Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

UE Kenakan Tarif Tambahan Kendaraan Listrik China

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 11 June 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
UE Kenakan Tarif Tambahan Kendaraan Listrik China

KABARBURSA.COM - Uni Eropa (UE) diperkirakan akan mengenakan tarif pada impor kendaraan listrik dari China pekan ini. Pengumuman resmi tentang tarif tersebut akan dirilis paling cepat pada Kamis, 13 Juni 2024.

UE telah melakukan penyelidikan panjang terhadap subsidi negara China untuk produksi mobilnya. Hasil penyelidikan ini mengindikasikan bahwa China memberikan dukungan besar-besaran pada sektor kendaraan listrik (EV).

Konsultan Rhodium Group, yang mengkhususkan diri dalam penelitian tentang China, memprediksi tarif akan ditetapkan sebesar 15-30 persen. Tarif ini diperkirakan tidak akan terlalu memberatkan konglomerat seperti BYD.

BYD, salah satu produsen kendaraan listrik terbesar di China, telah meluncurkan hatchback Dolphin entry-level di UE musim panas lalu dengan harga di bawah 30.000 euro (sekitar Rp526 juta).

Sebagai bagian dari strategi pemasarannya, perusahaan ini juga menjadi mitra resmi UEFA dalam kejuaraan sepak bola Euro 2024.

“Beberapa produsen yang berbasis di China masih akan mampu menghasilkan margin keuntungan yang nyaman pada mobil yang mereka ekspor ke Eropa karena keuntungan biaya substansial yang mereka nikmati,” kata Rhodium, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa, 11 Juni 2024.

Rhodium juga menambahkan bahwa bea masuk dalam kisaran 40-50 persen mungkin diperlukan untuk membuat pasar Eropa tidak menarik bagi eksportir kendaraan listrik China, terutama untuk produsen yang terintegrasi secara vertikal seperti BYD.

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, setelah bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Paris, Prancis bulan lalu, memperingatkan bahwa “dunia tidak dapat menyerap surplus produksi China.” Dia menegaskan bahwa UE “tidak akan goyah” dalam melindungi industri dan pekerjaan di dalam blok tersebut.

Investigasi antisubsidi ini diluncurkan Oktober lalu karena adanya kecurigaan bahwa China membanjiri UE dengan kendaraan listrik murah akibat kelebihan kapasitas dan permintaan konsumen domestik yang menurun.

Ini adalah salah satu dari lebih dari selusin penyelidikan yang dilakukan oleh UE terhadap bantuan negara China, termasuk ekspor panel surya, pompa panas, dan turbin angin, yang menurut sektor energi merugikan UE hingga 50 persen.

Para ahli menyarankan bahwa Beijing akan melihat penerapan tarif ini sebagai ujian kekuatan. Mengingat sektor mobil listrik sangat penting bagi ekspor China, Xi Jinping diperkirakan tidak akan mundur dari upaya untuk mendominasi sektor teknologi hijau di seluruh dunia. Sebaliknya, ia mungkin melihat perdagangan sebagai medan pertempuran di mana China dapat menetapkan persyaratan.

Jika investigasi UE menyimpulkan bahwa produsen mobil China telah memenangkan keunggulan kompetitif secara tidak adil, Beijing akan menerima pemberitahuan awal resmi tentang tarif tersebut dan akan memiliki waktu empat minggu untuk memberikan bukti apapun untuk membantahnya.

Keputusan untuk menerapkan tarif secara permanen harus didukung oleh negara-negara anggota UE pada November, sekitar 13 bulan setelah dimulainya penyelidikan.

Jika diberlakukan, jadwal tarif akan melibatkan tiga tingkatan, yaitu tarif individual untuk perusahaan yang diselidiki oleh UE, yang mencakup BYD, tarif rata-rata untuk perusahaan yang bekerja sama dengan penyelidikan tetapi tidak diselidiki sepenuhnya, dan tarif residual untuk perusahaan yang tidak diselidiki sama sekali.

Produsen China sendiri dilaporkan sudah bersiap menghadapi bea masuk baru ini, tetapi para ahli mengantisipasi bahwa Beijing akan membalas dengan tindakan balasan yang dapat mempengaruhi berbagai ekspor UE ke China, mulai dari cognac hingga produk susu.

Sementara itu, pemerintah Turki akan mengenakan tarif tambahan sebesar 40 persen untuk kendaraan impor asal China.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) Turki mengumumkan kebijakan tersebut pada Sabtu, 8 Juni 2024, bahwa kebijakan ini diambil untuk mencegah kemungkinan memburuknya neraca transaksi berjalan dan melindungi produsen mobil dalam negeri.

Tarif tambahan ini akan dikenakan dengan jumlah minimum USD7.000 atau sekitar Rp114 juta (kurs Rp16.297) per kendaraan. Kebijakan ini akan mulai berlaku pada 7 Juli 2024, dan diresmikan melalui keputusan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, yang diterbitkan dalam lembaran negara resmi.

Kebijakan ini berarti bahwa jika harga kendaraan impor asal China berada di bawah Rp114 juta, maka pemerintah tetap akan mengenakan pajak tambahan sebesar 40 persen dengan tarif minimum tersebut.

“Tarif tambahan akan dikenakan pada impor kendaraan penumpang konvensional dan hibrida dari China untuk meningkatkan dan melindungi porsi produksi dalam negeri yang semakin berkurang,” kata Kementerian Perdagangan Turki, dilansir dari Reuters, Selasa, 11 Juni 2024.

Kementerian Perdagangan Turki menegaskan bahwa keputusan untuk menerapkan tarif tambahan ini dibuat dengan mempertimbangkan target defisit transaksi berjalan serta upaya untuk mendorong investasi dan produksi dalam negeri.

Pada tahun 2023, Turki telah memberlakukan tarif tambahan pada impor kendaraan listrik dari China dan menerapkan sejumlah peraturan terkait pemeliharaan dan layanan kendaraan listrik.

Pemerintah Turki terus mendorong peningkatan produksi dan ekspor untuk mengurangi defisit transaksi berjalan yang mencapai USD45,2 miliar atau sekitar Rp736 triliun pada tahun 2023.

Langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu memperbaiki kondisi ekonomi negara dan mendukung pertumbuhan industri otomotif dalam negeri. (*)