KABARBURSA.COM - Di tengah lesunya performa emiten konsumer di Indeks LQ45, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) tampil gemilang. SIDO menjadi satu-satunya emiten konsumer yang tergabung dalam Indeks LQ45 dengan kenaikan harga saham paling bergairah sepanjang 6 bulan terakhir.
Tak tanggung-tanggung, di saat emiten konsumer lain menunjukkan performa negatif, SIDO justru melesat 45 persen. Dari harga Rp510 per saham di awal tahun, SIDO kini bertengger di level Rp760 per saham pada Kamis, 4 Juli 2024.
Fenomena ini kian menarik karena jumlah pemegang saham SIDO justru terus menurun dalam 6 bulan terakhir. Data RTI Business menunjukkan, jumlah pemegang saham SIDO per 31 Januari 2024 mencapai 189.991 orang, namun per 30 Juni 2024, jumlahnya menyusut menjadi 166.562 orang. Artinya, dalam 6 bulan, SIDO kehilangan 147.571 pemegang saham.
Penurunan ini disinyalir sebagai aksi profit taking investor di tengah tren kenaikan harga saham SIDO yang konsisten. Saat ini, 77,60 persen saham SIDO dikuasai oleh PT Hotel Candi Baru, sedangkan publik menguasai 22,39 persen saham.
Meskipun jumlah pemegang saham menurun, Mandiri Sekuritas masih merekomendasikan "swing buy" jangka pendek untuk saham SIDO dengan target harga Rp820 per saham dan stop loss di level Rp730 per saham. Investor berpeluang meraih keuntungan sekitar 8 persen.
SIDO membuktikan ketangguhannya di tengah kondisi ekonomi yang menantang. Buktinya, SIDO menorehkan kinerja keuangan yang gemilang pada kuartal pertama tahun 2024.
SIDO berhasil mendongkrak laba bersihnya sebesar 30 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp390,49 miliar di kuartal I 2024. Lonjakan ini menunjukkan efektivitas strategi bisnis SIDO dalam menghadapi berbagai tantangan.
Seiring dengan kenaikan laba bersih, SIDO juga mencatatkan pertumbuhan penjualan yang signifikan. Penjualan SIDO pada kuartal I 2024 mencapai Rp1,05 triliun, melesat 16,10 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Peningkatan penjualan SIDO didorong oleh kinerja gemilang di seluruh lini bisnisnya. Penjualan segmen jamu herbal dan suplemen meningkat 13,30 persen yoy menjadi Rp626,88 miliar. Sementara itu, penjualan segmen makanan dan minuman SIDO mencatat kenaikan signifikan sebesar 19,76 persen yoy menjadi Rp396,11 miliar. Segmen farmasi pun tak mau kalah, dengan lonjakan 30,63 persen yoy menjadi Rp30,42 miliar.
Berdasarkan neraca, total aset SIDO meningkat menjadi Rp4,25 triliun pada tiga bulan pertama 2024, dari posisi per 31 Desember 2023 sebesar Rp3,89 triliun. Ekuitas SIDO juga mengalami peningkatan menjadi Rp3,79 triliun pada kuartal I-2024, dibandingkan dengan posisi akhir 2023 yang mencapai Rp3,38 triliun.
Kas dan setara kas SIDO mengalami penurunan tipis sebesar 0,22 persen menjadi Rp1,101 triliun per 31 Maret 2024. Dengan demikian, dapat dilihat kinerja keuangan SIDO yang gemilang di kuartal I 2024 menunjukkan bahwa perusahaan ini memiliki fundamental yang kuat dan strategi bisnis yang efektif. Hal ini menjadi sinyal positif bagi para investor yang menaruh kepercayaan pada SIDO.
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) membagikan dividen tunai senilai Rp540 miliar kepada para pemegang sahamnya. Dividen ini merupakan bagian dari laba bersih tahun buku 2023 SIDO yang mencapai Rp950,64 miliar.
Jumlah dividen tunai yang dibagikan SIDO tahun ini setara dengan Rp18 per lembar saham. Besaran ini lebih rendah dibandingkan dividen tunai tahun 2022 yang mencapai Rp23 per lembar saham.
Secara keseluruhan, SIDO mengalokasikan 96,56 persen dari laba bersihnya tahun 2023 untuk dividen. Alokasi ini lebih rendah dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 99,18 persen.
Penurunan alokasi dividen ini sejalan dengan penurunan laba bersih SIDO tahun 2023 yang mencapai 13,95 persen dibandingkan tahun 2022.
Dividen SIDO tahun ini akan dibagikan pada tanggal 6 Juni 2024 kepada para pemegang saham yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) per tanggal 29 Mei 2024.
SIDO diprediksi akan mengalami pertumbuhan moderat pada tahun 2024. Proyeksi pendapatan perusahaan diperkirakan tumbuh sekitar 5 persen dalam tahun ini.
Menurut Clara Nathania, analis Sucor Sekuritas, tahun ini akan menyaksikan pemulihan permintaan setelah daya beli terpukul pada 2023 akibat inflasi makanan, khususnya kenaikan harga beras yang mencapai lebih dari 20 persen.
Meskipun demikian, pemulihan tersebut tidak diprediksi akan terlalu signifikan. Proyeksi pertumbuhan pendapatan sebesar 5 persen yoy pada 2024, demikian tertulis dalam risetnya.
Sebagai akibatnya, proyeksi pendapatan dan laba bersih SIDO di 2024 turun. Pendapatan perusahaan diproyeksikan turun sebesar 12 persen menjadi Rp3,47 triliun, sementara proyeksi laba bersih direvisi turun 14 persen menjadi Rp971 miliar.
Clara memproyeksikan SIDO akan mencapai pertumbuhan pendapatan sekitar 8 persen CAGR selama lima tahun ke depan. Hal ini didukung oleh normalisasi daya beli masyarakat dan strategi perusahaan untuk memperluas portofolio produk herbal serta bisnis RTD. (*)