KABARBURSA.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa pemerintah akan mendistribusikan 75.000 pompa air ke seluruh Indonesia untuk mengatasi dampak kekeringan yang disebabkan oleh El Nino.
Menurut Jokowi, pompa-pompa ini akan digunakan untuk menyirami sawah-sawah dari sumber air yang tersedia guna mengurangi risiko gagal panen akibat kekeringan.
“Di seluruh Indonesia nanti akan dibagi berapa Pak Mentan? Yang sudah dibagi sebanyak 25.000 pompa, totalnya nanti rencana kira-kira 75.000 pompa, ada yang 8 PK ada yang 18 PK,” kata Jokowi setelah melakukan tinjauan pompanisasi di Semarang, Jawa Tengah, pada Rabu, 19 Juni 2024.
Jokowi menjelaskan bahwa meskipun pompa-pompa yang akan didistribusikan memiliki kapasitas kecil, namun mampu meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Contohnya, satu unit pompa yang dipasang di Kabupaten Semarang dapat mengairi hingga 77 hektare sawah warga di daerah tersebut.
“Ini bisa mengairi 77 hektare. Yang sebelumnya ada yang panen satu kali, nanti bisa menjadi dua kali. Yang panen sudah dua kali, bisa menjadi tiga kali. Hal-hal simpel tapi kalau tidak, air ini tidak diangkat ke sana, air menjadi tidak berguna,” ujar Jokowi.
Selain itu, pemerintah juga telah memasang 4.300 pompa di seluruh Jawa Tengah. Jokowi berharap, dengan pompanisasi ini, hasil produksi padi di wilayah tersebut dapat meningkat sebanyak 1,3 juta ton. "Dari total 8,9 juta ton plus 1,3 juta ton sehingga produktivitasnya naik," jelasnya.
Jokowi juga menekankan bahwa stabilitas jumlah panen akan berdampak pada stabilitas harga di pasar.
“Ini upaya kita dalam rangka menjaga stok, menaikkan produktivitas. Karena semua negara saat ini produksinya turun, semua negara, karena gelombang panas, karena kekeringan panjang, karena El Nino, itu yang ingin kita antisipasi,” imbuh Jokowi.
Beberapa waktu lalu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta seluruh petani di Indonesia untuk memaksimalkan penggunaan alat mesin pertanian berupa mesin pompa air yang telah diberikan sebagai bagian dari upaya pompanisasi. Langkah ini penting guna mengantisipasi musim kering yang panjang.
“Kami berharap para petani di seluruh daerah memanfaatkan program pompanisasi yang disiapkan pemerintah untuk menghadapi musim kering panjang,” kata Amran di Jakarta, Rabu 29 Mei 2024.
Amran menegaskan bahwa Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan langkah antisipatif terhadap kondisi musim kering melalui pemenuhan air dengan program dan solusi cepat pompanisasi yang diambil dari sungai-sungai besar di Indonesia.
Menurut dia, strategi ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas sehingga ketahanan pangan dalam negeri tetap terjaga. Selain itu, pompanisasi juga dapat memperkuat perekonomian desa menjadi lebih kuat dan produktif.
“Satu pompa bisa melayani 50 hingga 100 hektar. Bayangkan jika ada 10.000 pompa yang masing-masing melayani 50 hektar, itu berarti 500.000 hektar. Dan jika 500.000 hektar ini bisa menghasilkan 1,5 juta ton, itu akan meningkatkan pendapatan petani hingga Rp15 triliun per tahun. Ekonomi di desa pun bergerak,” jelasnya.
Kementerian Pertanian melaporkan bahwa realisasi pengadaan pompa air telah mencapai 19.885 unit dari total rencana pengadaan 2024 sebanyak 25.771 unit.
Amran menambahkan, program pompanisasi adalah salah satu langkah Kementan untuk mempercepat peningkatan produksi padi dan jagung melalui optimalisasi lahan rawa (oplah) dan peningkatan indeks pertanaman (IP) padi pada lahan sawah tadah hujan.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan pentingnya pengisian air bagi lahan-lahan pertanian di Indonesia, terutama di sejumlah zona kering seperti Pulau Jawa, NTB, NTT, dan sebagian Pulau Sulawesi.
Menurut Dwikorita, Indonesia akan memasuki musim kering panjang dalam beberapa bulan ke depan. Meskipun tahun ini tidak akan ada El Nino, sebagian wilayah mulai turun hujan.
“Tidak ada El Nino bukan berarti kita bisa lengah terhadap kekeringan. Kita tetap harus waspada dengan memenuhi kebutuhan air bagi lahan-lahan pertanian,” kata Dwikorita.
Ia menjelaskan, saat ini, sesuai prediksi BMKG, sebagian wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau hingga 19 persen. Bahkan di Sulawesi, sifat kekeringannya lebih tajam dibanding sebelumnya.
“Sifat hujan di zona kemarau ini, terutama di sebagian Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Timur. Sementara di Sulawesi, sifat hujannya lebih kering dari kemaraunya,” tambahnya.
Dwikorita juga mengimbau petani dan masyarakat untuk melakukan penampungan air atau memanen air hujan dengan cara menyimpannya di tandon atau waduk kecil sehingga bisa dialirkan ke lahan pertanian maupun untuk penggunaan lainnya.
“Kepada masyarakat, mohon lakukan panen hujan yang ada dengan tandon atau embung. Semoga musim kering ini bisa kita lalui dengan waspada dan siaga agar tidak menimbulkan bencana apapun,” pungkas Dwikorita. (bay/*)