Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Kolaborasi Bank Indonesia dan BIS: Tahap 3 Proyek Nexus

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 01 July 2024 | Penulis: Pramirvan Datu | Editor: Redaksi
Kolaborasi Bank Indonesia dan BIS: Tahap 3 Proyek Nexus

KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI), bersama Bank for International Settlements (BIS), Bank Negara Malaysia, Bangko Sentral ng Pilipinas, Monetary Authority of Singapore, dan Bank of Thailand, telah menyelesaikan blueprint Tahap 3 Proyek Nexus.

Bahwa cetak biru ini memungkinkan negara peserta untuk menghubungkan sistem pembayaran instan domestik mereka secara global. Proyek Nexus, inisiatif dari BIS Innovation Hub, bertujuan untuk memperbaiki pembayaran antarnegara dengan menghubungkan berbagai sistem pembayaran instan (instant payment systems/IPS) secara global. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin 1 Juli 2024.

Proyek Nexus adalah proyek pertama BIS Innovation Hub di bidang pembayaran yang menuju implementasi. BIS berperan sebagai penasihat Proyek Nexus dan akan menyiapkan skema operasional serta membuka peluang bagi peserta baru dari seluruh dunia.

Nexus dirancang untuk menstandarkan metode konektivitas sehingga IPS domestik dapat terhubung satu sama lain. Standardisasi ini memungkinkan operator suatu negara hanya perlu membuat satu koneksi ke Nexus, tanpa harus membuat koneksi khusus dengan setiap negara yang ingin dihubungkan. Dengan demikian, cukup dengan satu koneksi, IPS negara peserta dapat saling terhubung.

"Kami berharap mitra kami di Nexus sukses dalam mengembangkan proyek dari konsep menjadi kenyataan. Ini merupakan proyek pertama bagi BIS Innovation Hub dengan bank sentral dan operator IPS yang menuju implementasi.

Ketika diterapkan, proyek ini akan meningkatkan pembayaran antarnegara selaras dengan program pembayaran antarnegara G20, serta misi kami untuk mewujudkan kepentingan publik di bidang teknologi guna mendukung bank sentral dan meningkatkan fungsi sistem keuangan. Bersama negara-negara peserta gelombang pertama.

"Nexus memiliki potensi untuk menghubungkan pasar dengan 1,7 miliar orang di seluruh dunia yang memungkinkan mereka melakukan pembayaran instan satu sama lain dengan mudah dan murah," ujar BIS General Manager Agustin Carsten.

Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan, tujuan Nexus adalah mencapai pembayaran antarnegara yang dapat diimplementasikan berdasarkan kerangka kebijakan yang kuat, inklusif, dengan manajemen risiko yang efektif.

Visi ini selaras dengan kepentingan publik yang lebih luas untuk memberikan solusi pembayaran antarnegara yang efisien dan terjangkau bagi individu dan pelaku usaha di seluruh dunia. Dengan memprioritaskan prinsip tersebut, sistem pembayaran antarnegara akan semakin lancar dan aman sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, inklusi keuangan, dan pembangunan berkelanjutan.

Kesimpulan dan poin utama Tahap 3 Proyek Nexus ini tercakup dalam laporan yang diterbitkan hari ini, yang dapat diakses melalui tautan https://www.bis.org/publ/othp86.htm. Laporan ini dilengkapi dengan buku peraturan skema dan panduan teknis implementasi, serta spesifikasi message format ISO 20022, yang tersedia berdasarkan permintaan bank sentral.

Selanjutnya, Proyek Nexus akan melangkah pada pengembangan Tahap 4 dengan fokus pada pembentukan entitas baru, yaitu Nexus Scheme Organization (NSO), yang akan bertanggung jawab mengelola skema Nexus, dan melanjutkan misi untuk mencapai pembayaran antarnegara secara instan. Bank Indonesia akan melanjutkan partisipasinya sebagai Pengamat (Observer) yang berperan untuk mengamati pengembangan proyek tersebut.

Konektivitas Pembayaran

Bank Indonesia (BI) menjalin kolaborasi dengan empat bank sentral lainnya untuk mengeksplorasi potensi konektivitas pembayaran berbasis fast payment di kawasan regional. Bank sentral tersebut adalah Bank Negara Malaysia (BNM), Bangko Sentral Pilipinas (BSP), Monetary Authority of Singapore (MAS), dan Bank of Thailand (BOT).

Kerja sama ini, yang juga melibatkan Bank for International Settlements (BIS), bertujuan untuk menjajaki potensi konektivitas pembayaran berbasis fast payment melalui Proyek Nexus. Inisiatif ini melanjutkan Nota Kesepahaman (NK) Kerja Sama Konektivitas Pembayaran Kawasan yang ditandatangani kelima bank sentral pada 14 November 2022.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa keterlibatan BI dalam Proyek Nexus merupakan implementasi dari NK tersebut yang menjadi salah satu agenda prioritas jalur keuangan Keketuaan Indonesia pada ASEAN 2023.

Proyek Nexus ini akan menjadi langkah strategis untuk memperluas konektivitas sistem pembayaran. “BI berkomitmen mewujudkan konektivitas sistem pembayaran yang lebih cepat, murah, mudah, transparan, dan inklusif,” kata Perry dalam keterangannya, kemarin.

Pada tahap awal, Proyek Nexus adalah kajian oleh BIS untuk mewujudkan skema multilateral yang menghubungkan sistem pembayaran berbasis fast payment di berbagai negara (Proyek Nexus Tahap I). Selanjutnya, BIS bersama BNM, MAS, dan Banca d’Italia melakukan kajian dan uji coba teknis konektivitas pembayaran berbasis fast payment (Proyek Nexus Tahap II).

Saat ini, BI bersama BIS, BNM, BSP, MAS, dan BOT akan melakukan kajian dan pendalaman terkait potensi konektivitas pembayaran berbasis fast payment, yang mencakup skema organisasi dan tata kelola, model bisnis, adopsi komersial, serta teknologi dan operasional (Proyek Nexus Tahap III). “Tahap III direncanakan berlangsung dari April 2023 hingga Maret 2024,” ujar Perry.

Pada 29 Agustus 2022, BI dan BOT telah menyepakati implementasi kerja sama pembayaran berbasis QR Code lintas negara (cross-border QR payment linkage). Di saat bersamaan, juga disepakati inisiasi kerja sama serupa antara Indonesia dan Singapura. Sementara itu, dengan BNM, telah diluncurkan uji coba interkoneksi pembayaran antarnegara menggunakan QR Code antara Indonesia dan Malaysia pada 27 Januari 2022.

Dengan Proyek Nexus ini, diharapkan adanya konektivitas sistem pembayaran lintas batas berbasis fast payment sebagai infrastruktur pembayaran yang dapat diakses setiap saat. Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi pembayaran ritel dan menjangkau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), memfasilitasi remitansi, termasuk bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI), serta memudahkan transaksi bagi para wisatawan.