ini membuka peluang besar bagi perusahaan untuk merambah pasar bumbu masak.

"Kami menghadirkan Dapurasa sebagai solusi bumbu masak praktis dengan citarasa Nusantara yang kaya rempah. Kolaborasi kami dengan Chef Arnold diharapkan bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat jaman now," ungkap Edward dalam keterangan pers pada Sabtu, 10 Agustus 2024.

Chef Arnold, yang dikenal sebagai seorang chef profesional, mengungkapkan bahwa banyak keluhan dari ibu muda, first jobbers, anak kos, serta kaum milenial dan Gen-Z mengenai kesulitan mereka dalam memasak.

"Saya sering menerima pesan di media sosial dari mereka yang kesulitan dan sering gagal saat memasak. Oleh karena itu, saya tergerak untuk menyediakan solusi dengan Dapurasa—bumbu masak praktis yang sudah dikurasi dengan bahan rempah terbaik. Dengan Dapurasa, semua orang dapat memasak dengan mudah, anti gagal, dan tentunya lezat," jelas Chef Arnold.

Chef Arnold merasa terdorong untuk menawarkan solusi praktis bagi tantangan memasak sehari-hari. Dengan bangga, dia meluncurkan "Dapurasa," bumbu masak praktis yang telah dikurasi dari bahan rempah pilihan terbaik. "Dapurasa" hadir sebagai solusi untuk memasak yang anti gagal dan tanpa ribet, memberikan rasa yang lezat dan autentik.

Chief Strategy Officer Konimex Group, Edward Setiawan Joesoef, melihat kesempatan emas dalam kolaborasi ini. "Kami sangat bangga dapat bekerja sama dengan Chef Arnold untuk mewujudkan visinya. Kami berharap kolaborasi ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat jaman now dengan solusi bumbu masak yang sesuai dengan selera dan kebutuhan mereka," ujar Edward.

Brand bumbu masak praktis ini, "Dapurasa ala Chef," menawarkan citarasa Nusantara yang kaya rempah. Varian yang tersedia mencakup Nasi Goreng Cabe Merah, Nasi Goreng Daging Asap, Nasi Goreng Daging Kari, Nasi Goreng Kampung, Ayam Goreng Gurih, Sayur Sop, dan Soto Ayam.

"Dapurasa ala Chef" kini dapat dibeli di berbagai tempat di seluruh Indonesia, termasuk warung, toko kelontong, pasar tradisional, outlet modern, serta platform e-commerce dan outlet lainnya.

Perdagangan Emiten Farmasi Masih Stabil

Upaya Konimex Group untuk terjun ke usaha produk makanan rupanya tidak terkait dengan jualan obat-obatannya. Terbukti, perdagangan emiten farmasi terpantau tumbuh dalam penutupan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada 13 Juli 2024 KabarBursa mencatat tumbuhnya saham emiten farmasi dinilai tidak terpengaruh oleh harga obat yang tinggi.

Director PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk, Reza Priyambada, menuturkan naiknya harga obat merupakan suatu hal yang wajar terjadi lantaran harga produksi yang melonjak naik. Pasalnya, harga produksi obat, tergantung dengan kondisi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Jika rupiah melemah, kata Reza, harga produksi emiten farmasi ikut terangkat naik. Pasalnya, mayoritas bahan baku obat-obat dalam negeri berasal dari impor.

“Kalau rupiah lagi melemah, maka biaya bahan baku kan menjadi lebih mahal. Untuk mengkompensasi biaya tinggi tersebut maka perusahaan farmasi akan melakukan penyesuaian kepada harga jual. Jadi, wajar jika harga obat di bilang mahal karena biaya produksinya juga mahal,” kata Reza kepada KabarBursa, Sabtu, 13 Juli 2024.

Jika harga obat tetap tinggi dengan ketersediaan bahan baku tersedia di dalam negeri, tutur Reza, hal itu terjadi akibat inefisiensi dalam proses produksi, baik masalah di mesin produksi, sumber daya manusia, maupun biaya produksi.

Reza menilai, persoalan bahan baku obat ini mesti menjadi perhatian yang serius bagi pemerintah. Dengan begitu, industri farmasi bisa berproduksi dengan lebih efisien dan menghemat biaya.

“Harus menjadi perhatian pemerintah untuk bisa menyediakan bahan baku murah sehingga perusahaan farmasi bisa berproduksi dengan biaya yang lebih murah,” ujarnya.

Lebih jauh, Reza juga merekomendasikan beberapa saham di antaranya, KLBF TP 1825; TSPC TP 2250; SIDO TP 850; IKPM TP 280.

Sebelumnya, pengamat pasar modal, Wahyu Laksono juga menyebut, produk farmasi berbeda dengan jenis konsumsi lainnya. Obat, kata dia, hampir tidak memiliki kompetitor di pasar domestik dan tidak dapat digantikan kebutuhannya.

“Berbeda dengan produk konsumsi seperti makanan atau minuman. Obat jelas signifikan dan cenderung hampir tidak memiliki kompetitor di domestik. Obat ya obat, nggak bisa ditolak kali dibutuhkan,” kata Wahyu kepada KabarBursa.

Semahal apapun harga obat, kata Wahyu, masyarakat akan tetap mengonsumsi komoditas tersebut. Dalam hal ini, pengaruh lemahnya nilai tukar rupiah tidak terlalu berdampak pada kinerja emiten farmasi kecuali political will yang diambil oleh pemerintah.

“Emiten farmasi akan tetap potensial karena masih dibutuhkan apapun kondisinya,” jelasnya.(*)