KABARBURSA.COM - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong perkembangan industri kreatif fesyen dan kriya di tanah air. Hal ini diwujudkan Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) melalui gelaran Creative Fest 2024 di Jakarta beberapa waktu lalu.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita menuturkan, gelaran Creative Fest 2024 cukup membuahkan hasil yang positif bagi industri fesyen dalam negeri. Diketahui, nilai tambah industri kreatif mencapai Rp1.414,8 triliun atau tumbuh 10,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp1.280,42 triliun.
Reni juga menyebut, kegiatan Creative Fest 2024 cukup menuai respons positif dari masyarakat. Karenanya, dia menilai perlunya dukungan dari para pemangku kepentingan untuk senantiasa berkolaborasi.
“Dari nilai tambah tersebut, sektor fesyen dan kriya menjadi dua sektor yang memiliki kontribusi terbesar kedua dan ketiga dengan total kontribusi hingga 33 persen,” kata Reni dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 2 Juli 2024.
Adapun gelaran Creative Fest 2024 berlangsung selama tiga hari terhitung sejak tanggal 28-30 Juni 2024 itu memuat berbagai workshop yang berfokus pada desain kriya dan fesyen (Workshop Design Craft and Fashion) serta pelatihan pembuatan ecoprint (Workshop Making). Selain itu, peserta juga mendapatkan kesempatan untuk berdialog dan belajar bersama praktisi-praktisi kreatif melalui Creative Talk.
Reni menuturkan, melalui Creative Fest 2024, pemerintah berusaha mengajak masyarakat untuk menyadari bahwa banyak produk-produk dalam negeri karya anak bangsa yang memiliki nilai jual tinggi khususnya pada produk fesyen dan kriya.
“Kesempatan ini juga menjadi ajang pelaku-pelaku kreatif untuk bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan ide kreatif, hingga berkolaborasi untuk menciptakan karya,” tuturnya.
Sementara itu, Pembina Industri Ahli Utama Kemenperin, Doddy Widodo mengungkap, program Creative Fest 2024 menjadi ajang bersama untuk berkolaborasi meningkatkan dan memajukan IKM lokal. Setiap pembelian yang dilakukan masyarakat, kata dia, merupakan dukungan nyata bagi mereka pelaku usaha dan pengrajin di Indonesia.
“Mari bersama memilih, membeli, dan menggunakan produk dalam negeri sehingga berkontribusi pada kemajuan dan kesejahteraan negeri tercinta,” ucapnya.
Di sisi lain, Kepala Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) Dickie Sulistya menuturkan, selain mendapatkan kesempatan belajar melalui creative talk dan workshop, para pelaku industri kreatif binaan BPIFK/BCIC dari seluruh Indonesia juga memamerkan produknya melalui Pop Up Market yang diikuti 16 tenant pelaku industri kreatif.
“Adapun selama tiga hari pelaksanaannya, sebanyak 6.600 orang berkunjung ke Pop Up Market Creative Fest 2024, dengan total penjualan mencapai Rp123.251.000,” sebutnya.
Peningkatan IKI di Juni 2024
Sebelumnya, Kemenperin resmi merilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Juni 2024. Dalam rilisnya, Kemenperin mencatat IKI pada bulan Juni 2024 mencapai 52,50 poin.
Adapun naiknya IKI berdasarkan analisa dari 23 sub sektor indusri. Meski begitu, Kemenperin mengungkap IKI bulan Juni 2024 mengalami pelambatan 1,43 poin secara tahunan (year-on-year/yoy).
“IKI pada bulan Juni 2024 mencapai 52,50 masih ekspansif tidak ada perbedaan nilai IKI bulan Juni 2024 dengan IKI bulan Mei 2024. Nilai ini melambat 1,43 poin dibandingkan nilai IKI bulan Juni tahun lalu yakni sebesar 53,93,” kata Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief dalam konferensi pers rilis IKI bulan Juni yang diikuti secara daring, Kami, 27 Juni 2024.
Febri menuturkan, IKI Juni 2023 mengalami peningkatan ekspansif 3,03 poin dari IKI bulan Mei 2023 dan masih yang tertinggi sepanjang IKI dirilis. Kendati begitu, tercatat satu sektor industri dari total 23 sub sektor industri pengolahan yang mengalami kontraksi.
“Dengan kontribusi sektor tersebut yang mengalami ekspansi terhdap PDB (produk domestik bruto) industri pengolahan nonmigas triwulan 1 2024 sebesar 98,6 persen,” jelasnya.
Jika dilihat dari variabel pembentuk IKI, tutur Febri, tercatat peningkatanan nilai IKI pesanan baru sebesar 1,62 poin. Dengan begitu, nilai IKI pesanan baru mengalami peningkatan menjadi 54,78.
Di sisi lain, Febri juga mengungkap, nilai IKI variable persediaan produk juga mengalami peningkatan sebesar 0,46 poin menjadi 55,05. Kendati begitu, dia menyebut variabel pembentuk IKI dari sektor produksi justru mengalami kontraksi sebesar 3,02 poin menjadi 46,99.
“Pada bulan juni taun lalu, variabel pesanan baru meningkat ekspansinya cukup besar yakni naik 4,97 sampai merubah level dari kontraksi 49,84 menjadi ekspansi 54,81. Normalnya pada bulan Juni indikator kegiatan usaha industri adalah yang tertinggi. Secara umum kegiatan industri pengolahan bulan Juni meningkat 1 persen,” jelasnya.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.