KABARBURSA.COM - Capital outflow atau keluarnya dana asing dari Indonesia tercatat telah mencapai Rp9,6 triliun hingga Juni 2024. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyampaikan penyebab hal ini dapat terjadi didominasi sentimen global.
Sentimen tersebut, kata Sri Mulyani, adalah adanya penguatan dolar Amerika Serikat (AS), ketidakpastian di pasar keuangan global, dan tingginya suku bunga obligasi AS (US Treasury). "Selain itu suku bunga acuan AS yang tinggi dan belum menunjukkan tanda-tanda penurunan telah membuat pasar kecewa dan menguatkan indeks dolar, yang pada gilirannya menyebabkan depresiasi rupiah," kata dia, Kamis, 27 Juni 2024.
Selain itu, defisit anggaran AS yang tinggi telah mendorong peningkatan yield US Treasury. Untuk membiayai anggarannya, AS menerbitkan banyak surat utang, yang menurunkan harga namun meningkatkan yield. "Yield US Treasury berada di 4,5 persen. Ini relatif stabil tinggi sejak April lalu," ujar Sri Mulyani.
Kondisi ini juga mendorong capital outflow di pasar saham Indonesia. Sri Mulyani juga mengakui bahwa hingga saat ini masih terjadi capital outflow dari Surat Berharga Negara (SBN). "Sehingga total outflow hingga Juni mencapai Rp9,3 triliun," tambah Sri Mulyani.
Sri Mulyani menekankan bahwa kondisi ini perlu diwaspadai dan memerlukan respons dari APBN terhadap berbagai pos yang terpengaruh nilai tukar dan dari sisi penerbitan surat utang pemerintah.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto, mengungkapkan bahwa tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun atau kuartal IV-2024.
Menurut Eko, penguatan rupiah hingga akhir 2024 hanya akan terjadi pada momen-momen tertentu seperti pemilihan kepala daerah (pilkada) dan masa libur akhir tahun. “Sampai akhir tahun dugaan saya akan ada booster di kuartal IV-2024 karena ada pilkada dan libur akhir tahun, tapi memang secara umum rupiah ini akan cenderung tidak stabil,” ungkap Eko dalam agenda Seminar Nasional Kajian Tengah Tahun INDEF 2024: Presiden Baru, Persoalan Lama, Selasa, 25 Juni 2024.
Eko menambahkan bahwa tidak stabilnya rupiah disebabkan karena banyak pengusaha yang masih bergantung pada bahan baku impor. Mereka perlu membeli dolar AS untuk memenuhi kebutuhan impor mereka. “Otomatis mereka memburu dolar AS untuk bisa mencukupi kebutuhan itu,” tambah Eko.
Direktur Eksekutif INDEF, Esther Sri Astuti menyatakan bahwa fluktuasi nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh kebijakan fiskal dan moneter yang masih ketat. “Saat ini, kondisi ekonomi baik dari segi fiskal maupun moneter masih relatif ketat dengan terus meningkatnya suku bunga dan fluktuasi nilai tukar,” kata dia.
Dengan kondisi tersebut industri manufaktur bakal menjadi salah satu sektor yang paling terdampak karena mayoritas bahan baku yang berasal dari luar negeri. “Karena nilai tukar Rupiah terhadap dolar terdepresiasi, sehingga industri manufaktur yang menggantungkan diri pada bahan baku impor akan sangat terdampak,” kata Esther.
Esther menegaskan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah pasti berdampak pada industri manufaktur, karena masih bergantung pada impor bahan baku. “Ini menunjukkan bahwa produksi industri dalam negeri masih sangat bergantung pada bahan baku impor, sehingga pelemahan mata uang pasti berdampak pada industri manufaktur,” ungkap
Terkait modal asing keluar dari Indonesia ini sempat diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Presiden mengaku khawatir mengenai fenomena capital outflow atau aliran dana modal keluar dari Indonesia akibat konser Taylor Swift yang diselenggarakan di Singapura pada Maret 2024.
Jokowi menggarisbawahi dampak negatif yang dirasakan Indonesia karena banyaknya warga RI pergi ke Singapura untuk menonton konser tersebut. "Apa yang terjadi kalau kita berbondong-bondong nontonnya di Singapura? Itu ada namanya capital outflow aliran uang dari Indonesia menuju ke Singapura, kita kehilangan. Kehilangan uang bukan hanya untuk tiket, tetapi kehilangan uang Indonesia [untuk] bayar hotel, bayar makan, transportasi, dan lain-lain," jelas Jokowi.
"(Konser) Taylor Swift pada Maret diselenggarakan 6 hari di Singapura, dan Singapura adalah satu-satunya negara Asean yang menyelenggarakan itu. (Fans) yang menonton saya kira itu lebih dari separuh (masyarakat) Indonesia karena penggemar Taylor Swift kalau kita lihat di Spotify Indonesia 2,2 juta orang," tekan Jokowi.
Lebih lanjut, Jokowi menambahkan konser yang berlangsung 3 jam pada setiap hari penyelenggarannya itu membuat Singapura berhasil menarik total 360.000 penonton masuk ke negaranya. "Sekali lagi saya pastikan separuh dari yang nonton itu orang Indonesia," tegas Jokowi.
Namun, Jokowi juga salut terhadap kecepatan dan efisiensi Singapura yang berhasil dalam menyelenggarakan acara-acara besar, terutama dalam mendatangkan musisi-musisi dunia. "Kenapa sih yang menyelenggarakan selalu Singapura? Ya karena kecepatan melayani dalam mendatangkan artis-artis ini. Dukungan pemerintah baik itu pemulihan akses, keamanan, dan lain-lainnya," ujarnya. (*)