KABARBURSA.COM - Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus telah resmi mengusung Ridwan Kamil sebagai calon gubernur DKI Jakarta pada pemilihan gubernur 2024. Keputusan ini diumumkan Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin, 5 Agustus 2024.
"Insyaallah di KIM plus sudah muncul satu nama, yaitu Ridwan Kamil untuk Pilgub Jakarta," ujar Dasco.
Keputusan ini menambah pamor pria yang akrab disapa Kang Emil itu dan tentu saja memberi pengaruh yang cukup besar pada emiten GRIA.
Ya, pada Juni lalu, dia diangkat sebagai Komisaris Independen PT Ingria Pratama Capitalindo Tbk (GRIA). Pengangkatan ini disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2024. Sekretaris GRIA, Eka Maolana, menyatakan pengangkatan Ridwan Kamil sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
"Beliau memiliki pengalaman sebagai arsitek yang berkualitas sekaligus artistik. Tentu Ingria merasa terhormat dengan bergabungnya beliau, karena nantinya akan memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas pembangunan pada proyek-proyek perumahan Ingria di seluruh Indonesia," tutur Eka.
Lantas, bagaimana dampak dari kenaikan pamor Ridwan Kamil ini terhadap pergerakan saham GRIA?
Menurut Senior Investment Information Mirae Asset, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, tren pergerakan harga saham GRIA relatif sepi. Terkait pengaruh pencalonan Ridwan Kamil sebagai cagub, apakah bisa menjadi sentimen positif, Nafan mengatakan harus mencermati kondisi pergerakan harga saham terlebih dahulu.
“Pergerakan harga saham GRIA kurang likuid,” katanya kepada KabarBursa, Selasa, 6 Agustus 2024.
Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana kinerja keuangan dan saham GRIA, berikut akan diulas jeroan fundamental emiten bidang pengembang rumah subsidi tersebut.
Pada kuartal pertama 2024, GRIA mencatatkan laba bersih sebesar Rp907 miliar, meningkat signifikan dibandingkan Rp206 miliar pada kuartal pertama 2023. Namun, pada kuartal kedua 2024, laba bersih turun menjadi Rp132 miliar.
Angka ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kerugian Rp898 miliar pada kuartal yang sama tahun lalu. Dalam dua kuartal pertama 2024, laba bersih tahunan (annualised) mencapai Rp2 triliun, sementara untuk dua belas bulan terakhir (TTM) mencapai Rp5 triliun, meningkat dari Rp3 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Rasio harga terhadap laba (PE Ratio) saat ini untuk GRIA adalah 681,51 kali untuk nilai tahunan dan 274,20 kali untuk nilai dua belas bulan terakhir. Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales) saat ini mencapai 25,25 kali, menunjukkan valuasi yang cukup tinggi dibandingkan rata-rata industri.
Laba per saham (EPS) saat ini adalah Rp0,70 untuk dua belas bulan terakhir dan Rp0,28 untuk nilai tahunan. Pendapatan per saham (Revenue Per Share) mencapai Rp7,60 dengan nilai buku per saham sebesar Rp52,27.
Rasio lancar (Current Ratio) GRIA tercatat 3,17, menunjukkan likuiditas yang baik untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) berada pada 0,20, mengindikasikan penggunaan utang yang relatif rendah. Margin laba kotor (Gross Profit Margin) untuk kuartal terakhir adalah 34,59 persen, sementara margin laba bersih (Net Profit Margin) mencapai 1,07 persen.
Adapun GRIA tidak mencatatkan pembayaran dividen dalam periode dua belas bulan terakhir.
GRIA mencatat pendapatan sebesar Rp56 triliun untuk periode dua belas bulan terakhir (TTM). Laba kotor (gross profit) mencapai Rp18 miliar, sedangkan EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) tercatat sebesar Rp3 miliar. Laba bersih (net income) perusahaan mencapai Rp5 miliar untuk periode yang sama.
Per kuartal terakhir, Ingria memiliki kas sebesar Rp19 miliar dan total aset mencapai Rp475 miliar. Total kewajiban (liabilities) perusahaan sebesar Rp89 miliar, dengan utang jangka pendek (short-term debt) sebesar Rp52 miliar dan utang jangka panjang (long-term debt) sebesar Rp26 miliar. Total ekuitas perusahaan mencapai Rp386 miliar.
Arus kas dari operasi (cash from operations) untuk periode dua belas bulan terakhir menunjukkan angka negatif Rp5 miliar. Arus kas dari investasi (cash from investing) juga negatif sebesar Rp165 miliar, sementara arus kas dari pembiayaan (cash from financing) positif Rp181 miliar. Belanja modal (capital expenditure) mencapai Rp165 miliar, sehingga arus kas bebas (free cash flow) tercatat negatif Rp170 miliar.
Pendapatan perusahaan tumbuh sebesar 27,62 persen dari tahun ke tahun untuk kuartal terakhir, dan 45,13 persen untuk periode tahun ke tahun hingga saat ini. Laba bersih tumbuh signifikan sebesar 114,66 persen pada kuartal terakhir, dan 250,02 persen untuk tahun ke tahun hingga saat ini. Laba per saham (EPS) tahunan menunjukkan penurunan drastis sebesar 100 persen.
Kinerja harga saham GRIA menunjukkan peningkatan sebesar 1,05 persen dalam satu minggu terakhir. Namun, harga saham mengalami penurunan sebesar 3,03 persen dalam satu bulan terakhir. Dalam tiga bulan terakhir, harga saham naik 18,52 persen, dan dalam enam bulan terakhir naik sebesar 62,71 persen. Kinerja harga saham tahun hingga saat ini menunjukkan peningkatan sebesar 57,38 persen. Harga tertinggi saham dalam 52 minggu terakhir adalah Rp222, sementara harga terendah adalah Rp76.
Kinerja keuangan GRIA menunjukkan peningkatan yang signifikan pada laba bersih, namun valuasinya tetap tinggi. Likuiditas dan profitabilitas perusahaan berada dalam kondisi yang baik, meskipun pergerakan sahamnya tidak banyak diperdagangkan.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.