KABARBURSA.COM - Uang kertas poundsterling yang bergambar Raja Charles III secara resmi diterbitkan pada Kamis, 5 Juni 2024, sesuai dengan pengumuman dari Bank of England (BoE), bank sentral Inggris, pada Jumat, 7 Juni 2024.
Menurut Bank of England, gambar Raja Charles III akan muncul pada desain keempat uang kertas dengan pecahan 5, 10, 20, dan 50 poundsterling tanpa perubahan lain pada desain yang ada.
BoE menegaskan bahwa uang kertas polimer yang saat ini menampilkan potret mendiang Ratu Elizabeth II akan tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah.
Uang kertas baru bergambar Raja Charles III akan dikeluarkan hanya untuk menggantikan uang kertas yang sudah usang dan untuk mengakomodasi peningkatan permintaan uang kertas secara keseluruhan.
Pendekatan ini sejalan dengan panduan dari pihak kerajaan untuk meminimalkan dampak lingkungan dan finansial dari perubahan ini. Oleh karena itu, masyarakat akan mulai melihat uang kertas baru bergambar Raja Charles III secara bertahap.
Gubernur Bank of England, Andrew Bailey, menyatakan kegembiraannya dalam penerbitan uang kertas baru ini.
“Ini adalah momen bersejarah karena ini adalah pertama kalinya kami mengubah kedaulatan dalam uang kertas kami. Kami menyadari pentingnya uang tunai bagi banyak orang, dan kami berkomitmen untuk terus menyediakan uang kertas selama masyarakat membutuhkannya,” tutur Bailey.
Bank of England menambahkan bahwa meskipun uang kertas bergambar Raja Charles III akan tersedia mulai 5 Juni 2024, diperkirakan uang kertas tersebut akan beredar secara bertahap.
Masyarakat yang ingin menukarkan uang kertas seri terkini atau yang sudah lama dengan uang kertas Raja Charles dapat melakukannya melalui layanan penukaran yang disediakan oleh Bank of England, baik secara langsung maupun melalui pos, dalam waktu singkat setelah tanggal penerbitan.
Poundsterling, sebagai mata uang Britania Raya, telah menjadi bagian penting dari sejarah keuangan global. Berikut adalah beberapa informasi tambahan yang dapat memperluas naskah Anda:
Pound Inggris pertama kali diperkenalkan sebagai bentuk uang pada tahun 760, mengikuti tradisi penggunaan nama pound untuk satuan berat dalam sistem Inggris. Sejak saat itu, pound telah menjadi mata uang tertua yang masih digunakan di dunia sebagai alat pembayaran yang sah.
Selain Britania Raya, poundsterling sebelumnya juga berfungsi sebagai mata uang di banyak koloni Kerajaan Inggris, termasuk Australia, Selandia Baru, dan Kanada. Hal ini mencerminkan pengaruh dan keberlangsungan mata uang tersebut di berbagai wilayah di seluruh dunia.
Sejarah pound Inggris juga mencakup era standar emas, di mana sebelum Perang Dunia I, nilai pound ditetapkan berdasarkan harga emas. Namun, perang mengubah dinamika ekonomi global, dan Inggris meninggalkan standar emas pada periode pasca-perang untuk mengatasi dampak Depresi Hebat.
Keputusan untuk membiarkan pound Inggris mengambang bebas terhadap mata uang lainnya pada tahun 1971 menandai transisi penting dalam kebijakan moneternya. Ini memungkinkan pasar untuk menentukan nilai mata uangnya, dengan konsekuensi yang signifikan terhadap stabilitas dan kekuatan ekonominya.
Selain itu, referendum Brexit pada Juni 2016 mencerminkan perubahan dramatis dalam pandangan politik dan ekonomi Britania Raya terhadap Uni Eropa. Meskipun Inggris tidak mengadopsi euro sebagai mata uangnya dan tetap menggunakan poundsterling sebagai mata uang resminya, keputusan untuk meninggalkan Uni Eropa telah menghadirkan tantangan dan peluang baru dalam dinamika ekonomi global.
Dengan demikian, sejarah dan perkembangan poundsterling tidak hanya mencerminkan evolusi keuangan Britania Raya tetapi juga memberikan wawasan tentang peran mata uang dalam konteks internasional yang lebih luas.
Pada Mei 2024 lalu, ekonomi Inggris telah keluar dari resesi setelah produk domestik bruto (PDB) naik sebesar 0,6 persen pada kuartal pertama tahun 2024. Angka ini mengalahkan perkiraan awal ekonom yang memprediksi pertumbuhan sebesar 0,4 persen pada awal tahun ini.
Menurut laporan CNBC beberapa waktu lalu, Inggris mengalami resesi yang cukup dalam pada paruh kedua tahun 2023 karena tekanan inflasi yang terus meningkat, memberikan dampak negatif pada perekonomian secara keseluruhan.
Meskipun tidak ada definisi resmi tentang resesi, pertumbuhan ekonomi yang negatif selama dua kuartal berturut-turut secara umum dianggap sebagai indikasi resesi teknis. Hal ini mengindikasikan kondisi ekonomi yang tidak stabil dan memerlukan langkah-langkah perbaikan yang cepat.
Sementara sektor produksi Inggris mencatat pertumbuhan sebesar 0,8 persen pada periode Januari hingga Maret, sektor konstruksi justru mengalami penurunan sebesar 0,9 persen. Perekonomian secara keseluruhan mengalami pertumbuhan sebesar 0,4 persen secara bulanan di bulan Maret, mengikuti ekspansi sebesar 0,2 persen di bulan Februari.
Komite Kebijakan Moneter Bank of England telah memperingatkan akan indikator-indikator inflasi yang tetap tinggi, meskipun ada harapan bahwa inflasi umum akan mendekati target 2 persen dalam waktu dekat. Bank sentral Inggris memutuskan untuk mempertahankan suku bunga utamanya di level 5,25 persen, mengindikasikan kebijakan moneter yang stabil dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Meskipun demikian, diperkirakan bahwa inflasi mungkin mengalami sedikit peningkatan di akhir tahun ini karena dampak penurunan tajam harga energi sudah mulai berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi Inggris berada dalam tahap pemulihan namun tetap perlu menghadapi tantangan yang kompleks dalam mengelola inflasi dan pertumbuhan ekonomi secara seimbang. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.