KABARBURSA.COM - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung melaporkan sumbangan devisa dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) sepanjang 2023 mencapai USD14,22 miliar, atau sekitar Rp220 triliun.
Ia menjelaskan bahwa sumbangan devisa sebesar USD14,22 miliar dari pekerja migran memiliki andil besar dalam cadangan devisa RI, hingga menduduki peringkat kedua setelah ekspor migas.
“Berdasarkan data statistiknya jadi pekerja migran Indonesia setiap tahun menyumbangkan USD14,22 miliar sehingga ini cadev atau devisa yang berasal dari mereka ini nomor 2 setelah migas,” kata Juda, Jumat, 31 Mei 2024.
Lebih lanjut, Juda menjelaskan devisa yang disumbang PMI memiliki besaran sekitar 10 persen dari total cadangan devisa (cadev) RI. Besaran tersebut berasal dari 5 juta PMI yang tercatat oleh Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI).
Juda juga mengatakan sumbangan dari pekerja migran terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 1 persen setiap tahunnya, dan diharapkan dapat terus meningkat.
“Jadi sumbangannya peranannya sangat signifikan dalam perekonomian RI, bukan saja pada keluarga mereka, pendidikan keluarga atau kesehatan keluarga mereka. Tapi yang akhirnya pada Produk Domestik Bruto (PDB) RI tapi juga pada cadev RI,” tuturnya.
Seperti diketahui, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2024 tercatat USD136,2 miliar. Besaran itu menyusut hingga USD4,2 miliar dibanding posisi pada akhir Maret 2024 yang sebesar USD140,4 miliar.
Pada momentum tersebut, Bank sentral menjelaskan cadangan devisa April menurun salah satunya disebabkan oleh kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah, seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global. Selain itu, penurunan cadangan devisa April juga dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Dalam empat bulan pertama tahun ini, cadangan devisa telah terkuras hingga USD10,2 miliar. Ini menjadi rekor periode penurunan terpanjang, empat bulan berturut-turut, setidaknya sejak pandemi Covid-19 ketika nilai cadangan devisa anjlok sampai USD9,47 miliar dalam sebulan saja pada Maret 2020.
Pada dasarnya, sumber-sumber devisa berasal dari kegiatan ekspor dan perdagangan jasa, pinjaman dari luar negeri, hibah dan hadiah dari luar negeri, warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri, hingga kegiatan wisata.
Sementara kegunaannya, cadangan devisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan impor, pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.
Pada akhir tahun 2023 lalu posisi cadangan devisa RI berada di besaran USD146,4 miliar, dengan rincian sebagai berikut.
Sumber devisa Indonesia beragam dan mencakup berbagai sektor ekonomi. Berikut adalah beberapa sumber devisa utama:
Secara keseluruhan, kombinasi dari ekspor barang dan jasa, remitansi pekerja migran, investasi asing, serta partisipasi aktif dalam pasar keuangan global, membantu Indonesia mengumpulkan devisa yang penting untuk stabilitas ekonomi dan pembangunan nasional.
Jumlah pekerja migran Indonesia pada tahun 2023 tercatat sekitar 9,2 juta orang, dengan sekitar 4,5 juta di antaranya bekerja secara ilegal. Data ini diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD.
Dari jumlah tersebut, penempatan resmi pekerja migran Indonesia (PMI) pada tahun 2023 mencapai 274.965 orang, meningkat 37 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini mengindikasikan pemulihan yang signifikan setelah penurunan akibat pandemi COVID-19.
Pemerintah Indonesia, melalui Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), terus berupaya meningkatkan tata kelola dan perlindungan bagi pekerja migran, mengingat pentingnya remitansi yang dikirimkan oleh para pekerja ini untuk perekonomian nasional.
Berikut adalah data jumlah pekerja migran Indonesia (PMI) dalam lima tahun terakhir:
Tahun | Jumlah Pekerja Migran (Orang) | Perubahan ({0d4b0e7f76353580d143fc06833119f01beba94632a5263b0e7e74be26d24320}) |
---|---|---|
2019 | 276,000 | - |
2020 | 113,000 | -59.1 |
2021 | 166,000 | 46.9 |
2022 | 200,000 | 20.5 |
2023 | 275,000 | 37.0 |
Data ini menunjukkan adanya penurunan tajam pada tahun 2020 akibat pandemi COVID-19, diikuti oleh pemulihan yang signifikan pada tahun-tahun berikutnya.