Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Rupiah Berkilaiu Dipicu Capital Inflow

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 20 November 2023 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Rupiah Berkilaiu Dipicu Capital Inflow

KABARBURSA.COM - Rupiah meraih kekuatan yang mengesankan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah terjadi arus masuk modal yang cukup signifikan pekan lalu. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat di level Rp15.400/US$ atau mengalami apresiasi sebesar 0,58 persen, mencatat posisi terkuat sejak 25 September 2023. Penguatan ini melanjutkan tren kenaikan dari hari sebelumnya yang juga tercatat apresiasi sebesar 0,32 persen.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 08.50 WIB menunjukkan penurunan sebesar 0,08 persen menjadi 103,83. Angka ini menandai penurunan dibandingkan dengan penutupan perdagangan Jumat (17/11/2023) yang berada di level 103,91.

Penguatan rupiah pada hari ini didorong oleh peristiwa signifikan pada pekan lalu, khususnya dalam data transaksi pada periode 13-16 November 2023. Investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp7,33 triliun, dengan pembelian bersih Rp2,49 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), Rp0,87 triliun di pasar saham, dan Rp3,97 triliun di Surat Berharga Ritel Indonesia (SRBI).

Perlu dicatat bahwa data transaksi pada periode 6-9 November 2023 menunjukkan investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp1,27 triliun, keluar dari pasar domestik baik di pasar SBN maupun di pasar saham.

Prestasi pembelian bersih sebesar Rp7,33 triliun pada pekan ini mencapai level tertinggi sejak pekan pertama Mei 2023, melampaui periode enam bulan terakhir.

Selain itu, pada hari ini (20/11/2023), Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan pinjaman (Loan Prime Rate/LPR).

LPR 1 tahun tetap bertahan di level 3,45 persen, sedangkan LPR 5 tahun juga dipertahankan di level 4,2 persen.

Perlu diingat, PBOC sebelumnya telah meningkatkan injeksi likuiditas sambil mempertahankan suku bunga, sebagai upaya untuk memberikan kebijakan pinjaman jangka menengah. Kebijakan tersebut berakhir pada Rabu lalu, sesuai dengan ekspektasi pasar, dengan tujuan menjaga likuiditas di sistem perbankan menghadapi faktor-faktor jangka pendek, seperti pembayaran pajak dan penerbitan obligasi.

Dalam pernyataan online, bank sentral menegaskan komitmennya untuk menyediakan likuiditas yang memadai di sektor perbankan, terutama untuk mengatasi tantangan jangka pendek. Bersamaan dengan itu, bank sentral berjanji untuk menyediakan uang dasar jangka menengah dan panjang, mengindikasikan langkah-langkah proaktif dalam mendukung stabilitas keuangan.