KABARBURSA.COM - Rupiah spot melemah pada perdagangan siang Kamis (16/11) berada di level Rp 15.599 per dolar Amerika Serikat (AS), mengalami pelemahan sebesar 0,42 persen dari hari sebelumnya yang berada di Rp 15.534 per dolar AS.
Pelemahan rupiah terjadi di tengah sikap wait and see pasar terkait data ekonomi AS yang akan dirilis malam ini (16/11/2023).
Rupiah ditutup melemah di angka Rp 15.540 per US$, atau terdepresiasi sebesar 0,06 persen, mengakhiri tren penguatan dua hari beruntun.
Indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.01 WIB naik tipis 0,05 persen menjadi 104,45, lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan Rabu (15/11/2023) yang berada di angka 104,39.
Indeks dolar, yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia, berada di 104,50, naik dari hari sebelumnya yang berada di 104,39.
Hari ini, AS akan merilis beberapa data yang akan menjadi sentimen pasar, termasuk indeks harga impor dan ekspor periode Oktober 2023, klaim pengangguran, produksi industri dan manufaktur, serta pidato anggota Federal Open Market Committee (FOMC).
Data tenaga kerja menjadi pertimbangan bank sentral AS (The Fed) dalam menentukan kebijakan. Jika data tenaga kerja AS menunjukkan penurunan, harapan pelaku pasar terhadap pelonggaran kebijakan The Fed akan semakin besar.
Saat ini, konsensus memperkirakan klaim pengangguran awal AS naik menjadi 220.000 dari sebelumnya 217.000. Klaim pengangguran lanjutan AS diperkirakan menjadi 1.847.000 dari yang sebelumnya 1.834.000.
Di sisi lain, sentimen positif tetap hadir dari AS terkait inflasi dari sisi konsumen dan produsen yang melandai dibandingkan periode sebelumnya.
Mayoritas mata uang di Asia mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Ringgit Malaysia mencatat pelemahan terdalam, yaitu 0,78 persen, diikuti oleh rupiah dengan pelemahan 0,42 persen, yuan China dengan pelemahan 0,17 persen, rupee India dengan pelemahan 0,09 persen, won Korea dengan pelemahan 0,07 persen, pesso Filipina dengan pelemahan 0,05 persen, dolar Singapura dengan pelemahan 0,03 persen, dan baht Thailand dengan pelemahan 0,02 persen terhadap dolar AS.
Sementara itu, dolar Taiwan, yen Jepang, dan dolar Hong Kong menguat terhadap dolar AS, masing-masing dengan kenaikan 0,16 persen, 0,06 persen, dan 0,006 persen.
Berdasarkan perangkat CME Fedwatch, 100 persen pelaku pasar yakin bahwa The Fed akan menahan suku bunganya pada Desember 2023, bahkan hingga Januari 2024. Sementara pemotongan suku bunga diproyeksikan akan maju dari yang sebelumnya pada Juni 2024 menjadi Mei 2024.