Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Kode Keras Rebound, Saham CTRA Kemas Laba Rp1,02 Triliun

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 04 August 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Kode Keras Rebound, Saham CTRA Kemas Laba Rp1,02 Triliun

KABARBURSA.COM - Ciputra Developments (CTRA) kembali membuktikan performa gemilangnya pada semester pertama 2024 dengan mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,02 triliun. Angka ini melesat 32 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp778,99 miliar. Akibatnya, laba per saham perusahaan besutan mendiang Ciputra ini turut naik menjadi Rp56 dari sebelumnya Rp42.

Penjualan dan pendapatan usaha CTRA juga menunjukkan pertumbuhan positif, mencapai Rp5,03 triliun atau meningkat 12,78 persen dari Rp4,46 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Meski beban pokok penjualan dan beban langsung naik menjadi Rp2,58 triliun dari Rp2,36 triliun, laba kotor yang terkumpul tetap melonjak menjadi Rp2,44 triliun dari Rp2,1 triliun.

Beban umum dan administrasi perusahaan naik menjadi Rp713,01 miliar dari Rp678,04 miliar, sedangkan beban penjualan mencapai Rp209,15 miliar dari Rp178 miliar. Meski penghasilan lain-lain turun menjadi Rp63,69 miliar dari Rp83,78 miliar, laba usaha tercatat Rp1,58 triliun, melesat dari Rp1,33 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Bagian laba dari entitas asosiasi juga mengalami peningkatan menjadi Rp33,17 miliar dari Rp23,66 miliar. Penghasilan keuangan meroket menjadi Rp250,43 miliar dari Rp170,06 miliar, meskipun beban keuangan naik menjadi Rp585,08 miliar dari Rp562,73 miliar. Laba sebelum pajak final dan pajak penghasilan pun melonjak signifikan menjadi Rp1,28 triliun dari Rp966,40 miliar.

Dengan pajak final sebesar Rp135,95 miliar dan beban pajak penghasilan Rp19,78 miliar, laba periode berjalan mencapai Rp1,13 triliun, naik dari Rp832,47 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Total ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp23,20 triliun, bertambah dari akhir tahun lalu yang sebesar Rp22,62 triliun. Jumlah liabilitas meningkat menjadi Rp23,08 triliun dari Rp21,49 triliun, dan total aset terkumpul mencapai Rp46,28 triliun, naik dari Rp44,11 triliun pada akhir tahun lalu.

Peluang Rebound

Indeks saham properti atau IDX Property & Real Estate mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Hingga perdagangan akhir pekan lalu, Jumat, 2 Agustus 2024, indeks saham properti berada di level 652,32, meski masih melemah 8,66 persen year-to-date (YtD). Namun, koreksi tersebut sudah menyusut dibandingkan awal Juli 2024 yang terkoreksi sebesar 17,31 persen YtD. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IDX Property & Real Estate mencatat peningkatan sebesar 9,50 persen selama satu bulan terakhir dan terapresiasi 3,03 persen dalam kurun tiga bulan.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengungkapkan bahwa indeks saham properti terus menunjukkan perbaikan secara berkala. Menurutnya, progresivitas tersebut berpotensi menjadikan indeks properti sebagai salah satu sektor unggulan di masa mendatang.

"Jika pergerakannya terus menunjukkan performa yang progresif, ke depan sektor properti akan menjadi leading sector," ujarnya.

Nafan menambahkan bahwa peluang perbaikan indeks saham properti juga didorong oleh potensi pelonggaran moneter yang dilakukan Bank Indonesia (BI), sejalan dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Pada pertemuan FOMC akhir Juli 2024, The Fed memutuskan untuk mempertahankan FFR pada level 5,25 persen-5,5 persen. Namun, bank sentral AS itu berpeluang menurunkan suku bunga pada September 2024 jika inflasi terus melandai sesuai target The Fed yakni 2 persen, dan dengan mempertimbangkan risiko pelemahan pasar tenaga kerja lebih lanjut.

Menurut Nafan, pelonggaran moneter dari The Fed dan BI pada semester II/2024 akan mendorong prospek marketing sales alias prapenjualan dari emiten properti. Stabilitas ekonomi juga akan berperan besar dalam meningkatkan kinerja industri properti ke depan.

"Tren pertumbuhan marketing sales setiap tahun itu ada. Memang ini tercipta selama adanya jaminan stabilitas perekonomian domestik supaya menjaga dinamika marketing sales tetap bisa meningkat," jelas Nafan.

Di tengah perbaikan indeks saham properti, Mirae Asset memberikan rekomendasi beli untuk saham PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) dan PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) dengan target harga masing-masing di level Rp446 dan Rp640. Sementara itu, saham PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) meraih rekomendasi buy on weakness dengan target harga Rp1.400 per saham. Adapun, rekomendasi tahan disematkan kepada PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) dan PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI).

Proyek IKN

Terkait rusun di IKN, proyek tersebut dikerjakan melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Skema ini akan bergulir pada 2025.

Direktur Ciputra Development Harun Hajadi, mengungkapkan bahwa perusahaan akan membangun 10 rusun dalam proyek KPBU yang kini telah memasuki tahap Feasibility Study (FS). Setelah tahap ini, akan dilanjutkan dengan beberapa tahapan lainnya seperti kurasi dan akhirnya lelang.

Proyek ini memiliki nilai investasi total sekitar Rp3,5 triliun, dengan kebutuhan ekuitas sebesar 30 persen. Harun juga menekankan bahwa proyek ini akan berjalan bertahap mengingat ini adalah pertama kalinya pemerintah menerapkan skema KPBU untuk proyek rumah susun.

“KPBU sudah banyak diterapkan di proyek bendungan, tol, dan pelabuhan, tetapi untuk rumah susun, ini baru pertama kali,” kata Harun, Rabu, 19 Juni 2024.(*)