Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Konsumen Indonesia Pilih Belanja Online Karena Harga Murah

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 02 July 2024 | Penulis: Pramirvan Datu | Editor: Redaksi
Konsumen Indonesia Pilih Belanja Online Karena Harga Murah

KABARBURSA.COM - Perusahaan pengukuran global dan analisis data, NielsenIQ Indonesia, mengungkapkan bahwa mayoritas konsumen di Indonesia memilih berbelanja melalui platform daring sepanjang tahun 2023. Faktor utama yang mendorong keputusan ini adalah penawaran harga produk yang lebih murah.

"Kenapa belanja online? Penyebabnya masih harga murah," ujar Rusdy Sumantri, Director NielsenIQ Indonesia, dalam diskusi media yang diadakan di Jakarta Pusat pada Selasa 2 Juli 2024.

Menurut Rusdy, sebanyak 79 persen konsumen memilih berbelanja di platform daring karena harga produk yang lebih terjangkau. Selain itu, kemudahan metode pembayaran juga menjadi pendorong utama konsumen untuk lebih memilih belanja daring.

Rusdy menambahkan bahwa metode pembayaran yang paling sering digunakan konsumen adalah pembayaran langsung tunai (cash). Kemudahan proses pembayaran dinilai sebagai faktor kunci dalam menentukan metode pembayaran yang dipilih oleh konsumen.

"Ketika mereka mencari payment method, harus yang easy payment process, jadi proses pembayarannya harus mudah. Jadi apapun proses pembayaran yang ditawarkan oleh player itu harus memikirkan kemudahan si konsumen," jelas Rusdy.

Namun, terdapat juga kekhawatiran di kalangan konsumen yang lebih memilih membeli produk secara langsung di gerai atau toko. Salah satu alasan utamanya adalah perbedaan tampilan produk yang terpajang di aplikasi dengan yang diterima.

Temuan tren berbelanja daring ini diperoleh melalui survei dengan partisipan sekitar 4000 orang yang tersebar di wilayah Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Medan menggunakan metode wawancara.

Rusdy juga menyebutkan kategori produk yang paling diminati konsumen di platform belanja daring, yaitu fesyen (70 persen), kosmetik dan perawatan wajah (42 persen), transportasi (38 persen), dan travel (31 persen).

Untuk menarik konsumen, pelaku bisnis di platform daring menawarkan tiga keuntungan utama: voucher diskon, gratis biaya pengiriman, dan harga barang yang lebih murah dibandingkan kompetitor.

"Promosinya yang ditawarkan itu masih kebanyakan discount voucher, kemudian free ongkir, dan konsumen juga merasakan produk yang ditawarkan lebih murah dibandingkan kompetitor," kata Rusdy.

Masyarakat Tak Terjebak

Pakar Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia (UI), Firman Kurniawan, memberikan kiat-kiat sederhana agar masyarakat tidak terjebak oleh konten rekayasa teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intellegence (AI) saat berbelanja online di ranah digital.

Salah satu kiat yang diberikan adalah dengan memperhatikan visual yang terlihat berlebihan dan melakukan pengecekan berulang menggunakan layanan mesin pencarian.

“Visual yang terlalu sempurna seringkali merupakan tanda konten buatan AI. Misalnya, dalam video AI, gerakan terlihat mulus tanpa jeda seperti saat orang berbicara. Namun, dalam situasi nyata, ada jeda atau diam sebentar saat berbicara,” ungkap Firman, beberapa waktu lalu.

Kemudian Firman memberikan contoh kasus viral di media sosial pada Oktober 2023, di mana sebuah video yang direkayasa membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlihat berbicara dalam Bahasa Mandarin.

Katanya, video tersebut sebenarnya berasal dari tahun 2015 yang diunggah oleh YouTube The U.S-Indonesia Society (USINDO), di mana Presiden Jokowi berpidato dalam bahasa Inggris.

“Kesempurnaan yang berlebihan seperti itu dapat menjadi indikasi. Pada kasus video Pak Jokowi berbicara dalam Bahasa Mandarin, terkesan lancar tanpa jeda menjadi pembeda. Padahal, dalam video aslinya, terdapat banyak jeda,” jelas Firman.

Kiat yang sama juga berlaku dalam membedakan konten iklan produk buatan AI agar konsumen tidak tertipu saat membeli produk tersebut.

Penipuan belanja online menggunakan AI seringkali melibatkan konten visual dan audio. Pelaku sering menggunakan testimoni yang tampak berasal dari selebritas atau tokoh terkenal.

Dengan teknologi deepfake, suara selebritas dapat digunakan untuk membuat testimoni yang terasa autentik, padahal mereka tidak pernah membuat konten tersebut.

Salah satu contoh kasus adalah Melaney Ricardo yang pada Januari 2024 mengakui bahwa suaranya direkayasa menggunakan AI untuk digunakan sebagai testimoni obat pelangsing.

Sebelumnya, selebritas lain seperti Titi DJ, Botika Panggabean, Ivan Gunawan, dan Prilly Latuconsina juga menjadi korban pencatutan nama dan suara pada November 2023 dengan modus yang serupa.

Tika Panggabean bahkan memberikan klarifikasi agar masyarakat tidak terperdaya oleh iklan buatan AI tersebut.

Minat Konsumen

Riset terbaru We Are Social tahun ini, mengungkap bahwa promo ongkos kirim gratis dan berbagai diskon di e-commerce, mampu meningkatkan minat konsumen untuk belanja online.

Data mereka, 47,4 persen responden menyatakan layanan ongkos kirim gratis menjadi pilihan favorit dan menjadi alasan utama untuk belanja online.

Kemudian, 28,5 persen responden menyukai layanan next day, sehingga makin mendorong seseorang untuk belanja online.

Selain itu, alasan responden berbelanja online karena hemat tenaga dan waktu, harga lebih murah,  hingga diskon barang yang digelar besar-besaran.