Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Penjualan KAEF Naik 10 Persen saat Tantangan Efisiensi

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 01 July 2024 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Penjualan KAEF Naik 10 Persen saat Tantangan Efisiensi

KABARBURSA.COM - Badan usaha farmasi milik negara, PT Kimia Farma Tbk (KAEF), mencatat pertumbuhan penjualan dua digit pada kuartal I 2024. Perusahaan yang bergerak di sektor kesehatan dari hulu ke hilir ini berhasil mencatatkan prestasi tersebut meskipun menghadapi berbagai tantangan dalam efisiensi biaya operasional.

Penjualan KAEF mencapai Rp2,54 triliun pada Januari-Maret 2024, naik 10,08 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp2,30 triliun. Kinerja positif ini tercermin dalam Laporan Keuangan (LK) Perseroan untuk triwulan I 2024, yang baru saja dirilis dan disampaikan kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

Namun, beban pokok penjualan (HPP) dan beban usaha masing-masing meningkat sebesar 18,67 persen dan 3,04 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Kenaikan ini disebabkan oleh proses penataan portofolio produk dan efisiensi yang masih berlangsung sebagai bagian dari strategi pembenahan fundamental bisnis Perseroan.

Direktur Utama KAEF Djagad Prakasa Dwialam menegaskan bahwa kinerja penjualan yang tumbuh hingga di atas 10 persen pada Januari-Maret 2024 menjadi awal yang baik bagi perseroan. Namun, Djagad yang sebelumnya menjadi direktur utama anak perusahaan KAEF, PT Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD), juga memahami bahwa perseroan masih menghadapi tantangan besar yaitu perlunya penguatan pada portofolio produk yang bermargin tinggi.

Selain itu tantangan terbesar lain KAEF adalah beban keuangan. Perusahaan mengambil berbagai langkah strategis untuk efisiensi dan restrukturisasi keuangan agar bisa menurunkan beban usaha dan beban bunga.

"Kami optimistis tren positif pada kuartal I 2024 ini akan berlanjut hingga akhir tahun ini. Kami terus melakukan efisiensi terutama di segmen manufaktur sehingga bisa menurunkan beban usaha. Kami juga akan memperkuat portofolio produk untuk menurunkan beban pokok penjualan," ujarnya.

Dia menilai pimpinan sebelumnya telah membentuk baseline atau titik awal yang bagus sehingga bisa mengetahui tantangan utama yang dihadapi KAEF. "Pak David Utama serta jajaran Direksi sebelumnya telah membangun pondasi dan baseline yang bagus sehingga KAEF sudah berada di jalur yang tepat untuk menuju profitabilitas, tentu dengan melakukan pembenahan menyeluruh dari hulu sampai hilir," tutur Djagad.

Fokus efisiensi di hulu, yaitu menyangkut fasilitas-fasilitas produksi yang dimiliki serta penguatan portofolio produk. Sementara untuk segmen hilir/ritel adalah dengan optimalisasi kelengkapan produk di seluruh outlet, penguatan portofolio produk, serta meningkatkan kualitas pelayanan sehingga KAEF menjadi pilihan utama bagi pelanggan yang memerlukan obat atau layanan kesehatan.

KAEF memiliki beberapa lini bisnis, yaitu segmen manufaktur, perdagangan dan distribusi, ritel, dan segmen bisnis lainnya. Di segmen manufaktur memiliki 10 pabrik. Di segmen perdagangan dan distribusi memiliki 48 distributor, sedangkan di lini ritel memiliki 1.217 apotek, 367 klinik, dan lebih dari 300 laboratorium medis yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Djagad menambahkan bahwa selama ini Kimia Farma memiliki peran dalam penyediaan obat yang berkualitas serta keterjangkauan pelayanan kesehatan sebagai upaya menjaga ketahanan kesehatan nasional. "Kimia Farma berperan aktif dalam menjaga ketahanan obat nasional dalam hal distribusi obat dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang berkualitas di Indonesia," pungkasnya.

Direksi KAEF Dirombak

Sebelumnya, Kementerian BUMN telah melakukan perombakan direksi dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2023. David Utama mundur dari jabatannya sebagai direktur utama KAEF dan digantikan oleh Djagad Prakarsa Dwialam.

Setelah penunjukan tersebut, Djagad mengatakan bahwa pergantian direksi merupakan keputusan yang sah dan merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kinerja perusahaan. “Pergantian kepemimpinan di BUMN bisa terjadi kapan saja. Yang penting, itu adalah hal yang normal dan bertujuan untuk meningkatkan kinerja,” kata Djagad.

Berikut susunan terbaru Dewan Direksi Kimia Farma:

– Direktur Utama: Djagad Prakasa Dwialam

– Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko: Lina Sari

– Direktur Produksi dan Supply Chain: Hadi Kardoko

– Direktur SDM: Disril Revolin Putra

– Direktur Portofolio, Produk dan Layanan: Jasmine Karsono

– Direktur Komersial: Chairani Harahap

Kinerja Keuangan KAEF

Meskipun KAEF mencatat kinerja negatif dengan kerugian bersih mencapai Rp1,48 triliun pada tahun 2023, fundamental perusahaan tetap kuat dengan pertumbuhan penjualan yang mencatatkan peningkatan sebesar 7,93 persen menjadi Rp9,96 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.

Kinerja negatif ini disebabkan oleh sejumlah tantangan, termasuk belum optimalnya komersialisasi, ineffisiensi operasional pabrik, dan dugaan pelanggaran integritas dalam penyediaan data keuangan oleh anak usaha perusahaan, PT Kimia Farma Apotek (KFA), yang menyebabkan kas perusahaan menjadi negatif.

Lebih lanjut KAEF masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp1,48 triliun pada tahun 2023. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, KAEF hanya mencatat rugi sebesar Rp190,4 miliar.

Menilik laporan keuangan per 2023, KAEF mencatatkan beban pokok penjualan sebesar Rp6,86 triliun, naik 25,83 persen dari tahun 2022 yang sebesar Rp5,45 triliun. Dari sisi beban usaha tahun 2023 meningkat hingga 35,53 persen year on year (yoy) menjadi Rp4,66 triliun dibandingkan dengan tahun 2022 sebesar Rp3,44 triliun.

Lebih lanjut kenaikan beban usaha terjadi secara dominan pada anak usaha yaitu KFA, di mana kondisi ini tidak terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Beban keuangan tahun 2023 naik 18,49 persen (yoy) menjadi Rp622,82 miliar seiring dengan kebutuhan modal kerja perusahaan dan adanya kenaikan suku bunga.

Perlu diketahui, penjualan KAEF sepanjang 2023 sejatinya mengalami peningkatan dibandingkan 2022. KAEF mencatatkan penjualan sebesar Rp9,96 triliun pada 2023. Penjualan ini naik 7,93 persen dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp9,23 triliun. Penjualan ini didominasi oleh penjualan ke lokal ke pihak ketiga sebesar Rp8,79 triliun, dan pihak berelasi sebesar Rp1,05 triliun.

Sementara itu, penjualan luar negeri KAEF adalah penjualan garam kina sebesar Rp100,6 miliar, dan penjualan obat dan alat kesehatan sebesar Rp7,56 miliar. Sementara itu, menurut lini produknya, KAEF menjual obat generik produksi KAEF sebesar Rp1,29 triliun, obat ethical, lisensi dan narkotika Rp891,4 miliar, obat bebas atau over the counter (OTC) Rp459,09 miliar, bahan baku Rp143,11 miliar, dan alat kesehatan sebesar Rp107,04 miliar. Total penjualan produksi entitas KAEF adalah sebesar Rp2,89 triliun. Namun, dengan membengkaknya beban perseroan, maka laba bruto KAEF tergerus 17,91 persen menjadi Rp3,1 triliun.

Sebelumnya, pada 2022 KAEF mencatatkan laba bruto sebesar Rp3,77 triliun. Alhasil, KAEF mencatatkan kenaikan rugi bersih menjadi Rp1,48 triliun pada 2023. Rugi bersih ini meningkat dibandingkan 2022 yang sebesar Rp190,47 miliar. (*)