Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Krisis Laut Merah: 90 Persen Kapal Kargo Macet di Singapura

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 05 July 2024 | Penulis: Pramirvan Datu | Editor: Redaksi
Krisis Laut Merah: 90 Persen Kapal Kargo Macet di Singapura

KABARBURSA.COM - Menteri Transportasi Singapura, Chee Hong Tat, mengungkapkan bahwa sekitar 90 persen kapal kontainer mengalami keterlambatan kedatangan di Singapura sebagai dampak dari krisis Laut Merah, meningkat dari sekitar 77 persen pada tahun 2023. Hal ini disampaikannya dalam tanggapannya kepada parlemen baru-baru ini.

Krisis Laut Merah telah memaksa kapal-kapal untuk menggunakan rute yang lebih panjang melalui Tanjung Harapan antara Eropa dan Asia. Dampaknya terasa luas di pelabuhan-pelabuhan di seluruh dunia, dengan lebih banyak kapal mengalami keterlambatan kedatangan. Seperti dikutip Jakarta, Jumat 5 Juli 2024.

Singapura, yang sering digunakan sebagai hub transhipment untuk pelayaran kontainer dan berbagai operasi maritim lainnya, mengalami peningkatan masa tinggal kapal kontainer di pelabuhan. Hal ini juga menyebabkan peningkatan waktu tunggu bagi kapal-kapal yang tiba, yang mengakibatkan kemacetan di dermaga peti kemas.

Menyikapi situasi ini, lembaga pengelola pelabuhan telah mengaktifkan kembali dermaga dan memperluas lahan penyimpanan kontainer (yard space) tambahan. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengurangi dampak dari peningkatan jumlah kapal yang tiba dengan waktu yang berdekatan, yang memperparah masalah kemacetan.

Chee menyatakan bahwa upaya penanganan ini akan terus ditingkatkan dalam beberapa bulan mendatang untuk mengantisipasi permintaan yang terus meningkat. Meskipun demikian, throughput kontainer di Singapura telah meningkat sebesar 7,7 persen menjadi 16,9 juta TEU (twenty-foot equivalent unit) antara Januari dan Mei 2024.

Serangan Militan Houthi

Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO) memberi kabar bahwa awak kapal milik Yunani yang rusak akibat serangan militan Houthi Yaman kini telah dievakuasi.

Serangan di dekat pelabuhan Hodeidah di Yaman pada Rabu, 12 Juni 2024, itu menyebabkan banjir parah dan kerusakan pada ruang mesin, sehingga kapal tidak dapat bermanuver.

Kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran telah mengaku bertanggung jawab atas serangan rudal terhadap Tutor dan kapal lain, Verbena, di Teluk Aden, selama beberapa hari terakhir.

Dilansir dari The Guardian, serangan mereka juga merusak dua kapal lainnya dalam seminggu terakhir, menandai peningkatan efektivitas yang signifikan, kata perusahaan keamanan Inggris Ambrey.

Kelompok Houthi telah menggunakan drone dan rudal untuk menargetkan kapal-kapal di Laut Merah, Selat Bab al-Mandab dan Teluk Aden sejak November, sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina dalam perang Gaza.

Mereka telah menenggelamkan satu kapal, menyita kapal lain dan menewaskan tiga pelaut dalam serangan terpisah.

“Situasi ini tidak bisa dibiarkan,” kata Sekretaris Jenderal Organisasi Maritim Internasional, Arsenio Dominguez, dalam sebuah pernyataan.

Sejumlah 22 awak kapal Tutor sebagian besar adalah orang Filipina, kata sekretaris Departemen Pekerja Migran Filipina, Hans Cacdac, pada konferensi pers di Manila.

Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr, mengatakan pihak berwenang di negaranya sedang berkoordinasi dengan UKMTO untuk membawa para awak kapal ke Djibouti dan membawa mereka pulang.

Kampanye udara dan laut yang dilakukan Houthi telah mengganggu pengiriman global, menyebabkan penundaan dan biaya yang membengkak melalui rantai pasokan.

Setidaknya 65 negara dan perusahaan energi dan pelayaran besar termasuk Shell, BP, Maersk dan Cosco terkena dampaknya, menurut laporan intelijen AS.

Rudal Hantam Kapal

Sementara itu, dua rudal jelajah diluncurkan oleh Houthi pada Kamis, 13 Juni 2024 dan menghantam sebuah kapal kargo curah di Teluk Aden.

Dilaporkan seorang pelaut terluka dan harus dievakuasi. Kapal yang diserang adalah M/V Verbena, berbendera Palauan, milik Ukraina, dan dioperasikan oleh Polandia.

Laporan kerusakan diutarakan Komando Pusat AS (CENTCOM). Dikatakan bahwa korban kini terluka parah.

“Melaporkan kerusakan dan kebakaran di kapal. Awak kapal terus memadamkan api. Seorang pelaut sipil terluka parah dalam serangan itu,” tulis laporan CENTCOM, seperti yang dimuat oleh AFP.

“Pesawat dari USS Laut Filipina (CG 58) secara medis mengevakuasi pelaut yang terluka ke kapal mitra terdekat untuk mendapatkan perawatan medis,” tambahnya.

“Perilaku sembrono yang terus dilakukan oleh kelompok Houthi yang didukung Iran ini mengancam stabilitas regional dan membahayakan nyawa para pelaut di Laut Merah dan Teluk Aden,” ujar laporan tersebut lagi.

Perlu diketahui, Kelompok Houthi telah menargetkan kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden sejak November 2023. Serangan dikatakan sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina selama perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.

Meskipun hal ini telah menyebabkan gangguan besar terhadap pelayaran internasional, namun jarang terjadi korban jiwa. AS dan Inggris sendiri turun ke wilayah itu dengan dalih mengamankan perdagangan kapal.