KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) telah menyatakan kesiapannya menghadapi kondisi ekonomi global yang semakin meruncing. Dalam situasi di mana ekonomi global mengalami perlambatan dan tren suku bunga acuan yang tinggi masih berlanjut, BI siap mengambil tindakan yang tepat.
Dalam konferensi pers yang diselenggarakan pada Jumat, 3 November 2023, Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa BI telah memperkuat respon kebijakan untuk menghadapi dinamika ekonomi global yang berubah dengan cepat.
Perry Warjiyo menjelaskan bahwa kebijakan moneter dari Bank Sentral BI ditujukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri. Di samping itu, kebijakan makro-prudensial, perkembangan pasar valuta asing, dan inklusi keuangan tetap menjadi fokus utama untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Langkah-langkah ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi dampak gejolak ekonomi global terhadap stabilitas dalam negeri, terutama terhadap nilai tukar dan tingkat inflasi. Pada rapat bulan Oktober 2023, BI telah menaikkan BI 7 Rate sebanyak 25 basis poin, mengubahnya menjadi sebesar 6 persen, setelah mempertahankannya pada level 5,75 persen selama tiga kuartal.
Kenaikan suku bunga ini bertujuan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dalam menghadapi ketidakpastian global dan upaya pencegahan potensi dampaknya terhadap inflasi barang impor. Dengan demikian, BI yakin bahwa inflasi akan tetap berada dalam rentang yang sesuai dengan target, yaitu sekitar 3 persen dengan toleransi plus-minus 1 persen pada tahun 2023, dan sekitar 2,5 persen dengan toleransi yang sama pada tahun 2024.
Perry Warjiyo juga menekankan bahwa kebijakan suku bunga ini didukung oleh upaya stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valuta asing di pasar spot dan pembelian surat berharga di pasar sekunder. BI bertekad untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kelangsungan pertumbuhan di tengah berbagai tantangan yang dihadapi oleh ekonomi global saat ini.