KABARBURSA.COM - Pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada Jumat, 14 Juni 2024.
Selain itu, nilai tukar rupiah juga melemah pada penutupan perdagangan pasar spot.
IHSG ditutup pada level 6.734,83, turun 96,73 poin atau 1,42 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di level 6.726,74.
Mengutip data dari RTI, sebanyak 140 saham bergerak di zona hijau, sementara 451 saham berada di zona merah, dan 180 saham lainnya stagnan.
Total nilai transaksi pada penutupan sore ini mencapai Rp9,7 triliun dengan volume perdagangan sebanyak 21,7 miliar saham.
Beberapa saham yang mengalami penurunan signifikan dan menekan IHSG antara lain BFI Finance (BFIN) yang turun 7,9 persen ke level Rp 810 per saham, Surya Semesta Internusa (SSIA) yang merosot 6,64 persen ke level Rp 1.055 per saham, serta Semen Indonesia (SMGR) yang melemah 6 persen ke posisi Rp 3.440 per saham.
Sementara itu, beberapa saham yang berhasil mendorong laju IHSG antara lain Unilever Indonesia (UNVR) yang melonjak 4,5 persen ke posisi Rp 3.200 per saham, Amman Minerals (AMMN) yang naik 2,3 persen ke posisi Rp 12.100 per saham, dan Cisarua Mountain Dairy (CMRY) yang bertambah 2,25 persen ke posisi Rp 5.000 per saham.
Di pasar Asia, bursa saham ditutup dengan hasil yang bervariasi. Indeks Hang Seng Hong Kong mengalami penurunan sebesar 0,94 persen (170,8 poin) ke level 17.941,77, dan Strait Times Singapura turun 0,66 persen (21,89 poin) ke level 3.302,63. Sebaliknya, Indeks Shanghai Komposit naik 0,12 persen (3,7 poin) ke posisi 3.032,62, dan Nikkei Jepang menguat 0,24 persen (94,1 poin) ke posisi 38.814,6.
Penurunan IHSG ini mencerminkan sentimen negatif di pasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi global dan fluktuasi nilai tukar rupiah. Para investor diharapkan tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi, mengingat ketidakpastian yang masih melingkupi pasar finansial saat ini.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot semakin tertekan. Pada perdagangan Jumat, 14 Juni 2024, kurs rupiah menembus level Rp16.400 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup di level Rp16.412 per dolar AS, melemah 142 poin atau 0,87 persen.
Sementara itu, data dari Bank Indonesia (BI) Jisdor menunjukkan kurs rupiah sebesar Rp16.374 per dolar AS pada hari yang sama, lebih tinggi dari hari sebelumnya, Kamis, 13 Juni 2024, yang sebesar Rp16.286 per dolar AS.
Koreksi nilai tukar rupiah sejalan dengan penguatan indeks dolar AS. Berdasarkan data Investing, indeks dolar AS menguat ke kisaran 105,26.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa penguatan indeks dolar AS selaras dengan meningkatnya ketidakpastian global.
Ini ditandai dengan eskalasi perang dagang antara Uni Eropa, Amerika Serikat, dan China.
"Perang dagang semakin panas pasca Uni Eropa menerapkan tarif tinggi untuk komponen mobil listrik dan aki listrik," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa pelemahan rupiah selaras dengan sejumlah data yang menunjukkan ekonomi AS masih terjaga, memberikan ruang bagi bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuannya.
"Ekonomi AS membaik, pertumbuhannya bagus," kata Airlangga.
Sedangkan, Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa tekanan pada nilai tukar rupiah tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi juga oleh mata uang negara lain seperti peso (Filipina), baht (Thailand), won (Korea Selatan), dan yen (Jepang). Perry menekankan bahwa depresiasi rupiah masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara Asia lainnya.
"Indonesia itu sangat rendah dan kalau dibandingkan dengan negara lain, sangat, lebih rendah dari negara lain," katanya.
Perry juga menyebut bahwa meskipun terdepresiasi, pergerakan rupiah masih stabil dan menjadi salah satu yang terbaik di tengah tren penguatan indeks dolar AS. "Depresiasi kita termasuk yang rendah dan stabil," ujarnya.
Dengan penguatan indeks dolar AS yang didorong oleh ketidakpastian global dan ketegangan perang dagang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami tekanan yang signifikan.
Meskipun demikian, dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, depresiasi rupiah masih dalam batas yang lebih baik, menunjukkan stabilitas yang relatif di tengah situasi ekonomi global yang menantang.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.