KABARBURSA.COM - Di era yang serba praktis dan modern, inovasi dalam bidang makanan kemasan terus berkembang pesat untuk memudahkan kehidupan kita sehari-hari. Namun, tidak semua makanan dalam kemasan aman untuk dikonsumsi.
Berikut adalah informasi mengenai 10 bahaya konsumsi makanan dalam kemasan yang dihimpun dari berbagai sumber terpercaya:
1. Meningkatkan Tekanan Darah
Makanan dalam kemasan seringkali mengandung kadar garam dan MSG yang tinggi, yang dapat meningkatkan tekanan darah.
2. Berisiko Terkena Kanker
Bahan kimia dalam makanan kemasan, jika dikonsumsi terlalu sering, dapat meningkatkan risiko terkena kanker karena menumpuk dalam jaringan tubuh.
3. Menyebabkan Stroke
Kandungan garam nitrat dan garam nitrit yang berlebihan dalam makanan kemasan dapat menyumbat aliran darah dan mengganggu fungsi arteri, meningkatkan risiko stroke.
4. Menyebabkan Usus Tersumbat
Karbohidrat dan bahan kimia dalam makanan kemasan dapat menempel pada dinding usus, menyebabkan tersumbatnya usus atau luka pada usus.
5. Meningkatkan Risiko Diabetes
Minuman dan makanan dalam kemasan seringkali mengandung gula dan pemanis buatan, meningkatkan risiko diabetes.
6. Rentan Mengalami Obesitas
Rasa lezat dan gurih pada makanan kemasan dapat membuat orang mengonsumsinya secara berlebihan, meningkatkan risiko obesitas.
7. Tinggi Garam
Kandungan sodium yang tinggi dalam makanan kemasan dapat menyebabkan masalah kesehatan terkait peningkatan cairan dan tekanan darah.
8. Mengandung Lemak Trans
Lemak trans dalam makanan kemasan dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dan menurunkan kolesterol baik, berdampak buruk pada kesehatan jantung.
9. Kemasan yang Tidak Aman
Bahan wadah kemasan yang tidak aman, seperti bisphenol A (BPA), dapat berdampak negatif pada kesehatan, termasuk meningkatkan risiko kanker.
10. Ketergantungan pada Bahan Tambahan
Penggunaan berlebihan bahan tambahan seperti pengawet, pewarna, dan pemanis buatan dalam makanan kemasan dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan alergi.
Penting untuk memilih makanan dalam kemasan dengan bijak dan membatasi konsumsi makanan yang berpotensi mengandung bahaya tersebut.
Label Nutri Grade
Sementara itu, proses penggunaan nutri grade pada produk makanan, minuman, dan pangan olahan mencapai tahap survei untuk mengidentifikasi lima model yang dapat memudahkan masyarakat dalam menilai komposisi dan kandungan suatu produk.
Pelaksana tugas (Plt) Deputi III bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM, Ema Setyawati, menyatakan bahwa pada bulan Maret telah dilaporkan ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengenai rencana pencanangan nutri grade. Saat ini, proses tersebut masih berada dalam tahap survei.
BPOM menjelaskan bahwa telah diajukan lima model nutri grade yang juga digunakan di berbagai negara. Model-model nutri grade tersebut meliputi bentuk bintang, huruf, warna, monokrom, dan lainnya. Kelima model ini sedang disurveikan untuk mengevaluasi kemudahan bagi masyarakat dalam melihat dan menilai komposisi produk.
“Evaluasi kelima jenis model tersebut sedang dilakukan oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Hal ini dilakukan karena Menteri Kesehatan meminta agar masyarakat dapat mengevaluasi model yang paling sesuai agar dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai kandungan gizi produk,” kata Ema.
Survei ini dijadwalkan akan selesai pada akhir Mei dan hasilnya akan diolah pada bulan Juni. Setelah itu, BPOM akan melakukan pembahasan dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Kesehatan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi.
“Pembicaraan akan dilakukan dengan kedua kementerian tersebut. Standar Gula Garam Lemak (GGL) yang layak untuk dikonsumsi dan dijual kepada masyarakat akan ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan,” jelasnya.
Singapura telah menerapkan informasi nutri grade atau pelabelan minuman sehat dan tidak sehat pada setiap produk.
Setiap produk diberi label level A, B, C, dan D yang menunjukkan tingkat kandungan garam, gula, dan lemak jenuh (GGL). Langkah ini diambil sebagai upaya untuk menurunkan angka obesitas, diabetes, dan penyakit lainnya di Indonesia.