KABARBURSA.COM - PT Pembangunan Perumahan Presisi Tbk (PPRE), salah satu perusahaan BUMN, telah mengumumkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2024. Laporan ini mengungkapkan berbagai dinamika dalam kinerja keuangan perusahaan selama enam bulan terakhir.
PT PP Presisi Tbk bergerak dalam bidang jasa konstruksi dengan fokus pada diferensiasi produk, termasuk jasa konstruksi sipil dan gedung.
Perusahaan ini mengelola tujuh lini bisnis, yaitu civil work, ready mix, foundation, formwork, equipment rental, erector, dan mining services. Dua lini bisnis terakhir, erector dan mining services, merupakan hasil dari ekspansi usaha yang dilakukan pada tahun 2018.
Struktur kepemilikan saham PT PP Presisi Tbk didominasi oleh PT PP (Persero) Tbk, yang memiliki 76,99 persen dari total saham, setara dengan 7,87 miliar saham. Masyarakat Non Warkat memegang 21,93 persen saham atau sekitar 2,24 miliar saham. Selain itu, perusahaan juga memiliki saham treasury sebanyak 108,06 juta saham yang mewakili 1,06 persen dari total saham.
Yayasan Kesejahteraan Karyawan PT PP (YKKPP) memiliki porsi saham yang sangat kecil, hanya 0,02 persen atau setara dengan 1,57 juta saham. PT PP (Persero) Tbk bertindak sebagai pengendali utama dalam struktur kepemilikan saham perusahaan ini.
Per 30 Juni 2024, jumlah pemegang saham tercatat sebanyak 6.250, menunjukkan penurunan sebesar 90 pemegang saham dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pada 31 Mei 2024, jumlah pemegang saham tercatat sebanyak 6.340, yang juga menurun sebanyak 124 dari bulan sebelumnya. Pada 30 April 2024, jumlah pemegang saham adalah 6.464, mengalami pengurangan sebanyak 72 dari bulan Maret 2024.
Sementara itu, pada 31 Maret 2024, jumlah pemegang saham sempat meningkat menjadi 6.536, bertambah sebanyak 58 pemegang saham dibandingkan dengan bulan Februari.
Pada 29 Februari 2024, jumlah pemegang saham mencapai 6.478, bertambah sebanyak 190 dari bulan sebelumnya. Pada awal tahun, jumlah pemegang saham pada 31 Januari 2024 tercatat sebanyak 6.288, yang merupakan penurunan sebanyak 36 dari bulan sebelumnya.
Pada semester pertama 2024, total aset PPRE tercatat sebesar Rp7.314,44 miliar, naik Rp149,45 miliar atau 2,09 persen dibandingkan akhir tahun 2023 yang sebesar Rp7.164,99 miliar. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh kenaikan piutang usaha sebesar Rp1.558,01 miliar, meskipun terjadi penurunan signifikan pada aset tetap sebesar Rp243,85 miliar, dari Rp1.500,70 miliar menjadi Rp1.256,85 miliar. Penurunan ini mencerminkan depresiasi atau penjualan aset selama periode tersebut.
Total liabilitas perusahaan naik menjadi Rp3.950,96 miliar pada akhir Juni 2024, meningkat Rp101,06 miliar atau 2,62 persen dari Rp3.849,90 miliar pada akhir Desember 2023. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh lonjakan utang bank jangka panjang sebesar 150,03 persen dari Rp163,23 miliar menjadi Rp408,08 miliar, yang kemungkinan digunakan untuk mendanai proyek besar yang sedang dijalankan perusahaan.
Total piutang usaha turun dari Rp1.643,42 miliar menjadi Rp1.558,01 miliar, berkurang Rp85,41 miliar atau 5,19 persen. Penurunan ini mungkin mencerminkan peningkatan efektivitas penagihan atau penyelesaian piutang yang telah jatuh tempo. Namun, piutang berumur lebih dari 90 hari tetap tinggi dengan nilai mencapai Rp110,91 miliar, atau 7,12 persen dari total piutang usaha, menunjukkan bahwa risiko kredit masih perlu dikelola dengan baik.
Pendapatan PPRE meningkat 7,88 persen menjadi Rp1.813,88 miliar dari Rp1.681,38 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Segmen konstruksi menjadi penyumbang terbesar dengan pendapatan Rp1.721,74 miliar.
Pelanggan terbesar adalah PT Weda Bay Nickel, yang menyumbang pendapatan Rp845,10 miliar atau 46,6 persen dari total revenue perusahaan. Pertumbuhan ini menandakan peningkatan aktivitas proyek konstruksi dan keberhasilan menarik proyek besar.
Cost of Goods Sold (COGS) naik 5,56 persen dari Rp1.408,07 miliar menjadi Rp1.486,44 miliar, mencerminkan peningkatan biaya material dan subkontraktor. Beban keuangan juga naik signifikan sebesar 19,62 persen menjadi Rp141,17 miliar, terutama disebabkan oleh peningkatan bunga utang bank akibat penarikan utang baru.
Laba bersih tahun berjalan hanya meningkat tipis sebesar 0,60 persen menjadi Rp66,90 miliar dari Rp66,50 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Meski demikian, arus kas operasional membaik signifikan, berbalik dari negatif Rp255,07 miliar menjadi positif Rp831,45 juta. Namun, arus kas ini masih belum mencukupi untuk menutupi belanja modal yang mencapai Rp8.218 miliar serta pembayaran utang bank dan obligasi.
Cadangan kas perusahaan menurun drastis dari Rp161,75 miliar menjadi Rp72,38 miliar, turun 55,27 persen. Penurunan ini terutama disebabkan oleh pembayaran utang dan beban keuangan yang signifikan selama periode tersebut.
PPRE menunjukkan fluktuasi harga saham yang beragam dalam berbagai periode waktu. Dalam satu minggu terakhir, harga saham PPRE meningkat sebesar 4,17 persen. Kenaikan yang signifikan terjadi dalam satu bulan terakhir dengan peningkatan sebesar 50 persen, mencerminkan optimisme pasar terhadap kinerja perusahaan.
Namun, dalam periode tiga bulan, kenaikan harga saham PPRE hanya mencapai 2,74 persen. Dalam enam bulan terakhir, harga saham mengalami sedikit penurunan sebesar 1,32 persen, menunjukkan adanya tantangan dalam menjaga pertumbuhan harga saham di tengah berbagai dinamika pasar.
Secara tahunan, kinerja harga saham PPRE menunjukkan penurunan yang signifikan. Dalam satu tahun terakhir, harga saham turun sebesar 27,18 persen. Tren penurunan ini berlanjut dalam periode tiga tahun dengan penurunan mencapai 57,39 persen. Penurunan yang lebih tajam terlihat dalam periode lima tahun terakhir dengan harga saham yang merosot hingga 80,05 persen.
Sejak awal tahun hingga saat ini, harga saham PPRE turun sebesar 5,06 persen, mencerminkan tantangan yang dihadapi perusahaan dalam mempertahankan nilai saham di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif.
Selama 52 minggu terakhir, harga tertinggi saham PPRE tercatat sebesar Rp110,00, memberikan gambaran mengenai puncak performa harga saham dalam setahun terakhir. (*)