KABARBURSA.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa fenomena hujan lebat hingga hujan es yang terjadi selama musim kemarau disebabkan oleh awan cumulonimbus (CB) yang terbentuk akibat daya angkat atau konvektif yang sangat kuat di wilayah tersebut.
Cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang dan hujan es melanda Bedahan, Sawangan, Kota Depok pada Rabu 3 Juli 2024 lalu.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menguraikan proses hujan yang diawali dengan kondensasi uap air teramat dingin melewati lapisan atas atmosfer. Es yang terbentuk sering kali berukuran besar. Ketika es besar ini turun ke lapisan atmosfer yang lebih hangat, terjadilah hujan.
“Kadang, tidak semua es mencair sempurna sehingga menjadi hujan es, di mana suhu puncak awan CB bisa mencapai minus 80 derajat Celcius,” ujar Andri dalam siaran pers.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menambahkan bahwa puncak musim kemarau pada Juli—Agustus 2024 bukan berarti hujan tidak akan turun sama sekali. Hujan masih bisa turun dengan intensitas curah hujan di bawah 50 mm per dasarian.
Sebanyak 77,27 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau, dengan 63,95 persen durasi musim kemarau diprediksi berlangsung selama 3 hingga 15 dasarian.
Dalam sepekan ke depan, masih ada potensi peningkatan curah hujan signifikan di sejumlah wilayah Indonesia. Fenomena ini disebabkan oleh dinamika atmosfer skala regional global yang cukup menonjol.
Fenomena atmosfer yang berkontribusi mencakup aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, dan Rossby Equatorial di sebagian besar Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua. Selain itu, suhu permukaan laut yang hangat di sekitar perairan Indonesia juga mendukung pertumbuhan awan hujan signifikan.
Andri menegaskan bahwa kombinasi fenomena cuaca tersebut diperkirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat dan angin kencang di sebagian besar wilayah Indonesia pada 5–11 Juli 2024. Wilayah yang berpotensi terkena dampak ini meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Masyarakat diimbau untuk mewaspadai potensi hujan yang dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan banjir bandang, terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah perbukitan, dataran tinggi, dan sepanjang daerah aliran sungai.
Hujan es, meski jarang terjadi, bisa menimbulkan dampak signifikan terhadap sektor pertanian. Efek ini sering kali merugikan petani dan dapat mengganggu hasil panen.
Hujan es yang turun dengan kekuatan dan ukuran es yang besar dapat merusak tanaman secara fisik. Daun, batang, dan buah bisa mengalami kerusakan akibat benturan es. Kerusakan ini tidak hanya mengurangi kualitas produk pertanian tetapi juga dapat menurunkan hasil panen secara keseluruhan.
Selain itu, tanaman yang terluka oleh hujan es lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi. Luka pada tanaman bisa menjadi pintu masuk bagi patogen, yang kemudian bisa menyebar dan menyebabkan infeksi lebih lanjut. Ini memerlukan pengelolaan tambahan dari petani, baik dalam hal waktu maupun biaya untuk mengendalikan penyakit.
Hujan es juga bisa merusak infrastruktur pertanian. Rumah kaca, penutup tanaman, dan alat-alat pertanian bisa rusak akibat benturan es. Ini berarti petani harus mengeluarkan biaya ekstra untuk perbaikan atau penggantian alat dan struktur yang rusak.
Di sisi lain, ada juga potensi positif dari hujan es bagi pertanian, meski sangat terbatas. Hujan es dapat membantu menambah pasokan air di tanah, terutama di musim kemarau. Namun, manfaat ini sering kali kalah oleh kerugian yang disebabkan oleh kerusakan fisik pada tanaman dan infrastruktur.
Secara keseluruhan, hujan es lebih banyak membawa dampak negatif bagi pertanian. Petani perlu bersiap dengan tindakan mitigasi, seperti menggunakan jaring pelindung tanaman atau memilih varietas tanaman yang lebih tahan terhadap kerusakan fisik untuk mengurangi risiko dan dampak dari hujan es.
Hujan es, meskipun langka, dapat menimbulkan dampak signifikan terhadap infrastruktur. Fenomena alam ini sering kali membawa kerugian besar bagi bangunan, jalan, dan berbagai fasilitas umum.
Kerusakan pada atap bangunan merupakan salah satu efek yang paling umum dari hujan es. Es yang jatuh dengan kekuatan tinggi bisa memecahkan genteng, merusak atap logam, dan bahkan menyebabkan kebocoran. Atap yang rusak tidak hanya menimbulkan biaya perbaikan yang tinggi, tetapi juga dapat mengganggu aktivitas di dalam bangunan.
Jendela dan kaca bangunan juga rentan terhadap hujan es. Benturan es dapat memecahkan atau retak kaca, yang menimbulkan bahaya bagi orang di dalam dan sekitar bangunan. Penggantian kaca yang rusak tentu memerlukan biaya tambahan dan waktu perbaikan yang tidak sedikit.
Jalan raya dan jembatan juga dapat terkena dampak dari hujan es. Es yang menumpuk di permukaan jalan bisa membuat jalan menjadi licin, meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas. Selain itu, benturan es yang besar bisa merusak permukaan jalan, menyebabkan lubang atau retakan yang perlu segera diperbaiki untuk menghindari kerusakan lebih lanjut dan kecelakaan.
Sistem kelistrikan dan komunikasi juga tidak luput dari dampak hujan es. Kabel listrik dan tiang telepon bisa rusak akibat es yang berat atau benturan es yang besar. Kerusakan ini dapat menyebabkan pemadaman listrik dan gangguan komunikasi, yang berdampak pada aktivitas sehari-hari masyarakat dan operasional bisnis.
Selain itu, fasilitas umum seperti taman, lampu jalan, dan perabotan luar ruangan juga bisa rusak akibat hujan es. Kerusakan ini tidak hanya menimbulkan biaya perbaikan, tetapi juga mengganggu keindahan dan kenyamanan ruang publik. (*)