KABARBURSA.COM - Kementerian Perdagangan mencatat aktivitas perdagangan Indonesia - Kanada periode Januari hingga April 2024 mencapai USD1,1 miliar. Pada periode tersebut, ekspor Indonesia ke Kanada tercatat sebesar USD466 juta, sedangkan impor Indonesia dari Kanada USD 655 juta.
Komoditas ekspor andalan Indonesia ke Kanada pada tahun lalu adalah perlengkapan telepon, hasil produksi atau limbah, karet alam, aksesori, dan koper. Sedangkan, komoditas impor utama Indonesia dari Kanada yaitu gandum, pupuk, kedelai, dan serbuk kayu.
Indonesia dan Kanada telah menegaskan kembali komitmen bersama untuk menyelesaikan perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Kanada (ICA-CEPA) pada akhir 2024. Hal ini dikemukakan dalam sesi pembukaan Putaran Kedelapan Perundingan ICA-CEPA di Ottawa, Kanada, Senin, 24 Juni 2024.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono, mengatakan pihaknya mendorong para ketua isu runding untuk mengintensifkan komunikasi dan dapat bersikap pragmatis sehingga seluruh isu runding dapat terselesaikan.
"Walaupun terdapat permasalahan yang belum selesai, kami yakin Indonesia dan Kanada dapat mencapai kesepakatan sesuai target dan saling menguntungkan," jelasnya.
Dalam putaran ke delapan ini, terdapat 20 Isu Runding dan satu Diskusi Ahli untuk isu Badan Usaha Milik Negara yang dibahas. Selain itu, diselenggarakan untuk pertama kalinya diskusi pembentukan Dialog Mineral Kritis.
"Indonesia mengusulkan adanya dialog mengenai mineral kritis dalam kerangka ICA-CEPA. Usulan ini diajukan untuk mengeksplorasi keunggulan kedua negara dalam pengolahan sumber daya mineral dan pengembangan teknologi baru dan terbarukan," ujar Djatmiko.
Sementara itu, Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan Johni Martha mengungkapkan, pada putaran kali ini Indonesia dan Kanada sama-sama berharap agar tercapai keberhasilan untuk sejumlah isu runding.
"Kami juga berharap agar isu-isu runding lainnya dapat menepati komitmen yang tertuang dalam Program Kerja Akselerasi Perundingan ICA-CEPA yang disetujui kedua negara," imbuh Johni.
Diberitakan beberapa waktu lalu, Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar USD3,56 miliar pada April 2024. Hal ini menandakan bahwa neraca perdagangan Indonesia telah mengalami surplus selama 48 bulan berturut-turut, atau setara dengan empat tahun.
Menurut Deputi Bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini, surplus terpanjang yang pernah terjadi selama 152 bulan berturut-turut. Periode surplus terpanjang ini berlangsung dari Juni 1995 hingga April 2008.
“Dari catatan BPS, tercatat bahwa surplus terpanjang pernah terjadi selama 152 bulan berturut-turut, yaitu dari Juni 1995 hingga April 2008,” ungkapnya dalam konferensi pers pada Rabu, 15 Mei 2024.
Selain itu, neraca perdagangan juga pernah mengalami surplus berturut-turut selama 18 bulan dari Januari 2016 hingga Juni 2017.
“Juga pernah terjadi surplus berturut-turut selama 18 bulan, yaitu dari Januari 2016 hingga Juni 2017,” tambahnya.
Dengan demikian, meskipun neraca perdagangan Indonesia saat ini mengalami surplus selama 48 bulan berturut-turut, hal ini tidak menjadi yang terpanjang dalam sejarah Indonesia.
“Pengalaman surplus beruntun ini memang sudah pernah terjadi sebelumnya, dan yang terpanjang adalah selama 152 bulan berturut-turut dari periode Juni 1995 hingga April 2008,” jelasnya.
Meski begitu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pada April 2024 mencapai USD19,62 miliar atau turun sebesar 12,97 persen dibanding Maret 2024.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, mengatakan kinerja ekspor pada April 2024 secara bulanan didorong oleh penurunan ekspor non migas sebesar USD18,27 miliar, atau turun sebanyak 14,06 persen. Sementara nilai eskspor migas tercatat sebesar USD1,35 miliar, naik 5,03 persen.
“Penurunan nilai ekspor April secara bulanan didorong oleh penurunan ekspor non migas terutama pada logam mulia dan perhiasan atau permata yaitu HS 71 dengan andil penurunan sebesar 2,12 persen,” ujar Pudji.
Lalu, lanjut dia, ada juga mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya atau HS 85 dengan andil penurunan sebesar 1,44 persen. Lalu kendaraan dan bagiannya atau HS 87 dengan andil penurunan sebesar 0,77 persen.
Pudji menyebut terdapat peningkatan pada ekpor migas. Dia bilang, hal ini didorong oleh peningkatan nilai ekspor gas dengan andil sebesar 0,80 persen.
Adapun Pudji mengatakan nilai ekspor pada April 2024 secara tahunan mengalami peningkatan sebesar 1,72 persen. Kata dia, kenaikan ini didorong oleh peningkatan ekspor non migas.
“Terutama pada logam mulia dan perhiasan atau Permata atau HS 71, kemudian barang dari besi dan baja atau HS 73 dan nikel dan barang daripadanya atau HS 75,” katanya.
Di sisi lain, Pudji memberikan update sejumlah data pada April 2024. Seperti harga komoditas di pasar internasional yang mengalami peningkatan dibanding Maret 2024. Sebagai contoh harga energi, yang didorong oleh kenaikan batu bara.
Sementara itu harga logam mulia meningkat cukup signifikan. Kata Pudji, Hal ini disebabkan karena di tengah tekanan geopolitik di Timur Tengah.
Dia juga membeberkan terkait nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada April 2024. Menurutnya, mata uang Indonesia itu lebih lemah dibanding bulan sebelumnya.
Dan yang terakhir, Pudji menyampaikan PMI manufaktur negara mitra dagang utama seperti Amerika Serikat Tiongkok dan India masih berada di zona ekspansi.(yog/*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.