KABARBURSA.COM - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) baru saja merilis laporan keuangan terbarunya yang menunjukkan berbagai dinamika dalam kinerja finansial perusahaan. Laba bersih mengalami fluktuasi dengan penurunan signifikan pada awal tahun, namun menunjukkan tanda-tanda pemulihan di kuartal kedua.
Beberapa rasio keuangan mencerminkan tantangan yang dihadapi perusahaan, sementara aspek lain menunjukkan peningkatan yang menggembirakan. Bagaimana penurunan dan kenaikan ini mempengaruhi keseluruhan kinerja perusahaan? Ulasan lengkap berikut akan mengupas detail laporan keuangan INCO dan implikasinya bagi masa depan perusahaan.
PT Vale Indonesia menambang nikel laterit untuk menghasilkan produk akhir berupa nikel dalam matte. Rata-rata volume produksi nikel per tahun mencapai 75.000 metrik ton. Dalam memproduksi nikel di Blok Sorowako, perusahaan menggunakan teknologi pyrometalurgi untuk melebarkan bijih nikel laterit. Nikel yang dihasilkan diekspor seluruhnya kepada Sumitomo Metal Mining Co., Ltd (Jepang) dalam kontrak khusus jangka panjang yang dijalin kedua perusahaan tersebut.
Perusahaan ini beroperasi dalam naungan Kontrak Karya yang telah diamandemen pada 17 Oktober 2014 dan berlaku hingga 28 Desember 2025. Luas konsesi perusahaan mencapai 118.017 hektar yang meliputi Sulawesi Selatan (70.566 hektar), Sulawesi Tengah (22.699 hektar), dan Sulawesi Tenggara (24.752 hektar).
Pemegang saham utama INCO terdiri dari PT Mineral Industri Indonesia (Persero) dengan kepemilikan 3,58 miliar saham atau 34,19 persen, dan Vale Canada Limited dengan kepemilikan 3,57 miliar saham atau 34,07 persen. Selain itu, masyarakat non-warkat memiliki 2,09 miliar saham atau 19,94 persen, Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. memegang 1,21 miliar saham atau 11,55 persen, dan masyarakat warkat memegang 25,58 juta saham atau 0,24 persen.
Susunan direksi dan komisaris INCO mencakup Edi Permadi sebagai komisaris dan Abu Ashar sebagai direktur. Kepemilikan saham oleh direksi dan komisaris masing-masing adalah 131.200 saham dan 22.000 saham, yang masing-masing kurang dari 0,0001 persen dari total saham yang beredar.
Jumlah pemegang saham INCO pada 30 Juni 2024 adalah 38.102, meningkat sebanyak 1.633 pemegang dari bulan sebelumnya. Pada 31 Mei 2024, jumlah pemegang saham tercatat sebanyak 36.469, mengalami penurunan sebesar 4.643 pemegang dari bulan sebelumnya. Pada 30 April 2024, jumlah pemegang saham adalah 41.112, turun 240 pemegang dari bulan sebelumnya. Pada 31 Maret 2024, jumlah pemegang saham mencapai 41.352, meningkat 1.485 pemegang dari bulan sebelumnya. Pada 29 Februari 2024, jumlah pemegang saham adalah 39.867, meningkat 1.621 pemegang dari bulan sebelumnya. Pada 31 Januari 2024, jumlah pemegang saham tercatat sebanyak 38.246, meningkat 1.608 pemegang dari bulan sebelumnya.
Pada kuartal pertama tahun 2024, INCO mencatatkan laba bersih sebesar Rp98 miliar. Angka ini menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp2,52 triliun. Namun, pada kuartal kedua tahun 2024, laba bersih meningkat menjadi Rp513 miliar, meskipun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp590 miliar.
Secara tahunan, laba bersih tahunan yang diannualisasi mencapai Rp1,22 triliun, sementara untuk periode TTM (trailing twelve months) yang berakhir pada kuartal kedua 2024, mencapai Rp1,73 triliun. Ini menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2023 yang mencatat laba bersih tahunan sebesar Rp4,23 triliun.
Rasio harga terhadap laba (PE ratio) saat ini untuk periode tahunan mencapai 30,95, sementara untuk periode TTM adalah 21,87. Rasio PE ke depan berada di angka 19,10. Harga terhadap penjualan (Price to Sales) untuk periode TTM berada pada angka 2,23, dan harga terhadap nilai buku (Price to Book Value) adalah 0,85.
Harga terhadap arus kas (Price to Cashflow) untuk periode TTM mencapai 7,66, dan harga terhadap arus kas bebas (Price to Free Cashflow) sangat tinggi di angka 115,18. Rasio nilai perusahaan terhadap EBITDA (EV to EBITDA) untuk periode TTM berada di angka 4,21.
Pendapatan per saham (EPS) untuk periode TTM mencapai Rp165,04, sedangkan untuk periode yang diannualisasi mencapai Rp116,65. Pendapatan per saham (Revenue Per Share) untuk periode TTM berada di angka Rp1.621,04, dan kas per saham (Cash Per Share) untuk kuartal ini adalah Rp1.301,70. Nilai buku per saham (Book Value Per Share) untuk periode TTM adalah Rp4.222,36, dan arus kas bebas per saham (Free Cashflow Per Share) berada di angka Rp31,34.
Rasio lancar (Current Ratio) untuk kuartal ini mencapai 5,21, sementara rasio cepat (Quick Ratio) berada di angka 4,51. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) tidak tercatat untuk kuartal ini.
Pengembalian aset (Return on Assets) untuk periode TTM adalah 3,44 persen, sedangkan pengembalian ekuitas (Return on Equity) adalah 3,91 persen. Margin laba kotor (Gross Profit Margin) untuk kuartal ini mencapai 16,45 persen, margin laba operasional (Operating Profit Margin) sebesar 13,52 persen, dan margin laba bersih (Net Profit Margin) adalah 12,22 persen.
Dividen yang dibagikan untuk periode TTM adalah Rp89,60 dengan rasio pembayaran dividen (Payout Ratio) sebesar 76,81 persen. Yield dividen (Dividend Yield) mencapai 2,48 persen. Tanggal ex-dividend terbaru adalah 16 Mei 2023.
Pendapatan (Revenue) untuk periode TTM mencapai Rp16.98 triliun, dengan laba kotor (Gross Profit) sebesar Rp3.06 triliun. EBITDA untuk periode TTM adalah Rp5.77 triliun, dan laba bersih (Net Income) mencapai Rp1.73 triliun.
Kas (Cash) untuk kuartal ini adalah Rp13.64 triliun, dengan total aset (Total Assets) sebesar Rp50.26 triliun. Total kewajiban (Total Liabilities) tercatat sebesar Rp6.015 triliun, utang jangka pendek (Short-term Debt) sebesar Rp25 miliar, dan utang jangka panjang (Long-term Debt) mencapai Rp100 miliar. Total ekuitas (Total Equity) tercatat sebesar Rp44.25 triliun, dengan utang bersih (Net Debt) sebesar minus Rp13.51 triliun, menunjukkan posisi kas yang kuat.
Arus kas dari operasi (Cash From Operations) untuk periode TTM mencapai Rp4.937 triliun. Arus kas dari investasi (Cash From Investing) mencatatkan angka negatif sebesar Rp4.592 triliun, menunjukkan investasi yang signifikan. Arus kas dari pendanaan (Cash From Financing) berada di angka Rp1.659 triliun, sementara belanja modal (Capital Expenditure) mencatat angka negatif sebesar Rp4.608 triliun. Arus kas bebas (Free Cash Flow) untuk periode TTM adalah Rp328 miliar.
Pertumbuhan pendapatan per kuartal (Quarter YoY Growth) mengalami penurunan sebesar 5,54 persen, dan pertumbuhan pendapatan sejak awal tahun (YTD YoY Growth) juga menurun sebesar 20,60 persen. Namun, pertumbuhan pendapatan tahunan (Annual YoY Growth) menunjukkan peningkatan sebesar 3,45 persen.
Laba bersih (Net Income) per kuartal mengalami penurunan sebesar 13,08 persen, dan laba bersih sejak awal tahun mengalami penurunan tajam sebesar 80,39 persen. Namun, laba bersih tahunan mengalami peningkatan sebesar 35,55 persen. Pendapatan per saham (EPS) per kuartal dan sejak awal tahun juga mengalami penurunan masing-masing sebesar 13,08 persen dan 80,39 persen, tetapi EPS tahunan meningkat sebesar 35,55 persen.
Pengembalian harga saham dalam satu minggu terakhir mengalami penurunan sebesar 5,74 persen, dalam satu bulan sebesar 11,30 persen, dan dalam tiga bulan sebesar 19,60 persen. Namun, pengembalian harga dalam enam bulan terakhir sedikit meningkat sebesar 0,61 persen.
Pengembalian harga dalam satu tahun terakhir mengalami penurunan signifikan sebesar 43,57 persen, dalam tiga tahun sebesar 25,76 persen, dan dalam sepuluh tahun sebesar 6,54 persen. Pengembalian harga saham sejak awal tahun mencatatkan penurunan sebesar 14,57 persen. Harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir adalah Rp6.446,08 dan harga terendah adalah Rp3.539,22.(*)