KABARBURSA.COM - Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 kembali mencatatkan surplus sebesar USD2,93 miliar atau sekitar Rp47,9 triliun. Ini menandai surplus selama 49 bulan berturut-turut. Dengan data tersebut, emiten transportasi dan logistik seperti PT Samudra Indonesia Tbk (SMDR) dan PT Temas Tbk (TMAS) diharapkan mendapat dampak positif.
PT Samudra Indonesia Tbk didirikan pada 1964, merupakan perusahaan transportasi kargo dan logistik terintegrasi. Awalnya, perusahaan ini dimulai dari bisnis keagenan kapal pada 1950-an oleh Soedarpo Sastrosatomo. Sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 1999.
Dengan pengalaman lebih dari 50 tahun, Samudra Indonesia memiliki lima lini bisnis utama: Samudra Shipping, Samudra Logistics, Samudra Ports, Samudra Property, dan Samudra Services. Perusahaan ini memiliki lebih dari 6.000 karyawan dan lebih dari 150 anak perusahaan di berbagai wilayah di Indonesia dan Asia.
Pemegang saham utama SMDR adalah PT Samudera Indonesia Tangguh dengan 57,98 persen saham, diikuti oleh PT Ngrumat Bondo Utomo dengan 15,19 persen saham. Masyarakat non-warkat memiliki 20,63 persen saham dan masyarakat warkat 6,2 persen.
PT Temas Tbk berfokus pada layanan pengiriman dan bongkar muat. Perusahaan ini menawarkan jasa pengiriman peti kemas untuk pasar domestik dan internasional. Kantor pusatnya terletak di Jakarta Utara dengan cabang di berbagai kota besar seperti Medan, Surabaya, dan Makassar. Anak perusahaannya termasuk Anemi Maritime Co, Ltd dan PT Bongkar Muat Olah Jasa Trisari Andal. Temas memiliki jaringan yang luas dan berkomitmen untuk memberikan layanan berkualitas tinggi di bidang pengiriman.
Pemegang saham mayoritas TMAS adalah PT Temas Lestari dengan 83,65 persen saham. Masyarakat non-warkat memiliki 14,88 persen saham, dan saham treasury 0,32 persen. Pemegang saham individu termasuk Sutikno Khusumo, Wong Chau Lin, dan Tiffany Khusumo.
Market Cap atau Kapitalisasi pasar dari PT Samudra Indonesia Tbk (SMDR) mencapai Rp6,223 triliun. Sementara itu, PT Temas Tbk (TMAS) memiliki kapitalisasi pasar yang lebih tinggi, yaitu Rp9,471 triliun. Ini menunjukkan bahwa TMAS lebih besar dalam hal nilai pasar dibandingkan SMDR.
PE Ratio atau Price to Earnings Ratio menggambarkan berapa harga yang harus dibayar investor untuk setiap rupiah laba yang dihasilkan perusahaan. SMDR memiliki PE Ratio tahunan 9,65 dan TMAS 16,11. Artinya, untuk setiap rupiah laba, investor harus membayar Rp9,65 di SMDR dan Rp16,11 di TMAS. Ini bisa berarti saham TMAS lebih mahal atau investor mengharapkan pertumbuhan yang lebih tinggi dari TMAS.
Rasio ini mengukur harga saham perusahaan terhadap nilai bukunya. SMDR memiliki rasio 0,80, sedangkan TMAS jauh lebih tinggi di angka 3,56. Ini menunjukkan bahwa saham TMAS diperdagangkan dengan premi yang lebih besar dibandingkan nilai bukunya.
Rasio ini menunjukkan berapa banyak yang harus dibayar investor untuk setiap rupiah penjualan. SMDR memiliki rasio 0,55, artinya lebih murah dibandingkan TMAS yang rasionya 2,22.
Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya. Current Ratio SMDR adalah 2,60 dan TMAS 2,28. Rasio cepat mereka masing-masing 2,58 dan 2,04. SMDR sedikit lebih likuid, yang artinya lebih mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Debt to Equity Ratio mengukur berapa banyak utang dibandingkan dengan ekuitas. SMDR memiliki rasio 0,43, sedangkan TMAS hanya 0,29, yang berarti TMAS memiliki leverage atau risiko keuangan yang lebih rendah.
Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) mengukur efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba. SMDR memiliki ROA sebesar 4,62 persen dan ROE 11,58 persen. TMAS lebih efisien dengan ROA 16,30 persen dan ROE 25,22 persen. Ini menunjukkan TMAS lebih efektif dalam menghasilkan laba dari aset dan ekuitasnya.
Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, dan Net Profit Margin menggambarkan seberapa besar laba yang dihasilkan dari penjualan. SMDR memiliki margin laba bersih 6,49 persen, sementara TMAS lebih tinggi di 13,69 persen. Ini menunjukkan TMAS lebih menguntungkan.
Current Price to Cashflow dan Current Price to Free Cashflow menunjukkan berapa kali harga saham dibandingkan dengan arus kas yang dihasilkan. SMDR memiliki rasio 1,77 untuk arus kas dan 6,36 untuk arus kas bebas, sedangkan TMAS memiliki rasio masing-masing 9,03 dan 14,33. TMAS memiliki rasio yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa investor membayar lebih untuk arus kas perusahaan.
Dividen merupakan bagian laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. SMDR membagikan dividen sebesar Rp12 per saham dalam satu tahun terakhir, dengan dividend yield 3,16 persen. Ini artinya, untuk setiap Rp100 yang diinvestasikan, investor mendapatkan Rp3,16 sebagai dividen.
Sementara itu, TMAS memberikan dividen Rp8 per saham dengan dividend yield 4,82 persen. Payout ratio TMAS yang mencapai 77,62 persen menunjukkan bahwa TMAS membagikan sebagian besar labanya kepada pemegang saham, sedangkan SMDR hanya membagikan 30,47 persen dari labanya.
Pendapatan (revenue) SMDR mencapai Rp2,483 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan TMAS yang hanya Rp1,074 triliun. Gross profit SMDR juga lebih besar, yaitu Rp402 miliar dibandingkan dengan TMAS yang Rp239 miliar. Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization atau EBITDA milik SMDR sebesar Rp2,766 triliun, sedangkan TMAS Rp1,244 triliun. Laba bersih (net income) SMDR Rp161 miliar, sedikit lebih tinggi dari TMAS yang Rp147 miliar.
SMDR memiliki kas sebesar Rp6 triliun, jauh lebih besar dibandingkan TMAS yang hanya Rp880 miliar. Total aset SMDR Rp19,507 triliun dan total liabilitas Rp8,481 triliun, sementara total aset TMAS Rp4,112 triliun dan total liabilitas Rp1,395 triliun. Utang jangka pendek SMDR Rp762 miliar, lebih besar dari TMAS yang Rp240 miliar, dan utang jangka panjang SMDR Rp2,603 triliun, juga lebih tinggi dari TMAS yang Rp540 miliar.
Arus Kas
SMDR menghasilkan arus kas dari operasi sebesar Rp3,516 triliun, lebih besar dari TMAS yang Rp1,049 triliun. Arus kas dari investasi SMDR negatif Rp3,102 triliun, dan TMAS negatif Rp390 miliar. Arus kas dari pembiayaan SMDR negatif Rp1,527 triliun, dan TMAS negatif Rp839 miliar. Dengan capital expenditure SMDR Rp2,538 triliun dan TMAS Rp388 miliar, SMDR memiliki free cash flow sebesar Rp978 miliar, lebih tinggi dari TMAS yang Rp661 miliar.
Pertumbuhan YoY
Pendapatan SMDR mengalami penurunan sebesar 20,18 persen untuk kuartal ini, sementara TMAS hanya turun 3,78 persen. Pendapatan tahunan SMDR turun 33,55 persen dan TMAS turun 11,73 persen. Laba bersih SMDR turun 60,76 persen untuk kuartal ini, lebih besar dibandingkan penurunan laba bersih TMAS yang 43,33 persen. Pendapatan per saham (EPS) SMDR juga turun signifikan, yaitu 60,74 persen, sedangkan TMAS turun 94,33 persen.
Performa Harga
Saham SMDR mengalami kenaikan harga sebesar 5,56 persen dalam satu minggu terakhir, sementara saham TMAS hanya naik 1,84 persen. Dalam satu bulan, harga saham SMDR naik 34,75 persen, sedangkan TMAS naik 8,50 persen. Selama tiga bulan terakhir, harga saham SMDR naik 24,18 persen, namun data untuk TMAS tidak tersedia.
Kenaikan harga saham SMDR selama enam bulan adalah 6,74 persen, sementara TMAS hanya naik 2,47 persen. Dalam satu tahun terakhir, harga saham SMDR naik 3,83 persen, tetapi TMAS mengalami penurunan sebesar 43,15 persen.
Selama tiga tahun terakhir, harga saham SMDR naik 276,24 persen, sedangkan TMAS naik 591,67 persen. Dalam lima tahun, harga saham SMDR naik 512,90 persen dan TMAS naik 876,47 persen. Kenaikan harga saham SMDR selama sepuluh tahun terakhir adalah 1.166,67 persen, sementara TMAS mengalami kenaikan sebesar 2.271,43 persen.
Kinerja EPS
EPS atau pendapatan per saham milik SMDR menurun sebesar 60,74 persen untuk tahun ini hingga saat ini, sementara TMAS mengalami penurunan sebesar 94,33 persen. Penurunan EPS tahunan SMDR adalah 93,06 persen, sedangkan TMAS mengalami penurunan sebesar 94,26 persen.
Dengan surplus neraca perdagangan yang terus berlanjut, prospek industri transportasi dan logistik di Indonesia tetap positif. Kedua emiten ini diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperbaiki kinerja operasional dan keuangan mereka.
SMDR mungkin menarik bagi investor yang mencari valuasi lebih murah dengan risiko lebih rendah, sedangkan TMAS cocok bagi mereka yang mencari potensi pertumbuhan lebih tinggi meski harus membayar premi lebih. Namun, penurunan signifikan dalam EPS dan pendapatan TMAS harus diperhatikan oleh investor karena ini bisa mengindikasikan tantangan operasional yang perlu segera diatasi.(pin/nil)