Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Harga Emas Antam Naik Rp10.000, Buyback di Angka Rp15.000

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 28 June 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Harga Emas Antam Naik Rp10.000, Buyback di Angka Rp15.000

KABARBURSA.COM - Hari ini, harga emas Logam Mulia produksi PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) mengalami kenaikan. Dipengaruhi oleh dinamika harga emas dunia, harga emas Antam pada Jumat, 28 Juni 2024 mencapai Rp1.360.000 per gram, naik Rp 0.000 dari hari sebelumnya. Sementara itu, harga pembelian kembali (buyback) juga naik menjadi Rp1.235.000 per gram, meningkat Rp15.000 dari posisi sebelumnya.

Kenaikan harga emas dunia, yang ditutup di level US$ 2.327,3 per troy ons pada pasar spot kemarin, naik 1,26{ccd4fd764ee01eeffde149d16dd889e35ba3aa084bee9e8382bbf985fd92fc52} dari hari sebelumnya, turut mendorong kenaikan harga emas Antam. Sentimen positif ini dipicu oleh rilis data ekonomi AS yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,4 persen secara kuartalan pada kuartal I-2024, mengalahkan ekspektasi sebelumnya.

Selain itu, pertumbuhan yang lebih lambat dalam pemesanan barang tahan lama dan peningkatan klaim tunjangan pengangguran juga meningkatkan harapan akan penurunan suku bunga acuan.

Dalam konteks ini, emas tetap menjadi pilihan investasi yang menarik sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil, terutama saat prospek suku bunga turun.

Sehari sebelumnya, harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) nyungsep. Kamis, 27 Juni 2024, pukul 09.43, harganya anjlok sebesar Rp11.000 per gram, dari sebelumnya di posisi Rp1.361.000 pada penutupan Rabu, 26 Juni 2024, menjadi Rp1.350.000. Tertekannya harga emas ini juga berpengaruh pada harga buyback atau jual kembali. Adapun untuk emas batangan, harga jualnya di kisaran Rp1.220.000 per gram.

Untuk transaksi harga jual dikenakan potongan pajak. Hal ini sesuai dengan PMK No 34/PMK.10/2017, yang menyebutkan bahwa penjualan kembali emas batangan ke PT Antam Tbk dengan nominal lebih dari Rp10 juta dikenakan PPh 22 sebesar 1,5 persen untuk pemegang NPWP dan 3 persen untuk non-NPWP. Diatur pula, PPh 22 atas transaksi buyback dipotong langsung dari total nilai buyback.

Harga emas Antam yang mengalami penurunan ini sejalan dengan harga emas dunia yang sedang depresi penutupan di perdagangan kemarin, sebesar 0,91 persen, ke angka USD2.297/troy ons. Alasan depresinya emas dunia, mengutip dari Kitco, dikarenakan pasar emas tidak mampu menarik momentum bullish lantaran harga terus meluncur ke level USD2.300/troy ons.

Tekanan terhadap emas juga terjadi karena sikan bank sentral AS (The Fed) yang tampak hawkish. Gubernur Fed Michelle Bowman sempat menyatakan, belum saatnya untuk mulai menurunkan suku bunga. Ia malah mengisyaratkan kenaikan suku bunga jika inflasi tetap tinggi.

Dalam sepekan terakhir, harga emas terpangkas 0,35 persen secara point to point. Selama sebulan lalu, harga telah berkurang 1,38 persen.

“Masih banyak permintaan fisik dari bank sentral dan ada permintaan dari Asia. Ekspektasi utamanya adalah The Fed akan memangkas suku bunga dan investor sangat enggan untuk menjual emas,” kata Ryan McKay, ahli strategi komoditas senior di TD Securities.

World Gold Council menyebut, dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) emas mengalami arus masuk minggu lalu sebesar USD212 juta atau sebanyak 2,1 metrik ton.

Emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil mencapai rekor tertinggi USD2.449,89 pada 20 Mei dan naik 12 persen sepanjang tahun ini. Hal itu didukung oleh harapan pemangkasan suku bunga The Fed dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral di tengah ketegangan geopolitik.

Lebih lanjut pada minggu ini, traders menantikan estimasi produk domestik bruto kuartal pertama AS yang akan dirilis pada Kamis, 27 Juni 2024 dan laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) pada Jumat, 28 Juni 2024.

Konsensus pasar memperkirakan laju PCE secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Mei sebesar 0 persen. Lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 0,3 persen.

Secara tahunan (year-on-year/yoy), laju PCE pada Mei diperkirakan 2,6 persen. Sedikit melambat dibandingkan April yang sebesar 2,7 persen.

Adapun laju PCE inti (core) secara bulanan diperkirakan 0,1 persen pada Mei. Juga melambat dibandingkan April yang sebesar 0,2 persen. Sementara laju PCE inti secara tahunan pada Mei diperkirakan 2,6 persen. Lebih rendah dibandingkan April yang sebesar 2,8 persen.

Sebagai informasi, PCE adalah indikator pilihan bank sentral Federal Reserve dalam mengukur inflasi. Jika laju PCE benar-benar melambat, maka ada harapan Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell bisa menurunkan suku bunga acuan.

Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5-5,25 persen pada September mencapai 59,3 persen.

Namun, sepertinya pasar masih belum sepenuhnya yakin The Fed bakal menempuh langkah tersebut. Pasalnya, sejumlah pejabat teras The Fed masih melontarkan komentar bernada hawkish.(*)