KABARBURSA.COM - PT Barito Renewables Energy Tbk dengan kode saham BREN, bak gula yang tengah dikerubuti semut. Jumlah pemegang sahamnya melonjak drastis, menunjukkan minat yang tinggi dari investor. Berdasarkan laporan bulanan registrasi pemegang saham, per 31 Juli 2024, jumlah pemegang saham BREN mencapai 21.574, meningkat dari 14.947 pemegang saham pada akhir Juni 2024.
Di sisi lain, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan Green Era Energy tetap memegang saham mayoritas BREN dengan kepemilikan masing-masing sebesar 65,66 persen dan 23,60 persen. Pada perdagangan sesi I tanggal 7 Agustus 2024, saham BREN menguat, tercatat pada pukul 10.08 WIB berada di Rp8.075, naik 1,57 persen. Namun, dalam satu bulan terakhir, saham ini mengalami penurunan sebesar 21 persen.
Barito Renewables Energy, yang merupakan emiten milik Prajogo Pangestu, mencatat kenaikan laba bersih sebesar 0,5 persen menjadi USD58 juta pada semester I 2024, dibandingkan dengan USD57,6 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan laba ini didorong oleh peningkatan kepemilikan pada Salak-Darajat.
Pendapatan perusahaan selama enam bulan pertama 2024 mencapai USD290,1 juta dengan EBITDA sebesar USD247,9 juta. Direktur Utama BREN, Hendra Soetjipto Tan, menyatakan bahwa perusahaan terus melanjutkan inisiatif efisiensi biaya dan menjaga keunggulan operasional, tercermin dalam margin EBITDA yang tetap di atas 85 persen dan net capacity factor yang tetap di atas 90 persen.
"Dari sisi neraca, rasio utang bersih terhadap ekuitas kami tetap stabil di angka 2,3x, mencerminkan kemampuan keuangan kami untuk melanjutkan rencana pertumbuhan perusahaan di tahun-tahun mendatang," ungkap Hendra dalam keterangannya pada Senin, 5 Agustus 2024.
Dia juga menyampaikan bahwa PLTB Sidrap 1, pembangkit listrik tenaga angin milik perseroan, menunjukkan hasil produksi yang sangat signifikan, terutama pada bulan Mei sejak COD dan produksi semester pertama tertinggi sejak 2019. Kondisi angin yang menguntungkan telah mendorong peningkatan produksi ini, memberikan kontribusi positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
"Memasuki musim angin kuat, kami mengantisipasi kinerja Sidrap 1 yang akan tumbuh pada kuartal berikutnya, menegaskan pentingnya nilai portofolio energi kami yang terdiversifikasi," tambah Hendra.
Ke depan, perusahaan berencana untuk menambah kapasitas aset geotermal melalui program retrofit dan penambahan unit baru.
"Untuk lebih meningkatkan kapasitas, kami akan mengembangkan aset geotermal yang saat ini masih dalam tahap pengembangan, seperti Hamiding dan Suoh Sekincau, serta mengembangkan Sidrap 2 yang tendernya diharapkan akan dimulai pada paruh kedua 2024," jelasnya.
Hingga akhir Juni 2024, total aset BREN tumbuh 5,6 persen dari akhir 2023, menjadi USD3,704 miliar.
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) tengah mempersiapkan langkah besar dalam ekspansi kapasitasnya setelah berhasil menjaga kinerja semester I-2024 yang stabil. Keberhasilan ini memberikan ruang bagi BREN untuk melanjutkan pengembangan asetnya dengan lebih agresif.
BREN didukung oleh posisi kas yang solid, dengan total kas dan setara kas mencapai USD226 juta atau setara Rp3,66 triliun pada akhir periode. Rasio utang terhadap EBITDA tetap stabil di angka 2,3x per 30 Juni 2024. Dalam waktu dekat, BREN berencana untuk memperluas aset geothermalnya yang sedang dalam tahap pengembangan, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Hamiding dan PLTP Suoh Sekincau.
Selain itu, perusahaan juga akan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap 2, dengan tender yang diharapkan berlangsung pada semester II-2024.
“Kami akan menambah kapasitas aset geothermal melalui program retrofit dan penambahan unit baru,” ungkap Direktur Utama BREN, Hendra Soetjipto Tan, dalam keterangan resminya.
Hendra menjelaskan bahwa komitmen BREN adalah memberikan nilai jangka panjang kepada pemangku kepentingan melalui peningkatan kinerja keuangan yang berkelanjutan, efisiensi, dan optimalisasi biaya. Ini termasuk mengurangi biaya pembiayaan bank yang ditargetkan dapat terealisasi pada semester II-2024.
Meskipun pendapatan konsolidasi semester I-2024 tercatat sebesar USD290,1 juta atau setara Rp4,7 triliun – lebih rendah dari pendapatan semester I-2023 sebesar USD296,9 juta – penurunan ini disebabkan oleh pemeliharaan non-rutin pada aset Darajat yang menyebabkan unit 2 ditutup pada kuartal II dan dijadwalkan kembali beroperasi pada Agustus 2024.
Namun, tarif tinggi akibat inflasi dan kontribusi PLTB Sidrap 1 yang mencatatkan produksi tertinggi sejak 2019 telah menopang stabilitas pendapatan BREN. Kondisi angin yang menguntungkan juga mendorong peningkatan produksi, memberikan dampak positif pada kinerja keuangan keseluruhan BREN.
“Memasuki musim angin kuat, kami mengantisipasi peningkatan kinerja PLTB Sidrap 1 pada kuartal berikutnya, yang semakin menegaskan nilai portofolio energi kami yang terdiversifikasi,” tambah Hendra.
Dari sisi EBITDA, BREN mencatatkan angka sebesar USD247 juta atau setara Rp4 triliun, meski sedikit menurun seiring dengan penurunan pendapatan. Berita baiknya, perusahaan berhasil menekan biaya operasional, sehingga margin EBITDA tetap terjaga di atas 85 persen.
Laba bersih BREN juga stabil di angka USD58 juta atau Rp939 miliar, berkat peningkatan kepemilikan pada Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Salak dan Darajat. Total aset BREN meningkat sebesar 5,6 persen menjadi USD3,70 juta dibandingkan akhir 2023.(*)