KABARBURSA.COM - PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) meraup laba bersih dengan peningkatan 246,72 persen sepanjang semester I 2024 menjadi Rp43,34 miliar, dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp12,50 miliar.
Capaian ini didukung oleh pendapatan bunga bersih Bank Bumi Arta sebesar Rp165,77 miliar di semester I 2024, meskipun mengalami penurunan sebesar 11,88 persen yoy dari Rp188,13 miliar tahun sebelumnya.
Akibatnya, rasio margin bunga bersih (NIM) turun dari 5,27 persen menjadi 4,47 persen per Juni 2024.
Beban operasional Bank Bumi Arta tercatat sebesar Rp111,49 miliar pada semester I 2024, turun 35,40 persen dari Rp172,60 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Sebagai hasilnya, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) juga menurun dari 94,44 persen menjadi 81,73 persen per Juni 2024.
Dalam hal intermediasi, Bank Bumi Arta telah menyalurkan kredit sebesar Rp4,15 triliun pada semester I 2024, naik 3,23 persen yoy dari Rp4,02 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Kualitas kredit Bank Bumi Arta juga membaik, terlihat dari penurunan rasio non-performing loan (NPL) gross dari 4,35 persen menjadi 4,17 persen per Juni 2024.
Dengan perbaikan kualitas aset tersebut, Bank Bumi Arta terlihat mengurangi pencadangan, tercatat rasio cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) menurun dari 2,38 persen menjadi 1,90 persen per Juni 2024.
Dari sisi pendanaan, Bank Bumi Arta menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp5,02 triliun pada semester I 2024, naik 2,87 persen yoy dari Rp4,88 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan kredit dan DPK ini berdampak pada peningkatan total aset Bank Bumi Arta menjadi Rp8,36 triliun, naik 2,32 persen yoy dari Rp8,17 triliun tahun sebelumnya.
Namun, Return on Asset (ROA) Bank Bumi Arta justru meningkat dari 0,40 persen menjadi 1,34 persen per Juni 2024.
Meskipun demikian, BNBA memutuskan untuk tidak membagikan dividen dari laba bersih tahun 2023 sebesar Rp44 miliar, yang naik 12,82 persen secara tahunan.
Direktur Perkembangan Bisnis dan Keuangan Bank Bumi Arta, Edwin Suryahusada, mengatakan bahwa keputusan ini telah disetujui oleh para pemegang saham dengan alasan untuk menjaga permodalan bank.
"Jadi, untuk tahun 2023, Direksi mengusulkan kepada pemegang saham, dan telah disetujui, untuk tidak membagikan dividen, karena bank memiliki kewajiban untuk menjaga modal inti di atas Rp3 triliun," ungkapnya.
Lebih lanjut, Edwin menjelaskan bahwa keputusan untuk tidak membagikan dividen juga merupakan pilihan yang tepat untuk memperkuat modal dari laba ditahan guna mendukung pertumbuhan bisnis di masa mendatang.
Berdasarkan laporan keuangan Bank Bumi Arta per Maret 2024, modal inti bank yang sahamnya dimiliki oleh PT Takjub Financial Teknologi (Ajaib) tercatat sebesar Rp 3,07 triliun, dengan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 73,31 persen per Maret 2024. Angka ini naik sedikit dari 72,91 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun BNBA optimis dapat melanjutkan performa positifnya tahun ini dengan menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 10 persen pada 2024.
Keyakinan ini didasarkan pada hasil kinerja kuartal I 2024, di mana Bank Bumi Arta mencatatkan pertumbuhan laba yang signifikan sebesar 264 persen yoy menjadi Rp29,16 miliar.
Namun, penyaluran kredit Bank Bumi Arta mengalami penurunan dari Rp3,92 triliun menjadi Rp3,89 triliun pada kuartal I 2024.
"Pada tahun 2024, kami merencanakan pertumbuhan kredit sekitar 10 persen. Dana Pihak Ketiga (DPK) akan mengikuti pertumbuhan kredit tersebut," ungkap Edwin.
Edwin menambahkan bahwa fokus mereka akan berada pada penyaluran kredit ke sektor supply chain financing, seperti distributor dan pembiayaan untuk dealer otomotif. Ini karena penggunaan kredit di sektor tersebut sudah jelas dan terukur, dengan setiap kredit memerlukan dokumen pendukung.
"Sehingga kemungkinan terjadi masalah sangat kecil," tambahnya.
Di sisi lain, dengan berakhirnya kebijakan restrukturisasi Covid-19, Edwin menyebut bahwa bank telah berhasil menyelesaikan kredit bermasalah dengan baik. Rasio NPL Bank Bumi Arta tercatat menurun dari 4,82 persen menjadi 3,88 persen per Maret 2024.
"Berkat kerjasama dengan debitur, kami berhasil menyelesaikan kredit ini, dan semuanya telah keluar dari restrukturisasi Covid-19. Kami telah mengatasi situasi ini dengan baik," ujarnya.
Ke depan, mereka akan terus menjaga kualitas kredit dengan pendekatan personal kepada debitur untuk mencapai solusi win-win dalam penyelesaian kewajiban kredit.
Meskipun menghadapi tantangan suku bunga tinggi yang mempengaruhi industri perbankan, Edwin menyatakan bahwa bank tidak mengalami masalah dengan pengetatan likuiditas dalam ekspansi kredit tahun ini. Sebagai bank yang telah berdiri sejak 1977, Bank Bumi Arta memiliki nasabah loyal, sehingga fokusnya adalah pada kenyamanan dan keamanan nasabah.
Tahun ini, Bank Bumi Arta menargetkan pertumbuhan DPK sekitar 6,3 persen. (*)