KABARBURSA.COM - Publik dinilai tengah menunggu aksi nyata Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) memblokir aplikasi X imbas diizinkannya konten dewasa.
Pengamat Teknologi dan Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi, mengatakan publik sudah merasa kebal dengan ancaman Kemkominfo untuk memblokir X.
Pasalnya, Heru memandang Kemkominfo sudah beberapa kali mengancam memblokir media sosial yang menampilkan konten dewasa, namun sering kali tidak terealisasi.
"Selama ini, sering kali kan Kominfo mengancam akan menutup atau memblokir media sosial yang memuat konten dewasa, tapi ya ujungnya selalu tidak jelas," kata dia kepada Kabar Bursa, Sabtu, 15 Juni 2024.
"Sehingga, kalau sekarang ada ancaman lagi untuk memblokir, publik dan bahkan platformnya kayaknya sudah kebal dan menganggap itu hanya gertak sambal saja," sambung dia.
Saat ini, Heru menilai masyarakat tengah menunggu langkah nyata Kemkominfo untuk memblokir X imbas adanya perizinan memuat konten dewasa.
Menurutnya, hal ini perlu ditindaklanjuti untuk memberi efek jera kepada oknum yang menyebarkan konten negatif tersebut.
"Publik sekarang lebih menunggu aksi. Bahkan kalau mengacu pada UU ITE, proses secara hukum agar ada sanksi dan efek jera," tandas Heru.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengancam akan memblokir X usai Elon Musk mengumumkan produk sosial medianya itu menyetujui konten dewasa.
Menurut Budi, hukuman pemblokiran terhadap X merujuk pada Pasal 27 ayat (1) UU 1/2024 tentang perubahan kedua UU ITE.
Menkominfo Budi Arie menegaskan bahwa semua kebijakan X yang bertentangan dengan aturan tersebut atau peraturan lain yang berlaku di Tanah Air akan mendapat konsekuensi.
Menkominfo Budi Arie Setiadi mengungkapkan, Telegram adalah satu-satunya platfom digital yang sampai saat ini tidak kooperatif membantu pemerintah memberantas. “Tinggal Telegram yang tidak kooperatif. Dicatat teman-teman silakan ditulis di media. Hanya Telegram yang tidak kooperatif,” kata Budi.
Sementara itu, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan menegaskan X (dulunya Twitter) terancam diblokir apabila masih menerapkan kebijakan kebebasan konten dewasa di Indonesia.
Pihaknya akan mempelajari terlebih dahulu panduan yang dimuat Pusat Bantuan X terkait konten dewasa. "Kami langsung kaji. Mungkin kita surati dengan segera. Nanti saya pelajari," kata Semuel.
"Pasti diblokir ini. Kalau sudah membolehkan (konten dewasa) kayak gini," imbuhnya.
Semuel mengatakan pemblokiran akan dilakukan kepada platform dan bukan konten. Sebab pemblokiran konten tidak memungkinkan karena mereka tidak memiliki otoritas langsung untuk memblokir konten di suatu platform.
Semuel pun mengimbau pengguna di Tanah Air untuk bermigrasi ke platform lain jika pemblokiran ini benar-benar terjadi.
"Kalau X enggak comply, ya X-nya ditutup. Penggunanya, mohon maaf, mulai siap-siap migrasi saja ke (platform) lain," terangnya.
Elon Musk diketahui telah mengubah peraturan layanan platform X terkait unggahan yang mengandung konten dewasa (not safe for work/NSFW). Sebelum perubahan aturan ini, X memiliki kebijakan tidak resmi yang cenderung mengizinkan pengguna untuk mengunggah konten dewasa, namun aturannya masih ambigu.
Namun, dengan perubahan baru ini, X telah menambahkan klausul yang secara resmi mengizinkan pengguna untuk memposting konten dewasa dan grafis di platform, dengan beberapa peringatan yang diberikan.
Sekarang, pengguna X dapat memposting konten NSFW yang diproduksi secara sukarela, selama konten tersebut diberi label yang jelas. Aturan baru ini juga mencakup video dan gambar yang dihasilkan oleh AI.
Perubahan ini tidak begitu mengejutkan, mengingat X, di bawah kepemimpinan Elon Musk, telah bereksperimen dengan hosting konten dewasa dengan komunitas NSFW. Menurut kebijakan “konten dewasa” di blog X, perusahaan percaya bahwa pengguna dapat membuat, mendistribusikan, dan mengonsumsi materi yang berkaitan dengan tema dewasa asalkan dilakukan atas dasar suka sama suka.
X juga menegaskan bahwa mereka mempercayai otonomi orang dewasa untuk terlibat dan membuat konten yang mencerminkan keyakinan, keinginan, dan pengalaman mereka sendiri. Namun, perusahaan tetap membatasi paparan Konten Dewasa untuk anak-anak atau pengguna dewasa yang memilih untuk tidak melihatnya.
Alasan di balik keputusan perusahaan untuk mengizinkan konten grafis adalah untuk memungkinkan orang berpartisipasi dalam percakapan tentang apa yang terjadi di sekitar mereka, serta menyertakan gambar dan video dalam proses tersebut.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.