KABARBURSA.COM - Perusahaan konglomerasi PT Astra International Tbk (ASII) telah mengeluarkan belanja modal (capex) sebesar Rp12,3 triliun hingga semester pertama 2024. Total anggaran capex yang disiapkan oleh ASII untuk tahun ini adalah Rp37 triliun.
Direktur Utama ASII, Djony Bunarto Tjondro, mengungkapkan bahwa sebagian besar capex tersebut, yaitu sekitar 70 persen, digunakan untuk anak perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan dan alat berat.
"Hingga semester I 2024, capex kami telah terserap sebesar Rp12,3 triliun, dengan mayoritas, sekitar 65-70 persen, dialokasikan untuk bisnis alat berat dan pertambangan," kata Djony.
Sisa capex lainnya telah dialokasikan ke berbagai lini bisnis lain seperti perkebunan atau agribisnis, serta bisnis operasi penjualan perusahaan.
Tahun lalu, ASII tercatat aktif melakukan investasi di berbagai sektor untuk mendukung bisnisnya. Di sektor otomotif, ASII mengakuisisi OLX, sebuah perusahaan yang bergerak di penjualan mobil bekas, untuk memperkuat ekosistem bisnis mereka.
Dalam sektor pertambangan, ASII juga berinvestasi di sektor energi baru terbarukan (EBT) dengan mengakuisisi aset seperti PLTA milik PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), panas bumi, dan nikel, melalui anak perusahaan mereka, PT United Tractors Tbk (UNTR).
"Selain itu, kami juga mempertimbangkan sektor-sektor baru yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia," tambah Djony.
Lebih lanjut, Direktur Utama ASII mengungkapkan sektor bisnis yang dinilai dapat memberikan nilai tambah bagi kinerja perseroan ke depan.
Djony mengatakan, saat ini perusahaan terus melihat sejumlah potensi bisnis lain yang tengah di lirik, selain dari sejumlah lini bisnis yang telah digeluti Astra (ASII). Potensi tersebut dilakukan sejalan dengan arah pertumbuhan perekonomian Indonesia.
"Di luar itu tentunya adalah sektor-sektor baru, dan kami selalu menyelaraskan sektor potensial yang ingin kami masuki dengan arah pertumbuhan perekonomian Indonesia, di antaranya adalah sektor kesehatan," ujarnya.
Djony melanjutkan, sektor layanan kesehatan tersebut menjadi sektor yang akan teru dijajaki dan memperluas investasi hingga infrastruktur.
Astra (ASII) sendiri sebelumnya juga telah melakukan investasi di sektor layanan kesehatan, seperti Halodoc--sebuah platform ekosistem kesehatan digital--dalam beberapa tahun belakangan. Nilai investasinya mencapai Rp2,03 triliun.
"Kami yakin ini akan menjadi satu mesin pertumbuhan yang baik, tentunya tidak dalam jangka pendek, ini adalah investasi kami jangka panjang," tuturnya.
Selain itu, lanjut Djony, Astra juga tetap melakukan investasi di sektor pertambangan non batu bara, sebagai bagian dari tujuan entitas usahanya, PT United Tractors Tbk (UNTR).
Saat ini, Astra sendiri telah memiliki tujuh lini bisnis. Ketujuh bisnis itu mulai dari sektor pertambangan, otomotif, agribisnis atau perkebunan, hingga sektor properti.
Berembus kabar bahwa ASII mau melanjutkan rencana investasi ke depannya. Ada sejumlah sektor potensial yang telah dibidik perseroan sebagai sasaran investasi.
Head of Investor Relations ASII, Tira Ardianti, menyampaikan bahwa tahun ini, perusahaan telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp32 triliun untuk investasi dan capex. Namun, ia menegaskan bahwa Grup Astra akan menjalankan investasi dengan cermat dan hati-hati, serta memastikan bahwa investasi tersebut sesuai dengan kriteria perusahaan. ASII akan memprioritaskan sektor-sektor yang mendukung pembangunan ekonomi Indonesia.
“Kami berharap investasi baru kami dapat terintegrasi dengan ekosistem Astra yang sudah ada dan berkontribusi di dalamnya. Tentu saja, investasi ini juga bergantung pada peluang yang ada, dan setiap peluang investasi akan memiliki jangka waktu tersendiri,” kata Tira.
Sebagai catatan, pada tahun 2023, ASII melakukan investasi yang cukup agresif di berbagai sektor untuk mendukung bisnisnya. Misalnya, dalam lini bisnis otomotif, ASII mengakuisisi OLX untuk memperkuat ekosistem bisnis mobil bekasnya.
Di sektor properti, ASII melalui PT Astra Land Indonesia (ALI) mengakuisisi Hotel Mandarin Oriental di Thamrin, Jakarta Pusat, senilai Rp1,27 triliun pada Juni 2023.
Pertumbuhan earning per share (EPS) ASII secara kuartal yoy turun sebesar 3,87 persen. Sedangkan EPS dari awal tahun hingga saat ini turun 9,13 persen. Namun, EPS tahunan tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sama dengan laba bersih, yaitu sebesar 16,91 persen.
Pendapatan tahunan ASII diproyeksikan sebesar Rp31,712 miliar, turun dari Rp33,839 miliar pada tahun 2023. Untuk periode Trailing Twelve Months (TTM) yang berakhir pada kuartal kedua tahun 2024, ASII mencatat pendapatan sebesar Rp32,246 miliar, turun dari Rp33,839 miliar pada periode yang sama tahun 2023.
Pendapatan secara kuartal year on year (yoy) mengalami penurunan sebesar 0,82 persen. Namun pendapatan tahunan (yoy) meningkat sebesar 5,04 persen. Sedangkan pertumbuhan laba bersih secara kuartal yoy turun sebesar 3,87 persen dan laba bersihnya turun tajam, yaitu sebesar 9,13 persen. Meskipun demikian, laba bersih tahunan tahun ke tahun melonjak signifikan sebesar 16,91 persen.
Sedangkan untuk kinerja saham dan kapitalisasi pasar ASII saat ini tercatat sebanyak Rp190,273 miliar dan jumlah saham yang beredar adalah 40,48 miliar lembar saham. Harga saham PT Astra International Tbk (ASII) menunjukkan fluktuasi yang cukup signifikan dalam berbagai periode. (*)