Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Ada Apa di Balik Aksi Warren Buffett Buang Sejumlah Saham?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 04 August 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Ada Apa di Balik Aksi Warren Buffett Buang Sejumlah Saham?

KABARBURSA.COM - Miliarder Warren Buffett beberapa hari terakhir melakukan aksi yang tidak biasa. Sejumlah saham sengaja 'dibuang' secara besar-besaran, mulai dari saham Bank of America hingga saham Apple. Ada apa sebenarnya di balik aksi buang saham tersebut?

12 Hari Berturut-turut Buang Saham Bank of America

Berkshire Hathaway, yang dipimpin oleh miliarder legendaris Warren Buffett, baru saja melakukan langkah besar dengan memangkas kepemilikan sahamnya di Bank of America. Dalam pengajuan peraturan yang dirilis pada Kamis, 1 Agustus 2024, terungkap bahwa Berkshire melepas 19,2 juta saham Bank of America, senilai sekitar USD779 juta.

Transaksi ini berlangsung antara 30 Juli hingga 1 Agustus, dan menandai penurunan besar dalam kepemilikan saham Bank of America oleh Buffett. Sejak 17 Juli 2024, Buffett telah melepaskan total 90,4 juta saham, dengan estimasi keuntungan yang mengesankan lebih dari USD3,8 miliar atau sekitar Rp61,9 triliun.

Meski telah menjual hampir 100 juta saham, Berkshire masih memegang posisi dominan sebagai pemegang saham terbesar di Bank of America, dengan kepemilikan tersisa sebanyak 942,4 juta saham - atau sekitar 12,1 persen dari total saham yang beredar, bernilai sekitar USD37,2 miliar. Berkshire akan terus melaporkan penjualan hingga kepemilikan sahamnya turun di bawah ambang batas 10 persen.

Langkah Buffett ini dilakukan setelah harga saham Bank of America melonjak sekitar dua pertiga sejak akhir Oktober lalu, kini diperdagangkan lebih dari 1,2 kali nilai buku perusahaan. Kenaikan ini telah mendongkrak nilai saham Berkshire menjadi lebih dari USD45 miliar - tiga kali lipat dari nilai sebelumnya yang hanya USD14,6 miliar.

Berkshire Hathaway telah menjadi investor setia Bank of America sejak 2011, ketika mereka membeli saham preferen senilai USD5 miliar. Langkah ini mencerminkan kepercayaan Buffett terhadap kemampuan CEO Bank of America, Brian Moynihan, dalam mengembalikan kesehatan bank pasca krisis keuangan 2008.

Buffett, yang kini berusia 93 tahun dan dikenal sebagai salah satu investor paling disegani di dunia, mengungkapkan bahwa dia sangat menghargai Moynihan dan pada saat itu tidak berniat menjual saham bank tersebut.

Pangkas Saham Apple Rp4.479 Triliun

Tidak hanya saham Bank of America, Berkshire Hathaway Inc baru saja mengambil langkah besar dengan memangkas kepemilikan sahamnya di Apple Inc hampir 50 persen sebagai bagian dari penjualan besar-besaran yang terjadi pada kuartal kedua. Langkah ini membawa tumpukan uang tunai milik miliarder Warren Buffett mencapai rekor baru sebesar USD276,9 miliar (sekitar Rp4.479 triliun).

Dalam laporan terbaru yang dirilis pada Sabtu, 3 Agustus 2024, konglomerat yang berbasis di Omaha, Nebraska ini mengungkapkan bahwa mereka menjual saham senilai USD75,5 miliar (Rp1.221 triliun) secara neto selama periode tersebut. Pendapatan operasional Berkshire juga menunjukkan kenaikan yang signifikan, melonjak menjadi USD11,6 miliar dibandingkan USD10 miliar pada tahun lalu.

Buffett melakukan penjualan ini pada saat indeks saham S&P 500 mencatatkan rekor tertinggi pada pertengahan Juli. Namun, indeks tersebut mengalami penurunan dalam tiga minggu terakhir, dipengaruhi oleh kekhawatiran bahwa euforia di sektor kecerdasan buatan mungkin berlebihan. Pada Jumat, 2 Agustus 2024, data tenaga kerja yang mengecewakan menyoroti risiko penurunan ekonomi, menyebabkan S&P turun sebesar 1,8 persen.

"Ini bisa jadi sinyal jual lainnya. Tingkat aktivitas penjualan ini jauh lebih tinggi dari yang kami perkirakan," kata Jim Shanahan, analis dari Edward Jones yang memantau Berkshire Hathaway.

Pilih Genggam Cash di Saat Perekonomian Tak Pasti

Warren Buffett, yang telah lama mendorong para pemegang saham Berkshire Hathaway untuk tidak terlalu memperhatikan fluktuasi laba atau kerugian triwulanan perusahaan, kini kembali menunjukkan strategi penjualannya. Berkshire Hathaway sering membiarkan uang tunai menumpuk ketika tidak menemukan bisnis atau saham yang dinilai wajar untuk dibeli.

Banyak investor memperhatikan bahwa jumlah uang tunai yang besar yang dimiliki Berkshire mungkin menandakan kekhawatiran terhadap perekonomian AS secara lebih luas. Data terbaru menunjukkan perlambatan dalam pertumbuhan lapangan kerja dan tingkat pengangguran tertinggi sejak Oktober 2021. Hal ini memicu spekulasi di kalangan analis bahwa penurunan suku bunga Federal Reserve mungkin dimulai pada September.

Namun, penurunan suku bunga dapat mempengaruhi keuntungan Berkshire dari investasi Treasury jangka pendek. Selain itu, Berkshire juga menggunakan lebih sedikit uang tunai untuk membeli kembali sahamnya sendiri, hanya membeli kembali USD345 juta pada kuartal kedua dan tidak melakukan pembelian kembali pada tiga minggu pertama Juli.

“Kami ingin membelanjakannya, tapi kami tidak akan membelanjakannya kecuali kami yakin bahwa kami melakukan sesuatu yang memiliki risiko sangat kecil dan dapat menghasilkan banyak uang,” ungkap Buffett dalam pertemuan tahunan Berkshire pada 4 Mei 2024, merujuk pada tumpukan uang tunai perusahaan.

Sejak pertengahan Juli, Berkshire juga telah menjual lebih dari 3,8 miliar saham Bank of America, yang merupakan salah satu saham terbesar kedua perusahaan tersebut.

Meskipun Buffett tetap menjadi penggemar berat Apple, mencerminkan kekuatan harga dan basis pelanggan yang setia, penjualan saham Apple ini dianggap rasional. Buffett menganggap tarif pajak federal 21 persen atas keuntungan tersebut mungkin akan meningkat, sehingga penjualan tersebut menjadi langkah yang masuk akal.

Warren Buffett, yang kini berusia 93 tahun, telah memimpin Berkshire Hathaway sejak 1965, membangunnya menjadi konglomerat besar dengan berbagai bisnis termasuk asuransi mobil Geico, jalur kereta api BNSF, Berkshire Hathaway Energy, pialang real estate, dan Dairy Queen. Wakil Ketua Greg Abel, 62, diperkirakan akan menggantikan Buffett sebagai kepala eksekutif Berkshire di masa depan.(*)