KABARBURSA.COM - Harga Bitcoin (BTC) sempat mengalami penurunan tajam hingga mencapai level USD63.000 pada perdagangan Kamis, 1 Agustus 2024. Namun, prospek pemulihan atau rebound dari harga BTC diperkirakan masih cukup kuat.
Hal ini terlihat dari data CoinmarketCap yang mencatatkan bahwa harga Bitcoin mengalami kenaikan sebesar 0,64 persen ke level USD64.779 pada Jumat, 2 Agustus 2024.
Fyqieh Fachrur, seorang trader dari Tokocrypto, menyampaikan bahwa meskipun awal bulan Agustus dimulai dengan penurunan harga, potensi penguatan kembali Bitcoin di masa mendatang masih sangat besar.
Menurut Fyqieh, berbagai peristiwa yang sebelumnya menciptakan ketakutan, ketidakpastian, dan keraguan (FUD) seperti insiden Mt. Gox, tindakan pemerintah Jerman, atau penjualan Bitcoin yang disita oleh pemerintah AS, sudah tidak lagi menjadi faktor yang menghambat pasar.
"Selain itu, sentimen publik juga diperkirakan akan berubah ke arah yang lebih positif, dengan potensi pasar yang semakin bullish hingga akhir tahun," ujar Fyqieh, dikutip Minggu, 4 Agustus 2024.
Fyqieh juga mengungkapkan bahwa faktor makroekonomi diperkirakan akan membaik, terutama setelah komentar dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, pada konferensi pers FOMC yang berlangsung pada Rabu, 31 Juli 2024.
Dalam kesempatan tersebut, Powell menyatakan bahwa para pejabat Federal Reserve sedang mempertimbangkan kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September 2024. Namun, Powell juga menegaskan bahwa keputusan lebih lanjut akan diambil setelah mengevaluasi data inflasi dan kondisi ekonomi yang akan datang.
Pasar keuangan, terutama sektor kripto, sangat menantikan pembaruan dari FOMC serta pandangan Powell. Meskipun penangguhan suku bunga telah diprediksi sebelumnya, komentar Powell tentang potensi penurunan suku bunga pada bulan September memberikan dimensi baru dalam analisis pasar.
Fyqieh menambahkan bahwa jika harga Bitcoin mampu mencapai level di atas USD70.000 atau sekitar Rp1,13 miliar, maka masih diperlukan dukungan lebih lanjut dari faktor-faktor makroekonomi, seperti penurunan inflasi yang lebih signifikan dan pemangkasan suku bunga Fed yang lebih agresif untuk mendorong kenaikan harga yang lebih besar.
"Oleh karena itu, para investor dan trader akan memantau dengan cermat data ekonomi yang akan dirilis, karena data tersebut akan menjadi kunci dalam proses pengambilan keputusan Federal Reserve," tambahnya.
Fyqieh menilai bahwa potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada bulan September 2024 dapat memberikan dampak signifikan terhadap biaya pinjaman, strategi investasi, dan momentum ekonomi secara keseluruhan. Hal ini pada gilirannya dapat mengangkat harga Bitcoin kembali ke level USD70.000.
Lebih lanjut, Fyqieh memproyeksikan bahwa jika pemangkasan suku bunga The Fed sesuai dengan ekspektasi saat ini, harga BTC pada akhir tahun 2024 bisa mencapai kisaran USD80.000 hingga USD95.000.
Penurunan harga Bitcoin (BTC) merupakan bagian dari koreksi pasar yang lebih luas dan peluang para investor mengatur ulang strategi investasi.
Sebagai informasi pada Senin, 29 Juli 2024, harga Bitcoin berada di sekitar level 70.000 dolar Amerika Serikat (AS). Namun, pada Jumat, 2 Agustus 2024, harga Bitcoin turun di bawah level 64.470 dolar AS dan mencatatkan penurunan sekitar 7,95 persen. Penurunan ini telah melikuidasi pasar Bitcoin senilai 38,83 juta dolar AS di tanggal 31 Juli 2024.
“Dalam jangka pendek, volatilitas seperti ini dapat menjadi hal yang umum, terutama setelah kenaikan harga yang tajam. Namun, penting untuk melihat koreksi ini sebagai peluang untuk kembali mengatur strategi investasi,” kata Oscar Darmawan, CEO Indodax.
Penurunan tersebut juga berdampak pada altcoin lainnya, salah satunya Ethereum (ETH) yang kini diperdagangkan di angka 3,149.40 dolar AS, turun kurang lebih 7,2 persen dalam periode yang sama.
Oscar menjelaskan, koreksi itu dapat dipicu oleh beberapa faktor, termasuk dampak dari Mt. Gox, di mana proses pembayaran kepada kreditor masih berlangsung.
Juga, faktor-faktor lain seperti arus keluar ETF BTC pada Rabu, 31 Juli 2024, dan hasil keputusan The Fed dalam mempertahankan suku bunga acuan.
Seperti diketahui, berdasarkan keputusan terbaru Federal Open Market Committee (FOMC), suku bunga berada di 5,5 persen sekaligus memberikan sinyal bahwa suku bunga mungkin akan turun pada bulan September.
Kebijakan yang dikeluarkan oleh FOMC turut mempengaruhi harga aset kripto, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal itu dikarenakan aset kripto dipercaya bergerak berlawanan dengan dolar AS.
“Meskipun saat ini harga Bitcoin mengalami tekanan, posisi harga masih menunjukkan potensi bullish jangka panjang. Investor harus melihat ini sebagai kesempatan untuk mengevaluasi posisi mereka,” kata Oscar.
Ia juga menjelaskan, jika Bitcoin dapat kembali mempertahankan level harga di atas 70,000 dolar AS dan menembus resistensi yang lebih tinggi, maka akan ada potensi kenaikan harga yang signifikan. Pasar kripto tetap dinamis dan investor harus siap untuk beradaptasi dengan perubahan cepat.
Oscar juga mengajak para investor untuk ‘serok’ Bitcoin sebagai peluang investasi. Tetapi, dengan catatan harus siap dengan risiko jika terjadi penurunan seperti sekarang.
Ia mengindikasikan bahwa saat ini merupakan waktu yang baik untuk menambah posisi di Bitcoin, mengingat historis potensi keuntungan jangka panjang yang ada. (*)