Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Pertamina Trans Kontinental Cetak Cuan Rp1,05 Triliun 2023

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 14 June 2024 | Penulis: Pramirvan Datu | Editor: Redaksi
Pertamina Trans Kontinental Cetak Cuan Rp1,05 Triliun 2023

KABARBURSA.COM - PT Pertamina Trans Kontinental (PTK) mencatat kinerja yang sangat positif sepanjang tahun 2023 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp1,05 triliun.

Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 43,45 persen dari laba tahun 2022 yang tercatat sebesar Rp733,03 miliar, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, laba bersih PTK melampaui Rp1 triliun.

Direktur Utama PTK I Ketut Laba mengungkapkan bahwa pencapaian laba bersih pada tahun 2023 merupakan hasil dari upaya perusahaan dalam melakukan efisiensi biaya operasi dan peningkatan kinerja baik di pasar captive maupun non-captive.

"Kami berhasil mencapai hasil ini melalui berbagai strategi bisnis, terobosan, serta optimalisasi biaya," kata Ketut dalam keterangannya di Jakarta pada hari Jumat 14 Juni 2024.

Pendapatan utama PTK, yang merupakan anak usaha dari PT Pertamina International Shipping (PIS), Subholding Integrated Marine Logistics (SH IML), berasal dari segmen usaha marine services yang menyumbang 55,83 persen dari total pendapatan. Segmen lainnya adalah shipping activities sebesar 38,51 persen dan logistics services sebesar 5,66 persen.

EBITDA PTK pada tahun 2023 tercatat sebesar Rp2,23 triliun, mencapai 178,40 persen dari target RKAP tahun 2023 dan meningkat 131,73 persen secara tahunan (yoy) dari realisasi EBITDA tahun 2022. Total aset PTK pada tahun buku 2023 mencapai Rp9,02 triliun dengan armada sebanyak 369 unit kapal.

Dari segi operasional, PTK berhasil melakukan utilisasi optimal terhadap kapal milik dan meningkatkan keandalan armada, mencapai commercial days kapal milik (termasuk kapal BBTC) sebanyak 121.916 hari atau 8,08 persen di atas target RKAP 2023 yang sebanyak 112.802 hari.

Kinerja gemilang ini disampaikan oleh jajaran Direksi PTK beserta Dewan Komisaris PTK dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2023, yang diadakan di Kantor Pusat PTK, Jakarta, pada hari Jumat. RUPST tersebut dihadiri oleh CEO PIS Yoki Firnandi sebagai perwakilan pemegang saham mayoritas PTK dan Direktur Utama PT Pertamina Pedeve Indonesia Rahmi Amini sebagai pemegang saham minoritas PTK.

Yoki Firnandi memberikan apresiasi atas capaian signifikan PTK pada tahun 2023. "Masih ada ruang untuk PTK bertumbuh dan tentunya harus selaras dengan operational excellence yang mengedepankan aspek HSSE. Organisasi PTK harus mampu menjawab tantangan strategis perusahaan serta perlu meningkatkan capacity building pada personel maupun segmen bisnisnya," ujar Yoki.

Ketut Laba menambahkan bahwa keberhasilan PTK pada tahun 2023 tidak lepas dari kerja sama dan kontribusi berbagai pihak, baik internal maupun eksternal. Selain itu, penerapan berbagai strategi bisnis, inovasi, serta optimalisasi biaya juga berperan penting dalam pencapaian tersebut. "Walaupun tantangan dan kondisi pasar marine services downstream stagnan, PTK berhasil menjaga pertumbuhan dan kelancaran operasional. Kami mampu men-deliver services dengan keandalan yang baik serta mengoptimalkan sinergi antarperusahaan di lingkungan Pertamina," pungkasnya.

Perusahaan Induk

PT Pertamina (Persero) mencatatkan total laba sebesar USD4,77 miliar atau sekitar Rp72,7 triliun (dengan asumsi kurs Rp15.255 per USD) sepanjang tahun 2023. Angka laba ini menunjukkan peningkatan sebesar 17 persen dibandingkan dengan laba yang dicatatkan pada tahun 2022.

Prestasi positif dalam hal keuangan juga tercermin dalam EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) yang mencapai USD14,36 miliar, menunjukkan kenaikan sebesar 6 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pendapatan konsolidasian Pertamina pada tahun 2023 mencapai USD75,79 miliar, menegaskan kembali performa kokoh perusahaan ini dalam menghasilkan pendapatan yang stabil dan berkelanjutan.

Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), menguraikan bahwa sejak restrukturisasi organisasi, tren kinerja keuangan Pertamina secara keseluruhan terus menunjukkan perbaikan yang positif dan terus meningkat dari waktu ke waktu. Sementara itu, dalam segi operasional, kinerja di semua divisi baik di tingkat perusahaan induk maupun anak perusahaan juga semakin kokoh dan dapat diandalkan.

“Pertamina berhasil mengelola operasinya untuk mempertahankan pertumbuhan laba. Kinerja keuangan pada tahun 2023 meningkat dibandingkan tahun 2022 karena pengelolaan efisiensi, optimalisasi biaya, liabilitas, dan pembayaran kompensasi,” ungkap Nicke.

Menurut Nicke, restrukturisasi holding subholding tetap berhasil mengedepankan peran kolaborasi aktif melalui orkestrasi sejumlah inisiatif strategis di sektor finansial. Selain melakukan cost optimization, upaya penghematan biaya bunga, strategi transaksi lindung nilai valuta asing, suku bunga, dan komoditas, serta upaya memitigasi risiko valas dan kredit berhasil menghindarkan potensi kerugian serta menciptakan kontribusi sekitar USD1,1 miliar.

Kinerja keuangan Pertamina yang positif, tambahnya juga tidak terlepas dari dukungan Pemerintah yang tercermin pada pembayaran kompensasi harga selama tahun 2023, mencapai Rp119,31 triliun (di luar pajak).

“Kami sangat mengapresiasi Pemerintah yang terus mendukung Pertamina secara konsisten melalui revisi peraturan yang memungkinkan pembayaran lebih cepat, penyesuaian harga produk, dan peningkatan anggaran,” imbuhnya.

Tidak hanya dari aspek keuangan, kinerja operasional Pertamina yang ditopang oleh 6 (enam) Subholding dan anak usahanya juga bertumbuh.

Sementara, di sektor ESG, Nicke juga menegaskan komitmen Pertamina dalam mengejar target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 32 persen pada tahun 2030. Hal ini dimaksudkan untuk berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim, serta untuk mendukung pencapaian Net Zero Emission (NZE) Pemerintah Indonesia.

Pencapaian pertumbuhan aspek ESG (environmental, social, governance) Pertamina terlihat pada skor Pertamina per 1 Desember 2023 menjadi 20,7 (Medium Risk) atau naik dari sebelumnya 22,1 (Medium Risk). Adapun skor Sustainalytics yang lebih rendah mencerminkan tingkat risiko yang lebih baik.