Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Restrukturisasi BUMN 2024: Fokus Bio Farma, WSKT, KRAS

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 13 July 2024 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Restrukturisasi BUMN 2024: Fokus Bio Farma, WSKT, KRAS

KABARBURSA.COM - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengumumkan rencana restrukturisasi beberapa BUMN pada 2024. Tiga BUMN yang sedang dalam proses restrukturisasi tahun ini adalah Bio Farma Group, PT Waskita Karya Tbk (WSKT), dan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS).

Berdasarkan data dari Kementerian BUMN, restrukturisasi BUMN Farmasi, WSKT, dan KRAS ditargetkan selesai pada kuartal III 2024. Selain itu, Kementerian BUMN juga menargetkan integrasi BUMN pada kuartal III 2024, terutama untuk klaster 1 yaitu PT Hutama Karya (Persero) dan WSKT.

WSKT telah masuk dalam program restrukturisasi BUMN sejak 2021 dan proses tersebut masih berlangsung hingga kini.

Pada akhir 2023, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, atau Tiko, menyatakan bahwa pihaknya terus mendorong upaya penyehatan WSKT melalui skema restrukturisasi. Namun, upaya ini terkendala oleh persetujuan para pemegang obligasi.

Tiko menyebutkan bahwa setelah restrukturisasi Waskita Karya selesai, Kementerian BUMN akan berkomunikasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk menjadikan WSKT sebagai anak usaha Hutama Karya.

“Setelah restrukturisasi selesai, Waskita akan menjadi anak perusahaan Hutama Karya,” kata Tiko pada akhir tahun 2023 lalu.

Dalam perkembangan terbaru, Menteri BUMN, Erick Thohir menyebut rencana peleburan 7 BUMN ke dalam Holding BUMN Karya tengah dilakukan pengecekan oleh Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono. “Saya sudah kirim surat ke Pak Basuki dan sudah di-review oleh Menteri Keuangan (Sri Mulyani). Kami menunggu saja prosesnya dari Kementerian PUPR,” kata Erick.

Sebagai informasi, tujuh BUMN Karya yang akan dilebur adalah PT Hutama Karya (Persero), PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT PP (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Brantas Abipraya (Persero), dan PT Nindya Karya (Persero). Adapun, komposisi dari pembentukan holding tersebut dipastikan tidak mengalami perubahan.

Artinya, Adhi Karya masih akan menjadi induk holding bagi Brantas dan Nindya, sementara Waskita akan bergabung ke Hutama Karya. Adapun, PTPP akan dipasangkan dengan Wijaya Karya.

Kerugian KRAS 2023

Pada tahun 2023, Bisnis melaporkan bahwa PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mengalami kerugian sebesar USD130,21 juta atau sekitar Rp2,01 triliun. Sebagai perbandingan, pada tahun 2022, KRAS masih mencatatkan laba sebesar USD19,47 juta atau sekitar Rp300,65 miliar.

Menurut laporan keuangan per 31 Desember 2023, perusahaan pelat merah ini membukukan pendapatan sebesar USD1,45 miliar atau sekitar Rp22,44 triliun. Pendapatan ini mengalami penurunan sebesar 35,05 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai USD2,23 miliar.

Pendapatan Krakatau Steel sebagian besar berasal dari penjualan lokal yang mencapai USD1,19 miliar, turun 30,57 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022 sebesar USD1,72 miliar. Sementara itu, penjualan luar negeri emiten berkode saham KRAS ini mencapai USD54,38 juta, turun drastis 82,32 persen dari USD307,54 juta secara tahunan atau year-on-year (yoy).

Dari segi segmen, penjualan produk baja masih menjadi kontributor utama pendapatan KRAS. Hingga 31 Desember 2023, KRAS berhasil mencatatkan pendapatan neto dari segmen produk baja sebesar USD1,24 miliar. Segmen lainnya yang memberikan kontribusi pendapatan neto bagi KRAS adalah segmen sarana infrastruktur sebesar USD182,79 juta, segmen rekayasa dan konstruksi sebesar USD7,07 juta, serta jasa pengiriman barang sebesar USD5,95 juta.

Penurunan pendapatan ini juga menyebabkan laba operasi Krakatau Steel sepanjang 2023 negatif USD8,04 juta, padahal pada 2022 masih positif USD34,30 juta. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko, Tardi, mengakui bahwa kinerja keuangan sepanjang 2023 tidak akan lebih baik dibandingkan tahun 2022.

Hal ini disebabkan oleh sejumlah tekanan yang masih dihadapi perseroan, seperti melemahnya pasar baja internasional dan menurunnya permintaan. Selain itu, kinerja perseroan juga terdampak oleh kendala yang terjadi pada fasilitas pabrik Hot Strip Mill 1 (HSM 1).

Diketahui bahwa HSM 1 mengalami kerusakan pada switch house finishing yang mengakibatkan fasilitas tersebut berhenti beroperasi. Meskipun demikian, Tardi menyatakan bahwa perseroan telah menyiapkan beberapa langkah untuk mengurangi tekanan tersebut.

Sebagai contoh, perseroan akan mengoptimalkan subholding yang ada di Krakatau Steel serta mengoptimalkan proyek di IKN Nusantara. “Kami juga akan memanfaatkan potensi-potensi seperti proyek di IKN yang memberikan kontribusi signifikan,” ujarnya.

Selain itu, Tardi menjelaskan bahwa perseroan juga akan mengoptimalkan kinerja dari subholding seperti PT Krakatau Sarana Infrastruktur.

Restrukturisasi BioFarma

Terkait restrukturisasi BioFarma, Kementerian BUMN dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terus berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung untuk mengungkap dugaan korupsi di anak perusahaan Indofarma, yakni PT Indofarma Global Medika (IGM). "Bersama BPK kami sudah lakukan koordinasi dengan pihak kejaksaan. Kasus fraud adalah fraud, korupsi harus ditangkap. Namun, bagaimana Indofarma sendiri harus bisa keluar dengan baik, ya kami harus lakukan penyelamatan," ujar Erick Thohir.

Erick yang juga Ketua Umum PSSI ini menuturkan bahwa pihaknya akan segera menyelesaikan permasalahan Indofarma, termasuk masalah utang kepada vendor. Erick mengungkapkan bahwa Kementerian BUMN memiliki berbagai strategi untuk menyelamatkan Indofarma.

Selain itu, Erick berencana untuk bertemu dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai salah satu langkah untuk mengurai permasalahan yang terjadi di emiten BUMN farmasi tersebut. "Memang saya belum ketemu KPK lagi," ujar Erick.

Dalam perkembangan terbaru, PT Bio Farma (Persero) mengajukan kebutuhan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp2,21 triliun sebagai modal untuk membangun fasilitas produksi baru. Penambahan fasilitas baru tersebut akan menambah produksi 1 miliar dosis vaksin.

Saat ini, Bio Farma memiliki kapasitas produksi sebesar 3,5 miliar dosis vaksin per tahun, termasuk bahan baku dan produk jadi, yang mencakup 16 jenis vaksin. Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya, menyatakan bahwa banyak mesin produksi yang saat ini digunakan sudah berusia lebih dari 20 tahun dan perlu diremajakan, serta ada kebutuhan untuk mengembangkan produk baru.

"Tahun 2023, hasil penilaian dari WHO menunjukkan adanya temuan terkait fasilitas lama. Ini menjadi peringatan bagi kami untuk segera melakukan improvisasi dan peremajaan terhadap sarana dan prasarana produksi," ujar Shadiq saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VI DPR RI pada Rabu, 10 Juli 2024.

Shadiq menjelaskan bahwa pendanaan dari Penyertaan Modal Negara (PMN) sangat penting untuk memperkuat industri strategis dalam mendukung ketahanan kesehatan nasional melalui program imunisasi dan pemenuhan suplai vaksin global. Apalagi, dengan kondisi fasilitas produksi yang sudah relatif tua, diperlukan upaya peremajaan untuk memenuhi standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta standar WHO.

"Dari dana PMN ini, kami akan membangun sarana produksi berupa bangunan dan mesin senilai Rp2,21 triliun yang akan memproduksi beberapa jenis vaksin dengan output sekitar 1 miliar dosis, terdiri dari 700 juta bahan baku dan 300 juta produk jadi," jelasnya. (*)