Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Karena Alasan ini, OJK Bantah Bursa Karbon Sepi Peminat

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 22 July 2024 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Karena Alasan ini, OJK Bantah Bursa Karbon Sepi Peminat

KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membantah kabar bahwa Bursa Karbon di Indonesia masih sepi peminat.

Sejak diluncurkan lebih dari setahun yang lalu, tercatat ada 62 pengguna jasa yang mendapat izin perdagangan bursa karbon dengan volume 608.000 ton CO2 ekuivalen dan nilai transaksi sebesar Rp36,67 miliar. "Siapa bilang (sepi peminat)? Tidak," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi.

Dalam acara Road to Sustainability Action for the Future Economy (SAFE), Senin, 22 Juli 2024, ia mengatakan, meskipun angka tersebut tidak mencapai 1 persen dari potensi nilai kredit karbon di Indonesia yang bisa mencapai Rp3.000 triliun, OJK terus mendorong berbagai investasi hijau, sejalan dengan upaya pemerintah untuk mencapai nol emisi karbon hingga 2060 atau lebih cepat.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman optimistis Bursa Karbon akan terus berkembang ke depan.

"Pengguna jasa bursa karbon saat ini juga telah bergerak dari 16 pada hari ini pertama perdagangan menjadi hampir 70 pengguna jasa saat ini," ujar Iman.

Bursa Karbon merupakan perdagangan bursa yang diluncurkan oleh BEI sebagai bentuk dukungan dalam pencapaian target NDC (Nationally Determined Contribution) Indonesia.

Saat ini, supllier karbon di RI sendiri juga masih terbatas berasal dari PT PLN Nusantara Power dan Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) yang berasal dari sektor energi.

Langkah BEI

BEI berencana meluncurkan Net Zero Incubator yaitu sebuah sarana yang dihadirkan bursa untuk mendorong perusahaan-perusahaan tercatat mengedepankan konsep bisnis berkelanjutan atau environmentalsocialand governance (ESG).

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menjelaskan, Net Zero Incubator bisa dikatakan seperti wadah yang dibuka, utamanya untuk perusahaan tercatat yang mau membuat peta jalan (roadmap) net zero mereka, tapi pemahaman mereka terbatas.

“Bursa akan membantu, dalam net zero ini ada beberapa kelas atau materi dalam menyusun roadmap, apa yang harus diperhatikan, upaya menurunkan emisi, dekarbonisasi dan lainnya,” ungkapnya, Jumat, 5 Juli 2024.

Menurutnya, bursa karbon hingga Juli 2024 belum sesuai ekspektasi. Pihaknya akan membantu perusahan untuk menghitung emisi, scope 1 dan scope 2. Dengan begitu, perusahaan tercatat akan tau saat ini nilai emisi mereka berada di mana.

“Perusahaan tercatat akan tahu apa targetnya, seperti apa, dan bagaimana mencapainya. Itu akan kita mulai dalam 1-2 bulan ini, secara voluntary dan multiindustry,” ujar Jeffrey.

Jeffrey mengatakan saat ini pihaknya masih menyiapkan modul, kurikulum, hingga narasumbernya. Bursa juga belum secara resmi membuka pendaftaran.

Adapun program ini diberikan gratis kepada perusahaan tercatat, yang diharapkan bisa mendorong bisnisnya mengedepankan prinsip ESG.

“Harapannya bursa karbon makin ramai, tapi sebenarnya ini juga untuk meningkatkan daya saing emiten-emiten kita. Siapa yang lebh cepat mengantisipasi kegiatan usaha ESG, daya saingnya ke depan akan lebih tinggi,” ungkap dia.

Adapun Net Zero Incubator ini terbuka untuk semua sektor dan tanpa paksaan alias bersifat sukarela. Namun dalam satu batch ditargetkan akan ada 80–100 emiten yang bergabung.

Seperti diketahui, nilai transaksi di bursa karbon dalam negeri masih minim. Namun tercatat sudah ada 67 pengguna jasa bursa karbon. Sementara carbon market unit mencapai 1,34 juta ton CO2 dengan dua proyek tercatat.

Selain itu, hadirnya Net Zero Incubator juga merupakan salah satu cara bursa membantu emiten dalam mencapai target net zero ini. Untuk tahap awal bursa akan mengajak 80-100 emiten, namun ini bergantung dari kesiapan dan kematangan emiten berdasarkan profilnya.

“Kami sadar betul kalau bursa karbon ini sesuatu yang sangat baru, oleh karena itu kami dalam waktu dekat selain mensosialisasi Net Zero Incubator untuk para emiten agar mudah menyusun strategi ESG jangka panjang,” lanjut dia.

Transaksi Perdagangan Karbon

Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal OJK RI, Djustini Septiana, menyatakan bahwa hingga 3 Juli 2024, volume perdagangan karbon yang terakumulasi melalui bursa karbon mencapai 608.740 ton CO2 ekuivalen, dengan nilai sebesar 36,78 miliar. Total frekuensi transaksi tercatat sebanyak 82 kali, dan jumlah unit karbon yang sudah di-retire mencapai 417.475 ton CO2 ekuivalen.

Dia menjelaskan bahwa beberapa bursa karbon telah didirikan di berbagai negara seperti Malaysia, China, Korea Selatan, dan Jepang. “Pada 26 September 2023, Presiden RI meresmikan perdagangan karbon melalui bursa karbon Indonesia atau IDX Carbon, sebagai salah satu upaya mendukung target pemenuhan emisi tahun 2030,” ujar Djustini.

Djustini menambahkan, sebanyak 67 entitas atau institusi telah terdaftar sebagai pengguna jasa bursa karbon di IDX Carbon. Lebih lanjut, peran penting kementerian dan pelaku usaha dalam meningkatkan perdagangan unit karbon dan ekosistem perdagangan karbon di Indonesia sangat krusial.

Beberapa hal yang dapat dikembangkan dalam perdagangan karbon di Indonesia meliputi pemberian nilai ekonomi atas unit karbon yang dihasilkan atau upaya pengurangan emisi karbon untuk mencapai target NDC pemerintah Indonesia, serta mengoptimalkan potensi Indonesia sebagai produsen unit karbon.

“Kami berupaya mendukung berbagai inisiatif untuk meningkatkan perdagangan unit karbon, seperti perdagangan internasional unit karbon, pengenaan pajak karbon, dan implementasi skema batas emisi bagi sektor yang masuk dalam NDC,” ungkapnya.

Namun, inisiatif-inisiatif ini hanya bisa terwujud melalui kolaborasi, sinergi, dan koordinasi yang erat antara para pemangku kepentingan, termasuk kementerian KLHK, kementerian teknis, dan pemangku kepentingan lainnya. (*)