KABARBURSA.COM - Harga minyak semakin panas pada Kamis, 8 Agustus 2024, melanjutkan tren kenaikan untuk hari ketiga berturut-turut. Lonjakan ini dipicu oleh rilis data pekerjaan terbaru dari Amerika Serikat (AS) yang meredakan kekhawatiran pasar akan penurunan permintaan, serta ketegangan yang meningkat di Timur Tengah yang berhasil mendongkrak harga dari level terendah dalam delapan bulan terakhir.
Menurut data, kenaikan terjadi pada beberapa jenis, yaitu:
Kenaikan harga ini didorong oleh data terbaru yang menunjukkan penurunan klaim pengangguran di AS lebih besar dari yang diharapkan, menandakan bahwa kekhawatiran terhadap pasar tenaga kerja mungkin terlalu berlebihan.
Giovanni Staunovo, analis UBS, mengatakan, "Data terbaru mengenai klaim pengangguran di AS menunjukkan ekonomi masih tumbuh, mengurangi sebagian kekhawatiran terkait permintaan minyak."
Investor juga mencermati laporan dari Badan Informasi Energi AS (EIA) yang menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah AS sebesar 3,7 juta barel minggu lalu. Penurunan ini jauh melampaui ekspektasi analis, menandai penurunan mingguan keenam berturut-turut ke level terendah dalam enam bulan.
Selain itu, pembunuhan anggota senior kelompok militan Hamas dan Hizbullah pekan lalu meningkatkan kemungkinan serangan balasan oleh Iran terhadap Israel, memicu kekhawatiran atas pasokan minyak dari wilayah penghasil minyak terbesar di dunia.
"Jika terjadi serangan balasan besar-besaran dari Iran, harga minyak mentah bisa melonjak, dan itulah yang paling dikhawatirkan banyak orang saat ini," ujar Tim Snyder, kepala ekonom di Matador Economics.
Di sisi lain, Badan Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO) melaporkan adanya insiden di 45 mil laut selatan Mokha, Yaman, di mana militan Houthi yang bersekutu dengan Iran telah melancarkan serangan terhadap pengiriman internasional sejak November lalu sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina dalam konflik antara Israel dan Hamas.
Pasukan Israel juga meningkatkan serangan udara di Jalur Gaza pada Kamis, menewaskan setidaknya 40 orang, menurut sumber medis Palestina. Ini menjadi bagian dari pertempuran yang lebih luas antara Israel dan militan yang dipimpin Hamas, di saat Israel bersiap menghadapi potensi perang yang lebih besar di kawasan tersebut.
Selain itu, ketidakpastian semakin diperparah oleh deklarasi force majeure oleh Perusahaan Minyak Nasional Libya di ladang minyak Sharara pada Selasa, 6 Agustus 2024, akibat protes yang menyebabkan pengurangan produksi.
Analis dari Citi memprediksi harga minyak bisa naik ke kisaran USD80 untuk Brent, dengan mengatakan, "Risiko kenaikan harga tetap ada, mengingat keseimbangan yang masih ketat sepanjang Agustus, meningkatnya risiko geopolitik di Afrika Utara dan Timur Tengah, kemungkinan gangguan cuaca selama musim badai, dan posisi uang yang dikelola secara ringan."
Pada Selasa, 6 Agustus 2024, harga minyak mengalami kenaikan setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah dalam beberapa bulan terakhir. Perhatian investor kini beralih ke ketatnya pasokan, sementara pasar keuangan pulih dari penurunan baru-baru ini.
Menurut laporan, harga minyak Brent untuk kontrak berjangka naik 18 sen atau 0,2 persen, menetap di USD76,48 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS naik 26 sen atau 0,4 persen, ditutup pada USD73,20 per barel. Keduanya berhasil menghentikan penurunan yang berlangsung selama tiga sesi berturut-turut.
Ketegangan meningkat setelah Iran berjanji akan membalas Israel dan Amerika Serikat (AS) atas pembunuhan dua pemimpin militan, yang menimbulkan kekhawatiran akan potensi konflik lebih luas di Timur Tengah, dan kemungkinan dampaknya terhadap pasokan minyak dari wilayah tersebut.
Selain itu, meski prospek permintaan melemah setelah aksi jual global di pasar pada Senin, kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah serta penurunan produksi minyak Libya memberikan dukungan terhadap harga minyak.
Penurunan produksi sebesar 300.000 barel per hari (bpd) di ladang minyak Sharara di Libya juga menambah kekhawatiran akan kekurangan pasokan.
Pada Selasa, Perusahaan Minyak Nasional Libya mengumumkan bahwa mereka akan mulai mengurangi produksi di ladang tersebut secara bertahap akibat protes yang terjadi.
Penurunan terbaru dalam persediaan minyak mentah dan bahan bakar di pusat perdagangan utama juga turut mendukung kenaikan harga minyak.
“Fundamental minyak masih menunjukkan pasar minyak yang kurang pasokan, dengan persediaan minyak masih menurun,” kata analis UBS Giovanni Staunovo.(*)