Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Subholding ID FOOD ini Siapkan Skenario Melantai di Bursa

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 04 August 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Subholding ID FOOD ini Siapkan Skenario Melantai di Bursa

KABARBURSA.COM - PT Garam, subholding PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau ID FOOD, merancang skenario untuk penawaran umum saham perdana (IPO) dalam tiga tahun mendatang. Rencana ini sejalan dengan upaya perusahaan membangun sejumlah pabrik baru guna meningkatkan kapasitas produksi, dengan estimasi biaya investasi sebesar Rp600 miliar hingga Rp700 miliar.

Salah satu proyek utama adalah pembangunan Pabrik Segoromadu II di Gresik, Jawa Timur, dengan nilai investasi sekitar Rp110 miliar hingga Rp120 miliar. Pabrik ini, yang dijadwalkan mulai dibangun pada Mei 2025, diperkirakan memiliki kapasitas produksi sebesar 80.000 metric ton per year (MTPY).

Selain itu, PT Garam juga berencana membangun pabrik berteknologi mechanical vapour recompression (MVR) di Sumenep, dengan nilai investasi sekitar Rp400 miliar hingga Rp500 miliar, di luar dari revitalisasi pegaraman senilai Rp200 miliar.

Meski kebutuhan dana cukup besar, Direktur Utama PT Garam, Arif Haendra, menyatakan bahwa perusahaan mampu membiayai investasi tersebut secara mandiri. Untuk Pabrik Segoromadu II, misalnya, PT Garam telah menyiapkan dana sekitar 30 persen dari total investasi. Hasil produksi dari Segoromadu II nantinya akan memungkinkan perusahaan membiayai pembangunan pabrik MVR melalui sumber dana sendiri (SDS).

Arif juga menegaskan bahwa perbankan siap mendukung langkah ekspansi PT Garam. Namun, pemegang saham meyakini bahwa dengan fundamental yang kuat, perusahaan dapat mencari sumber pendanaan lain seperti penerbitan obligasi dan IPO.

"Pemegang saham, yakni ID FOOD, menyampaikan bahwa PT Garam memiliki potensi yang cukup untuk melakukan IPO," ujarnya.

Peluang IPO saat ini sedang dikaji oleh manajemen, agar PT Garam dapat menjadi perusahaan yang terpercaya dan memiliki reputasi yang baik. Dia optimis bahwa dalam tiga tahun ke depan, perusahaan sudah siap melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Kami memprediksi jika kinerja PT Garam semakin baik dan dua investasi besar ini telah terlaksana, yakni Pabrik Segoromadu II dan Pabrik MVR di Sumenep, tidak lebih dari tiga tahun ke depan PT Garam sudah siap," pungkas Arif.

Pabrik Segoromadu II akan difungsikan untuk menambah pasokan garam konsumsi dalam negeri. Selain meningkatkan kapasitas produksi PT Garam, kehadiran pabrik baru ini akan mendorong pertumbuhan pangsa pasar perusahaan di segmen garam konsumsi.

Arif menyebutkan bahwa saat ini produksi PT Garam memiliki pangsa pasar 8 persen terhadap pasokan garam konsumsi. Jumlah tersebut diharapkan meningkat ke level 15 persen pada akhir 2024 dan menembus lebih dari 20 persen setelah Pabrik Segoromadu II beroperasi.

Potensi PT Garam

PT Garam, bagian dari ID FOOD, adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi garam dengan jaringan luas dan fasilitas modern. Selain memiliki kantor administrasi di Surabaya, perusahaan ini mengelola enam lokasi pegaraman yang tersebar di Sumenep, Sampang, Pamekasan, Sendir, Bipolo, dan Manyar. PT Garam juga mengoperasikan tiga pabrik garam yang berada di Segoromadu, Sampang, dan Camplong.

Didirikan pada 1991 di Sumenep, Madura, PT Garam telah berkembang pesat menjadi pemain utama dalam industri garam di Indonesia. Dengan jumlah karyawan sebanyak 679 orang pada 2019, perusahaan ini terus berupaya meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produknya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan internasional.

Dengan rencana ekspansi besar-besaran dan target IPO dalam tiga tahun mendatang, PT Garam berkomitmen untuk terus tumbuh dan berinovasi, memastikan posisinya sebagai pemimpin dalam industri garam nasional.

Siapkan Hilirisasi Produksi

Direktur Utama PT Garam, Arif Haendra, mengumumkan rencana ambisius untuk menghilirisasi produksi garam sebagai strategi untuk meningkatkan produksi dan menghindari persaingan langsung dengan petani garam lokal.

Dengan fokus baru ini, PT Garam berencana untuk berhenti menjual garam kasar atau garam krosok yang sama dengan yang diproduksi oleh petani garam lokal pada 2025. Sebagai gantinya, perusahaan akan mengalihkan produksinya ke garam olahan. Pada 2023, PT Garam menargetkan produksi 52 ribu ton garam olahan. Angka ini diharapkan melonjak menjadi 170 ribu ton pada 2024.

Selain itu, PT Garam juga merencanakan pembangunan pabrik soda kaustik pada 2025. Dengan langkah ini, seluruh produksi perusahaan akan dihilirisasi, memberikan nilai tambah yang lebih besar dan mendukung pertumbuhan industri hilir garam.

Untuk mendukung rencana ini, PT Garam telah menyiapkan investasi sebesar Rp100-120 miliar untuk pembangunan pabrik garam olahan. Sementara itu, investasi untuk pembangunan pabrik soda kaustik diperkirakan mencapai USD100-120 juta.

Rencana hilirisasi ini tidak hanya akan meningkatkan kapasitas produksi PT Garam tetapi juga mengurangi persaingan dengan petani lokal, mendorong kolaborasi yang lebih erat, dan menciptakan nilai tambah yang signifikan dalam rantai produksi garam nasional.(*)