KABARBURSA.COM - Pemerintah telah resmi menetapkan larangan terhadap penjualan rokok secara penjualan rokok secara eceran atau perbatang melalui Peraturan Pemerintah (PP) Kesehatan Nomor 28 Tahun 2024, lalu bagaimana dampak terhadap emiten rokok saat ini?
Kinerja salah satu emiten rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mengalami penurunan pada semester I tahun 2024, adapun menurut Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji, penurunan kinerja GGRM dipengaruhi meningkatnya cukai.
“Sebenarnya sih kalau rokok lebih dipengaruhi oleh cukai ya, kalau menurut saya,Karena ketika cukai mengalami penaikan secara gradual per tahun, ini kan membuat emiten-emiten rokok kan secara kinerja penggaran harga sami mengalami downtrend.” kata Nafan kepada Kabar Bursa di Jakarta, Jumat 2 Agustus 2024.
Nafan juga mengungkap jika penetapan yang dilakukan pemerintah terhadap larangan penjualan rokok eceran tidak berpengaruh terhadap kinerja saham emiten rokok saat ini.
“Jadi sebenarnya sudah tercermin ke hal tersebut (kenaikan cukai) jika dibandingkan dengan kebijakan larangan jualan rokok eceran,” jelasnya.
Lanjutnya berdasarkan laporan keuangan pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI) GGRM mencatat laba yang dapat diatribusikan pada entitas induk pada emester I 2024 sebesar Rp 925,51 miliar. Angka tersebut anjlok 71,8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023 yaitu Rp 3,28 triliun.
Penurunan laba bersih GGRM disebabkan oleh penurunan penjualan dan pendapatan sebesar 10,45 persen pada enam bulan pertama tahun ini, mencapai Rp50,01 triliun, dibandingkan Rp 55,85 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan GGRM didominasi oleh penjualan rokok yang mencapai Rp49,44 triliun, diikuti oleh pendapatan dari kertas karton sebesar Rp472,63 miliar dan pendapatan lainnya sebesar Rp 103,40 miliar.
Begitu juga dengan beban pokok GGRM pada paruh pertama di tahun 2024 ini mengalami penurunan sebesar 6,17 persen menjadi Rp 44,95 triliun.
Pada semester I 2024, beban pokok GGRM tercatat sebesar Rp 47,91 triliun, menyebabkan laba bruto turun 36,19 persen menjadi Rp 5,06 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
Total aset GGRM mengalami penurunan 5,09 persen menjadi Rp 87,74 triliun dibandingkan akhir Desember 2023. Namun, total ekuitas naik tipis 1,5 persen menjadi Rp 61,78 triliun, sementara total liabilitas turun 17,8 persen menjadi Rp 25,95 triliun.
Saham emiten rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) terpantau melemah 0,65 persen ke posisi Rp15.500/unit, setelah sebelumnya saham GGRM melesat 1,46 persen ke posisi Rp 15.625/unit.
Melihat hal tersebut Nafan merekomendasikan untuk wait and see terlebih dahuli pada saham GGRM. Hal itu karena saham GGRM masih mengalami downtrend.
“Rekomendasi saya wait and see dulu untuk GGRM, karena masih downtrend. Saya tidak menetapkan target harganya ya,” jelas Nafan.
Pendapatan GGRM didominasi oleh penjualan rokok dengan total mencapai Rp 49,44 triliun. Pendapatan dari kertas karton mengikuti dengan angka Rp 472,63 miliar, sementara pendapatan dari sumber lain mencapai Rp 103,40 miliar.
Sementara, berdasarkan data RTI pertanggal 2 Agustus 2024, saham GGRM selama seminggu terakhir mengalami penurunan yang cukup signifikan 6,48 persen, dengan harga saham dari Rp16.600 per lembar saham menjadi Rp15.250 per lembar saham.
Kemudian volume transaksi hingga Rp7,6 juta dengan volume saham yang diperdagangkan selama seminggu terakhir hingga Rp120,4 miliar, adapun frekuensi perdagangan saham GGRM dalam seminggu terakhir menyentuh angka 9,757.
PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) mengincar proyek tol milik PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang diproyeksikan memiliki nilai investasi hingga Rp9,92 triliun. Proyek tol tersebut memiliki rute Kediri-Tulungagung, dengan panjang tol 44,17 kilometer.
Menurut Sales Manager Area 3 Wakita Beton Precast Heru Purnomo, saat ini pihaknya sedang mengikuti tender proyek tol tersebut. Proyek diharapkan dapat mendongkrak target kontrak WSBP Tahun ini. Adapun target yang dimaksud adalah RKAP area 3 senilai Rp430 miliar, di mana sampai triwulan II/2024 masih di kisaran Rp117 miliar.
Dia menjelaskan, raihan kontrak sampai dengan kuartal II/2024 sebesar Rp1117 miliar merupakan kontrak dari induk usaha WSKT hingga beberapa proyek swasta. Salah satu yang sedang dikerjakan adalah smelter milik PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dengan nilai investasi sebesar Rp84 miliar.
Kontrak lainnya adalah suplai spun pile pembangunan RSUD SIdoarjo hingga suplai kawasan industri Bali, Turtle Island.
“Proyek Tol Probolinggo-Banyuwangi sekitar Rp50 miliar, kemudian batching plant Sumbawa ke proyek Amman Mineral, Bendungan Bay, Area tiga banyak eksternal. Karena itu, RKAP akan dapat terpenuhi hingga 70 persen di kuartal III mendatang dan harapannya akan tutup buku di November 2024. Triwulan IV biasanya sepi. Semoga bisa close di November mendatang,” ujar Heru saat kunjungan ke proyek Tol Probolinggo-Banyuwangi, Jumat, 12 Juli 2024.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.