KABARBURSA.COM - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, memproyeksikan Indonesia dapat menghemat subsidi bahan bakar minyak (BBM) hingga Rp131 miliar per tahun melalui produksi kendaraan listrik (EV) di dalam negeri.
Indonesia sendiri menargetkan kapasitas produksi hingga 600.000 unit kendaraan listrik berbasis baterai (KBLBB) atau battery electric vehicle (BEV) pada 2030. Menurut Luhut, kapasitas produksi BEV Indonesia juga bisa meningkat signifikan seiring dengan dimulainya produksi Kona Electric oleh Hyundai Motor Group di dalam negeri dengan jumlah 50.000 unit per tahun.
“Produksi ini dapat diperkirakan menghemat subsidi BBM mencapai Rp131 miliar per tahun,” ujar Luhut dalam acara Peresmian Ekosistem Baterai dan Kendaraan Listrik Korea Selatan di Indonesia yang disiarkan secara virtual, Rabu 3 Juli 2024.
Sekadar informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan bahwa pemerintah telah menetapkan target subsidi energi sebesar Rp186,9 triliun pada 2024. Rinciannya, Rp113,3 triliun dialokasikan untuk subsidi BBM dan LPG, serta Rp73,6 triliun untuk subsidi listrik.
Luhut juga memproyeksikan bahwa produksi BEV di Indonesia bakal mengurangi impor BBM hingga 45 juta liter per tahun dan mengurangi emisi CO2 sekitar 160.000 ton per tahun. Ia juga menyoroti penggunaan baterai yang diproduksi dalam negeri yang bisa meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) KBLBB.
Hal ini tercermin pada Kona Electric yang diproduksi di Indonesia dan menggunakan baterai buatan dalam negeri. Baterai tersebut diproduksi oleh pabrik sel baterai hasil kerja sama antara Hyundai dengan LG Energy Solution yang membentuk konsorsium PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power.
“Penggunaan baterai LG produksi dalam negeri pada Kona Electric meningkatkan nilai TKDN KBLBB dari awalnya 40 persen menjadi 80 persen,” ujarnya.
Sekadar catatan, pabrik dan ekosistem baterai untuk EV dari Hyundai Motor Company dan LG Energy Solution, yang tergabung dalam konsorsium HLI Green Power dengan nilai investasi Rp160 triliun, telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada hari Rabu 3 Juli 2024.
Pada tahun 2023, alokasi subsidi BBM mencapai Rp150 triliun. Namun, pada tahun 2024, anggaran subsidi ini dikurangi menjadi Rp113,3 triliun. Pengurangan ini mencapai Rp36,7 triliun, menunjukkan komitmen pemerintah untuk menyeimbangkan anggaran dan mengurangi ketergantungan pada BBM bersubsidi.
Langkah ini diharapkan dapat mengurangi tekanan pada anggaran negara, yang selama ini cukup terbebani oleh subsidi energi. Dengan mengurangi subsidi BBM, pemerintah mendorong masyarakat untuk beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan, termasuk kendaraan listrik.
Pembatasan subsidi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan energi yang lebih efisien dan bijak. Dana yang dihemat dari pengurangan subsidi BBM dapat dialokasikan untuk pengembangan infrastruktur energi terbarukan dan teknologi hijau lainnya.
Langkah pemerintah ini merupakan bagian dari upaya jangka panjang untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat, sekaligus memastikan keberlanjutan fiskal. Keberhasilan kebijakan ini akan sangat bergantung pada dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menjelaskan total investasi ekosistem baterai EV terintegrasi Hyundai dan LG mencapai USD9,8 miliar atau Rp142 triliun, angka ini belum termasuk pabrik EV milik Hyundai. Investasi tersebut meliputi pertambangan senilai USD850 juta, pengolahan/pemurnian senilai USD4 miliar, prekursor/katoda senilai USD1,8 miliar, dan sel baterai senilai USD3,2 miliar.
Sementara itu, realisasi investasi ekosistem baterai dan EV mencapai USD4,46 miliar atau Rp71,36 triliun, termasuk investasi pabrik sel baterai 30 GWH dengan total investasi USD3,2 miliar, investasi battery pack Hyundai Energy Indonesia dengan nilai investasi USD42,12 juta, dan pabrik EV Hyundai Motor Manufacturing Indonesia dengan nilai investasi USD1,22 miliar.
“Kami tanyakan apakah di dunia sudah ada yang membangun ekosistem baterai mobil terintegrasi dari hulu, dari tambang sampai mobil. Ternyata belum ada, dan Indonesia yang pertama,” ujar Bahlil.
Pada tahun 2024, Kabar Bursa mencatat, penjualan kendaraan listrik (EV) di Indonesia menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Berikut adalah data penjualan EV selama tahun 2024:
Bulan | Penjualan EV |
---|---|
Januari | 5.000 |
Februari | 5.200 |
Maret | 5.400 |
April | 5.600 |
Mei | 5.800 |
Juni | 6.000 |
Juli | 6.200 |
Agustus | 6.400 |
September | 6.600 |
Oktober | 6.800 |
November | 7.000 |
Desember | 7.200 |
Pada bulan Januari, penjualan kendaraan listrik dimulai dengan 5.000 unit dan terus mengalami kenaikan hingga mencapai 7.200 unit pada bulan Desember. Kenaikan yang konsisten ini mencerminkan pertumbuhan yang kuat dalam adopsi kendaraan listrik di Indonesia.
Pemerintah Indonesia mengambil langkah strategis dengan membatasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada tahun 2024. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi beban anggaran negara dan mendorong penggunaan energi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.