KABARBURSA.COM - Harga emas Aneka Tambang (Antam) mengalami penurunan sebesar Rp2.000 per gram pada Jumat, 2 Agustus 2024.
Menurut informasi yang diperoleh dari laman logammulia.com, harga emas Antam hari ini mencapai Rp1.431.000 per gram, turun dari sebelumnya Rp1.433.000 per gram.
Sementara, harga buyback emas Antam saat ini adalah Rp1.284.000 per gram. Buyback merupakan harga yang diberikan kepada investor ketika mereka akan menjual kembali emas tersebut.
Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 34 Tahun 2017, pembelian emas batangan akan dikenai PPh 22 sebesar 0,9 persen. Namun, bagi pemegang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) akan mendapatkan potongan pajak sebesar 0,25 persen setiap transaksi, sesuai dengan PMK Nomor 38 Tahun 2023.
Setiap pembelian emas batangan akan mendapatkan bukti potong PPh 22. Sementara itu, untuk transaksi buyback, PPh 22 akan dikenakan sesuai PMK Nomor 34 Tahun 2017.
Penjualan kembali emas batangan ke Antam dengan nilai di atas Rp10 juta akan dikenakan PPh 22 sebesar 1,5 persen bagi pemegang NPWP dan 3 persen bagi yang tidak memiliki NPWP.
Berikut rincian harga emas Antam, Jumat, 2 Agustus 2024:
Sementara, harga emas dunia terkoreksi tipis dalam perdagangan kemarin. Harga logam mulia ini sudah melonjak cukup tinggi belakangan, wajar jika mengalami sedikit penurunan.
Pada Kamis 1 Agustus 2024 malam, harga emas di pasar spot ditutup di angka USD2.445,2 per troy ons. Turun tipis hampir flat 0,02 persen dari hari sebelumnya.
Penurunan ini terjadi setelah harga emas naik tajam selama dua hari berturut-turut. Dalam periode tersebut, harga terdongkrak hampir 3 persen.
Selama sepekan terakhir, harga emas meningkat 3,47 persen secara point-to-point. Dalam sebulan terakhir, harga naik hampir 5 persen.
Maka, langkah investor untuk mengambil posisi profit taking sangat wajar. Keuntungan yang didapat memang cukup menggiurkan.
Ke depan, prospek harga emas terlihat cerah. Ekspektasi penurunan suku bunga acuan, terutama di Amerika Serikat (AS), semakin besar.
Kemarin, bank sentral Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 5,25-5,5 persen. Namun, Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell memberikan sinyal kuat bahwa Federal Funds Rate bisa turun bulan depan.
"Jika inflasi bergerak turun sesuai ekspektasi, pertumbuhan ekonomi masih cukup kuat, dan pasar tenaga kerja konsisten dengan situasi saat ini, maka saya rasa penurunan suku bunga bisa dipertimbangkan dalam rapat September"ungkap Powell.
Mengutip CME FedWatch, pelaku pasar melihat sudah tidak ada peluang suku bunga bertahan di 5,25-5,5 persen pada September. Ada probabilitas penurunan 25 basis poin (bps) ke 5-5,25 persen dengan kemungkinan 78 persen.
Bahkan ada kemungkinan pemangkasan sebesar 5 bps ke 4,75-5 persen. Probabilitasnya adalah 22 persen.
"Pasar sepenuhnya berpandangan bahwa akan ada penurunan suku bunga pada September. Bahkan ada pembicaraan penurunannya bisa 50 bps," tegas Bart Melek, Head of Commodity Strategies di TD Securities.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
Pada awal 2024, harga emas dunia menunjukkan tren naik yang cukup kuat. Beberapa bulan pertama, logam mulia ini bergerak di kisaran USD2.300-2.400 per troy ons. Kenaikan ini didorong oleh kekhawatiran inflasi yang terus membayangi ekonomi global dan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral utama dunia.
Namun, memasuki pertengahan tahun, harga emas mengalami koreksi. Tekanan datang dari data ekonomi yang menunjukkan pemulihan ekonomi lebih kuat dari yang diperkirakan, terutama di Amerika Serikat. Pada bulan Juni, harga emas sempat turun ke USD2.250 per troy ons, sebelum kembali pulih ke level USD2.350 per troy ons pada bulan Agustus.
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi kinerja harga emas di 2024. Keputusan The Fed untuk mempertahankan atau menurunkan suku bunga acuan sangat mempengaruhi harga emas. Ekspektasi penurunan suku bunga acuan pada paruh kedua tahun ini memberikan dorongan positif bagi harga emas.
Ketegangan geopolitik, terutama di kawasan Timur Tengah dan antara negara-negara besar, terus memberikan dukungan bagi permintaan emas sebagai aset safe haven. Lonjakan harga energi dan pangan mendorong inflasi di banyak negara, membuat emas semakin diminati sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
Ke depan, prospek harga emas tetap cerah dengan beberapa faktor pendukung, jika The Fed dan bank sentral lainnya menurunkan suku bunga seperti yang diharapkan, harga emas kemungkinan akan terus meningkat. Negara-negara Asia, terutama China dan India, terus menjadi konsumen utama emas dunia. Permintaan dari dua raksasa ekonomi ini diperkirakan akan tetap kuat, mendukung harga emas.
Inovasi dalam teknologi penambangan dan peningkatan efisiensi produksi dapat mempengaruhi pasokan emas. Sementara itu, peningkatan investasi dalam produk emas seperti ETF juga akan memainkan peran penting dalam menentukan harga. (*)