Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Pekan ini Loyo, Cek Proyeksi Mata Uang Asia Pekan Depan

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 26 May 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Pekan ini Loyo, Cek Proyeksi Mata Uang Asia Pekan Depan

KABARBURSA.COM - Mata uang Asia melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam sepekan lalu. Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Rabu 22 Mei 2024 sebelum libur panjang, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat tipis 0,02 persen ke level Rp 15.995 per dolar AS.

Dalam sepekan, rupiah juga menguat tipis sebesar 0,14 persen dari penutupan pekan sebelumnya di Rp 15.978 per dolar AS. Sementara yen Jepang dalam sepekan turun tipis 0,03 persen ke 156,95 yen per dolar AS. Dolar Singapura naik 0,10 persen ke SGD 1,3500 per dolar AS.

Pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong menyatakan, mata uang Asia tertekan pekan lalu, dengan sentimen utama datang dari kekhawatiran mengenai suku bunga acuan The Fed yang tinggi. "Ekspektasi bahwa suku bunga The Fed akan ditahan lebih lama menjadi sentimen negatif bagi rupiah dan mata uang Asia lainnya terhadap dolar AS," jelas dia dikutip Minggu 26 Mei 2024.

Namun, Lukman menuturkan bahwa perkembangan di China, terutama harapan pada stimulus ekonomi yang terus digelontorkan pemerintah China, juga mempengaruhi sentimen keseluruhan mata uang Asia. “Hal ini diprediksi akan berimbas positif bagi mata uang Asia, tetapi masih belum cukup untuk menahan sentimen utama dari AS,” kata Lukman.

Lukman menjelaskan bahwa menurut survei investor dan trader, The Fed belum berencana memangkas suku bunga paling tidak hingga Juni-September 2024. Namun, pasar sudah mulai mengantisipasi dengan melepas dolar AS. "Selain itu, dia menyebutkan sentimen lainnya datang dari mata uang emerging yang selama ini tertekan, akan berbalik menguat hingga pada suatu saat bank sentral emerging market juga ikut menurunkan suku bunga," kata dia.

Beberapa mata uang mungkin akan berbeda, seperti China Yuan yang lebih merespons pertumbuhan ekonomi global. Sementara itu, dolar Singapura menganut sistem manage float yang nilai tukarnya diatur untuk mencapai target inflasi. Secara umum, nilai tukar mata uang Asia lainnya lebih ditentukan oleh kebijakan The Fed.

Lukman memprediksi bahwa pada akhir tahun 2024, mata uang Asia akan menguat. Rupiah diperkirakan bisa kembali di bawah Rp 15.000 - Rp 14.500 per dolar AS, SGD 1,3-1,32 per dolar AS, MYR 4,4-4,5 per dolar AS, THB 32-35 per dolar AS, JPY 140-142 per dolar AS, dan CNY 7,0-7,1 per dolar AS. “Sedangkan pada pekan depan, Senin (27/5), saya melihat mata uang Asia akan ikut menguat seperti halnya dengan rupiah,” katanya.

Sejalan dengan itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan, sepanjang pekan ini, pergerakan mata uang regional Asia cenderung melemah terhadap dolar AS karena penguatan dolar yang signifikan. “Jadi sangat wajar dalam pekan ini mata uang Asia rata-rata melemah,” ujar Ibrahim.