KABARBURSA.COM - Bank Sentral Eropa (ECB) memberikan kejutan dengan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps), menandai langkah yang mengejutkan di tengah kondisi inflasi yang masih belum sepenuhnya terkendali.
Keputusan ini diambil oleh Bank Sentral untuk menurunkan suku bunga utama menjadi 4,25{ccd4fd764ee01eeffde149d16dd889e35ba3aa084bee9e8382bbf985fd92fc52}, suku bunga fasilitas simpanan menjadi 3,75{ccd4fd764ee01eeffde149d16dd889e35ba3aa084bee9e8382bbf985fd92fc52}, dan suku bunga pinjaman marjinal menjadi 4,5{ccd4fd764ee01eeffde149d16dd889e35ba3aa084bee9e8382bbf985fd92fc52}, yang akan berlaku mulai 12 Juni 2024. Langkah ini menjadi sorotan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo merupakan titik cerah sehingga akan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi. “Penurunan suku bunga acuan umumnya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan membuat pinjaman lebih murah yang pada akhirnya akan meningkatkan belanja dan inflasi,” katanya kepada Kabar Bursa, Senin 10 Juni 2024.
Arianto juga menuturkan, langkah ECB merupakan hal yang mengejutkan di tengah kondisi inflasi yang masih belum sepenuhnya terkendali. Pemotongan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB) pada tahun 2024 merupakan titik terang di tengah kabut tantangan ekonomi. Keputusan mengejutkan ini, meski kontroversial, membawa harapan baru bagi pasar keuangan dan pelaku ekonomi," jelasnya.
Arianto juga memberikan tips bagi nasabah dalam menghadapi suku bunga turun, seperti jika nasabah memiliki rencana dalam mengambil pinjaman untuk bisa lebih mempertimbangkan saat suku bunga sedang rendah. “Jika Anda berencana mengambil pinjaman, pertimbangkan untuk melakukannya saat suku bunga rendah,” jelasnya.
Kemudian, apabila nasabah memiliki deposito, Arianto menyebut untuk lakukan diversifikasi portofolio dengan berinvestasi di instrumen lain selain deposito, seperti reksadana atau saham.
Lanjutnya, dalam segi inflasi, Arianto mengatakan agar bisa mempertimbangkan untuk berinvestasi di aset yang tahan inflasi, seperti emas atau real estate. “Jika Anda memiliki investasi dalam mata uang asing, pantau nilai tukar secara berkala dan pertimbangkan untuk melakukan hedging jika diperlukan,” tutupnya.
{
"width": "100{ccd4fd764ee01eeffde149d16dd889e35ba3aa084bee9e8382bbf985fd92fc52}",
"height": "480",
"symbol": "ECONOMICS:IDGDP",
"interval": "D",
"timezone": "Etc/UTC",
"theme": "light",
"style": "1",
"locale": "en",
"hide_top_toolbar": true,
"allow_symbol_change": false,
"save_image": false,
"calendar": false,
"hide_volume": true,
"support_host": "https://www.tradingview.com"
}
Sebelumnya, Presiden ECB Christine Lagarde, mengungkapkan bahwa keputusan untuk menurunkan suku bunga tersebut diambil secara bulat oleh dewan, meskipun terdapat satu gubernur yang memiliki pandangan berbeda.
Pemangkasan suku bunga merupakan strategi yang diambil ECB untuk merespons dinamika ekonomi yang terus berubah, terutama dalam menghadapi tekanan inflasi yang masih cukup tinggi. Langkah ini menjadi bukti bahwa bank sentral memiliki komitmen dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mengendalikan inflasi meskipun dengan risiko dan ketidakpastian yang ada di pasar global saat ini.
Meskipun kebijakan ini dapat memberikan stimulus tambahan bagi pertumbuhan ekonomi, namun juga menimbulkan pertanyaan terkait dampaknya terhadap inflasi. Menurut beberapa analis, penurunan suku bunga bisa memperkuat tekanan inflasi dengan mendorong konsumsi dan investasi, namun ada juga yang meyakini bahwa langkah ini dapat membantu mengurangi tekanan inflasi dengan meredakan biaya pinjaman.
Tantangan utama bagi ECB adalah menemukan keseimbangan yang tepat antara merangsang pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas harga. Oleh karena itu, keputusan pemangkasan suku bunga ini menjadi titik fokus perhatian pasar dan pelaku ekonomi global dalam menghadapi dinamika yang tidak pasti di masa mendatang.
Penurunan suku bunga diharapkan dapat merangsang aktivitas ekonomi dengan mendorong konsumsi dan investasi. Ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih ramah bagi pengusaha dan konsumen untuk meminjam dan menghabiskan lebih banyak uang.
Dalam konteks inflasi yang masih belum stabil, penurunan suku bunga dapat membantu mencegah deflasi atau penurunan umum harga barang dan jasa. Ini adalah langkah preventif untuk menghindari risiko stagnasi ekonomi yang dapat terjadi akibat deflasi.
Namun, ada juga kekhawatiran bahwa penurunan suku bunga dapat meningkatkan tekanan inflasi yang sudah tinggi. Dengan memudahkan akses terhadap kredit dan memperkuat aktivitas ekonomi, hal ini dapat memicu kenaikan harga barang dan jasa secara lebih cepat.
Langkah ini juga dapat mempengaruhi nilai tukar euro terhadap mata uang lainnya. Penurunan suku bunga dapat melemahkan nilai tukar euro, membuatnya lebih kompetitif dalam perdagangan internasional dan mendorong ekspor.
Tidak terkecuali, pasar keuangan global juga akan merespons keputusan ECB ini. Kebijakan moneter yang longgar dapat mendorong kenaikan harga aset seperti saham dan obligasi, namun juga meningkatkan risiko pasar. (Dian/*)