KABARBURSA.COM - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan potensi industri rumput laut di pasar dunia. The Global Seaweed: New and Emerging Market Report, melalui risetnya menyatakan bahwa nilai industri rumput laut di negara berkembang, antara lain Indonesia, mencapai USD11,8 miliar atau sekitar Rp193,5 triliun pada 2030.
Kemenperin mencatat bahwa beberapa produk yang dapat memberi kontribusi antara lain biostimulan, bioplastik, aditif pakan hewan, nutraseutikal, protein alternatif, farmasi dan tekstil. Karena itu, Kemenperin mendorong untuk membuka peluang pengembangan usaha dan peningkatan daya saing industri pengolahan rumput laut dalam negeri.
Untungnya, Indonesia menjadi negara penghasil budi daya rumput laut terbesar kedua di dunia setelah China. Pada 2023, Indonesia memproduksi 10,7 juta ton rumput laut basah. Sementara China berhasil memproduksi 20,8 juta ton pada tahun tersebut.
Buktinya, dalam 10 tahun terakhir, ekspor rumput laut kering dari Indonesia masih mendominasi. Hal ini baik dalam bentuk rumput laut konsumsi maupun bahan baku industri. Ekspor produk rumput laut kering pada 2023 mencapai 66,61 persen, sedangkan rumput laut olahan sebesar 33,39 persen. Hal ini sejalan dengan permintaan pasar yakni produk makanan dan minuman sebesar 77 persen, sedangkan farmasi, kosmetik, dan lainnya baru 23 persen.
Jika diperinci lagi, data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan realisasi volume ekspor rumput laut Indonesia. Periode Januari hingga April 2024 naik 6,12 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, realisasi nilainya drop 36,49 persen.
Nah, pada 2023, realisasi ekspor rumput lau sebesar 265,84 ribu ton dengan nilai USD433,72 juta. Pada 4 bulan pertama 2024, volumenya hanya 81,02 ribu ton dengan nilai USD108,86 juta.
Capaian tersebut membuat pemerintahan Presiden Joko Widodo mendorong program hilirisasi rumput laut. Dengan hilirisasi rumput laut, kata Jokowi, Indonesia bisa menjadi yang terbesar di dunia, menguasai industri hilir rumput laut, mulai dari produk farmasi, kecantikan, hingga bioethanol.
Sayangnya, optimisme dan capaian yang sudah diperoleh seperti bertolak belakang dengan kondisi saat ini. Harga rumput laut dikabarkan anjlok dari Rp18.000 menjadi Rp6.000.
Berikutnya, Kemenperin menyampaikan bahwa ada sejumlah pabrik pengolahan rumput laut tidak dapat melanjutkan produksinya. Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (Astruli) membenarkan pernyataan Kemenperin bahwa dari total 55 pabrik, ada 10 pabrik pengolahan rumput laut mangkrak sampai 2023 kemarin. Hasilnya, pabrik pengolahan rumput laut aktif tersisa 45 pabrik.
Cita-cita besar pemerintahan saat ini untuk memajukan rumput laut dan industrinya masih menghadapi tantangan. Apalagi ketika melihat data penutupan pabrik pengolahan komoditas menjanjikan ini. Pasalnya, hal ini juga memberikan dampak terhadap perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Salah satunya adalah AGAR, atau PT Asia Sejahtera Mina Tbk. Saat ini merupakan salah satu produsen rumput laut terbesar di Indonesia yang menghasilkan tiga jenis rumput laut yang berbeda, yaitu Eucheunema cottonii, Eucheunema spinosum, dan Gracilaria sp.
Namun, di tengah tantangan yang ada, pada 2023, AGAR mencatat peningkatan volume ekspor. Perseroan mencatatkan penjualan sebanyak 21.000 ton rumput laut kering, sebelumnya volume penjualan tercatat 17.800 ton pada tahun 2022. Hal ini menandai adanya peningkatan volume penjualan, khususnya ekspor sebesar 18 persen.
Selama tahun 2023, penjualan rumput laut kering didominasi oleh rumput laut jenis Eucheuma Cottoni yaitu sebanyak 81 persem dari total penjualan. Diikuti rumput laut jenis Gracilaria sebanyak 14 persen dan jenis Echeuma Spinosum sebanyak 5 persen.
Direktur Utama AGAR, Indra Widyadharma mengatakan bahwa rumput laut kering jenis Eucheuma Cottoni masih menjadi produk andalan karena penggunaan dari jenis rumput laut tersebut sangat luas. Pada segmentasi negara tujuan ekspor, China masih menjadi tujuan ekspor utama Perseroan dengan nilai ekspor mencapai 93 persen dari total penjualan disusul Vietnam sebanyak 3,5 persen dan Chile sebesar 1,4 persen dari total penjualan. Sisanya produk rumput laut kering Perseroan di-supply ke Philippine, Hong Kong, Spanyol hingga dalam negeri.
“Peningkatan volume ekspor pada 2023 menjadi angin segar bagi kami di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi dunia yang melanda pada tahun 2023. Tentunya di tahun 2024 kami menargetkan adanya pertumbuhan penjualan sekitar 5-10 persen” ungkap dalam keterangan resmi dikutip, Selasa, 2 April 2024.
Selain target peningkatan volume ekspor, sambung dia, perseroan juga menargetkan cakupan ekspor yang lebih luas. “Tentunya kami berupaya untuk tetap menjaga standar kualitas rumput laut kering yang kami supply. Selain itu kami juga berupaya dalam hal meningkatkan nilai tambah produk, salah satu nya dengan memproduksi Semi Refine Carrageenan (SRC) dan Alkali Treated Cottoni (ATC),” ujarnya.
Di sisi lain, AGAR menyatakan siap mendukung program hilirisasi pemerintah. Indra menambahkan, dalam mendukung program hilirisasi pemerintah, AGAR telah melakukan akuisisi perusahaan rumput laut pada tahun 2022. “Kami berhasil mengakuisisi PT Giwang Citra Laut (GCL) yang berada di Takalar, Sulawesi Selatan. Nantinya GCL akan mengolah dan memproduksi Semi Refine Carragenan," tutur Indra.
“Akuisisi PT GCL yang berlokasi di Kabupaten Takalar sangat menguntungkan bagi kami. Karena Kabupaten Takalar merupakan salah satu sentra budidaya rumput laut di Sulawesi Selatan. Sehingga PT GCL dapat menyerap langsung produksi petani rumput laut di Takalar dan sekitarnya,” tandas Indra.
Jika melihat data ke belakang, PT Asia Sejahtera Mina Tbk mencatat penjualan bersih Rp259,78 miliar hingga periode 30 Juni 2022 naik dari Rp160,51 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Laba kotornya naik menjadi Rp20,18 miliar dari laba kotor Rp17,27 miliar.
Sedangkan laba sebelum pajak diraih Rp6,52 miliar naik dari laba sebelum pajak Rp4,47 miliar tahun sebelumnya. Laba bersih tahun berjalan diraih Rp5,11 miliar meningkat dari laba bersih Rp3,59 miliar tahun sebelumnya. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.