KABARBURSA.COM - Mata uang Rupiah kembali merosot ke level terendah baru dalam perdagangan spot pagi ini, tercatat di Rp16.290/US$ pada pukul 09:55 WIB, Senin 10 Juni 2024. Kejatuhan ini menandai penurunan sebesar 0,6{ccd4fd764ee01eeffde149d16dd889e35ba3aa084bee9e8382bbf985fd92fc52} dari posisi penutupan pekan sebelumnya di Rp16.195/US$.
Rupiah hari ini Senin 10 Juni 2024, mengalami tekanan yang signifikan dari sentimen negatif di pasar global, terutama setelah rilis data pasar tenaga kerja Amerika Serikat yang menunjukkan lonjakan penambahan lapangan kerja. Pasar tenaga kerja yang kuat ini menimbulkan ketidakpastian terhadap kemungkinan pelonggaran moneter oleh Federal Reserve (The Fed).
Melihat hal tersebut Presiden Joko Widodo atau Jokowi merasa nilai tukar rupiah di kisaran Rp 16.200- Rp 16.300 per dolar AS masih baik. Hal ini diungkapkan Jokowi menyusul pelemahan rupiah pada hari ini.
Dia mengakui ketidakpastian global menjadi pemicu dari pelemahan rupiah. Menurutnya, ketidakpastian global memang menghantui semua negara. Artinya, semua negara ini mengalami hal yang sama, yakni mata uangnya tertekan terhadap kurs dollar AS.
"Tapi menurut saya kalau masih di angka Rp 16.200-Rp16.300 masih posisi yang baik," ujar Jokowi," ujar Jokowi di Hari Ulang Tahun ke-52 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin 10 Juni 2024 kemarin.
Diketahui, catatan terperosoknya Rupiah pada level ini mencapai titik terendah sejak krisis ekonomi yang dipicu oleh pandemi Covid-19 pada 2020, yakni di Rp16.575/US$. Saat ini, level pelemahan Rupiah merupakan yang terendah sejak April 2020. Dari segi teknis, Rupiah telah menembus level support terkuat dan berpotensi menjebol Rp16.300/US$, level psikologis baru yang lebih lemah.
Tekanan yang dialami Rupiah juga tercermin pada mata uang Asia lainnya, dengan sebagian besar mata uang tersebut melemah terhadap Dolar AS. Won Korea mengalami penurunan 0,9{ccd4fd764ee01eeffde149d16dd889e35ba3aa084bee9e8382bbf985fd92fc52}, sementara ringgit dan peso masing-masing melemah 0,55{ccd4fd764ee01eeffde149d16dd889e35ba3aa084bee9e8382bbf985fd92fc52} dan 0,44{ccd4fd764ee01eeffde149d16dd889e35ba3aa084bee9e8382bbf985fd92fc52}. Hanya beberapa mata uang seperti dolar Taiwan, dolar Hong Kong, dan rupee India yang masih menguat.
Aksi jual besar-besaran juga menghantam pasar saham dan surat utang, yang semakin memperburuk kondisi Rupiah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka dengan penurunan signifikan di level 6.860, sementara harga obligasi mengalami penurunan akibat tekanan jual.
Imbal hasil Surat Utang Negara mengalami kenaikan di semua tenor, dengan tenor 2 tahun mencapai 6,634{ccd4fd764ee01eeffde149d16dd889e35ba3aa084bee9e8382bbf985fd92fc52}, tenor 5 tahun di 6,905{ccd4fd764ee01eeffde149d16dd889e35ba3aa084bee9e8382bbf985fd92fc52}, dan tenor 10 tahun di 6,946{ccd4fd764ee01eeffde149d16dd889e35ba3aa084bee9e8382bbf985fd92fc52}.
Data terbaru dari Amerika Serikat menunjukkan tingkat pengangguran yang meningkat dan penambahan lapangan kerja yang melampaui perkiraan pasar, menimbulkan kekhawatiran di pasar dan mendorong kenaikan yield Treasury secara signifikan.
Ketidakpastian ini semakin meningkat menjelang pertemuan Komite Terbuka Federal Reserve (FOMC) yang akan diumumkan hasilnya pada Kamis mendatang. Ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed telah surut, dan pasar kini menantikan keputusan lebih lanjut dari bank sentral AS tersebut.
Data sentimen Rupiah pada tahun 2024 menunjukkan volatilitas yang tinggi, dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal. Berikut adalah beberapa poin penting terkait sentimen Rupiah selama tahun tersebut: Rupiah dipengaruhi secara signifikan oleh kondisi pasar global, terutama perkembangan ekonomi dan kebijakan moneter di Amerika Serikat.
Sentimen negatif dari pasar global, seperti ketidakpastian politik atau kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global, dapat menyebabkan pelemahan Rupiah.
Data ekonomi domestik, seperti pertumbuhan GDP, inflasi, dan defisit anggaran, juga memengaruhi sentimen terhadap Rupiah. Data yang menunjukkan kinerja ekonomi yang kuat cenderung mendukung apresiasi Rupiah, sementara data yang mengecewakan bisa memicu pelemahan.
Kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) memiliki dampak besar pada sentimen Rupiah. Langkah-langkah BI untuk menjaga stabilitas mata uang, seperti penyesuaian suku bunga atau intervensi pasar valuta asing, dapat memengaruhi persepsi investor terhadap Rupiah.
Ketegangan geopolitik, baik di tingkat regional maupun global, juga dapat mempengaruhi sentimen terhadap Rupiah. Krisis politik atau ketegangan perdagangan antar negara dapat menciptakan ketidakpastian yang berdampak negatif pada mata uang domestik.
Perkembangan terkait pandemi Covid-19, termasuk langkah-langkah pemerintah dalam menangani penyebaran virus dan dampaknya terhadap ekonomi, memainkan peran penting dalam sentimen terhadap Rupiah. Ketidakpastian terkait pandemi dan keberhasilan dalam mengendalikan penyebarannya dapat memengaruhi persepsi investor terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Dengan demikian, sentimen terhadap Rupiah selama tahun 2024 dipengaruhi oleh faktor-faktor kompleks, dan dapat berubah secara cepat sesuai dengan perkembangan kondisi ekonomi dan politik baik di dalam negeri maupun di pasar global.
Sebelumnya Bank Indonesia mengeluarkan hasil survei, keyakinan konsumen mengalami penurunan pada Mei 2024 dibandingkan dengan April 2024.
Survei konsumen Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, indeks keyakinan konsumen (IKK) pada Mei mencapai 125,2, lebih rendah dibandingkan dengan 127,7 pada bulan sebelumnya.
Penurunan IKK ini dipicu oleh melemahnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK).
IKE pada Mei 2024 tercatat sebesar 115,4, turun dari bulan sebelumnya yang sebesar 116,6. Sementara itu, IEK turun menjadi 135,0 dari 136,0 pada bulan sebelumnya.
Secara spasial, penurunan IKK terlihat di beberapa kota yang disurvei oleh BI, dengan penurunan terdalam di Kota Pontianak sebesar 7,6 poin, diikuti oleh Medan sebesar 6,9 poin, dan Banten sebesar 6,7 poin.
Meski mengalami penurunan, Bank Indonesia menegaskan bahwa secara keseluruhan IKK masih berada dalam zona optimistis, yakni indeks di atas 100. (Yub/*)