KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan bahwa suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) akan mengalami penurunan pada tahun 2024.
Meskipun demikian, Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa kemungkinan penurunan suku bunga The Fed baru akan terjadi pada paruh kedua tahun 2024, dengan total penurunan kumulatif sebesar 50 basis poin (bps).
Warjiyo secara rinci menyajikan perhitungannya. Tahun 2023 masih memungkinkan suku bunga The Fed naik sekali lagi, mencapai 5,75 persen.
Selanjutnya, pada tahun mendatang, diperkirakan The Fed akan mulai merangsang penurunan di paruh kedua, sehingga suku bunga berada di sekitar 5,25 persen, demikian dijelaskan oleh Perry di hadapan Komisi XI DPR RI pada Senin (13/11).
Penurunan suku bunga acuan di paruh kedua tahun depan akan beriringan dengan prediksi perlambatan tingkat inflasi pada periode yang sama.
Namun demikian, Perry memberi peringatan bahwa kemungkinan bank sentral dunia akan terus menerapkan kebijakan moneter yang ketat.
Tetap ada kemungkinan negara maju akan melanjutkan pengetatan kebijakan moneter secara lebih agresif, tandas Perry.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) juga pernah memprediksi adanya potensi kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed) pada bulan Juli 2023.
Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa suku bunga acuan bank sentral AS pada bulan Juli dapat berada di kisaran 5,5 persen. Proyeksi ini juga dipengaruhi oleh kondisi inflasi AS yang masih tinggi, meskipun mulai mengalami penurunan yang lambat.
Kebijakan moneter yang masih ketat ini membawa risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi di AS. Selain itu, berpotensi menyebabkan dampak merambat ke negara-negara di seluruh dunia, terutama negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dalam konteks ini, Perry memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global berada di kisaran 2,7 persen tahun ke tahun, melambat dari 3,4 persen pada tahun 2022.